Jodoh Tak Pernah Salah

Part 103 ~ Pertengkaran Naura dan Iqbal



Part 103 ~ Pertengkaran Naura dan Iqbal

0"Aku ingin mengatakan rahasia besar suamimu."     

"Rahasia besar suamiku?" Tanya Dila tak percaya.     

Apa mungkin Egi akan membongkar hubunganya dengan Bara? Entahlah Dila mencoba berpura-pura tak tahu.     

"Iya rahasia besar suamimu," kata seorang wanita melanjutkan omongan Egi.     

"Kenalkan aku Clara. Salah satu orang yang mengetahui rahasia besar suamimu."     

"Apa tujuan kalian?" Dila pura-pura marah.     

Begini saja biar mereka banyak bicara! tegas Dila dalam kalbu.     

"Tujuan kami agar kamu tahu siapa suami yang kamu nikahi," balas Clara tegas.     

"Aku tak yakin kalian tidak ambil keuntungan mengatakannya padaku. Cuma aku tak akan percaya kalian. Aku percaya pada suamiku."     

Egi dan Clara tertawa terbahak-bahak. Dila sungguh polos gampang dibohongi oleh suami.     

"Apa yang kalian tertawakan?"     

"Kamu sangat polos Dila," seloroh Clara mencibir.     

"Polos dan sangat polos,"sambung Egi.     

"Baiklah kami tidak akan basa-basi. Berikan alamat email kamu. Aku akan berikan bukti otentik padamu," ujar Clara memaksa.     

Terpaksa Dila memberikan alamat emailnya. Clara segera mengirimkan sebuah file video dan foto di email Dila.     

"Silakan buka emailnya," kata Clara lagi.     

Dila membuka email yang diberikan Clara melalui smartphone. Ia sudah menduga isinya video dan foto mesra Egi dan Bara. Ia pura-pura kaget dan menutup mulutnya.     

"Ini tidak mungkin." Dila berakting seolah-olah ia telah dibohongi. Ia memasang ekspresi kaget dan shock.     

"Itulah suamimu sebenarnya Dila. Aku kekasihnya,"katanya menggebu.     

"Aku datang ke Kandui Resort karena aku cemburu dan aku juga yang mencoba membunuh kamu ketika berenang."     

"Kurang ajar," maki Dila menampar Egi.     

"Kau pantas mendapatkannya. Kau pikir nyawaku mainan."     

Egi diam tak memberi perlawanan. Wajar saja Dila marah dengan pengakuannya.     

"Perlu kamu ketahui. Aku sudah bertahun-tahun menjadi kekasih Bara. Kami saling mencintai. Hadirnya kamu dalam hidup Bara membuat hubungan kami renggang."     

"Aku tak percaya dengan ucapan kamu," balas Dila sengit.     

"Bagian mana yang tidak kamu percayai?" Clara tak mengerti dengan pemikiran Dila. Bukankah video dan foto yang ia berikan sudah otentik?     

"Aku tak percaya jika melihat foto dan video ini. Bisa saja kalian mengeditnya. Aku tak percaya," kata Dila memancing. Padahal ia ingin tahu bagaimana Egi membuktikan hubungannya dengan Bara.     

"Baiklah jika kamu ingin bukti," ujar Egi terpancing dengan umpan Dila.     

Akhirnya Egi menjebak Bara untuk bicara di paviliun dekat resort. Dila dengan jelas mendengar percakapan mereka. Berujung diciduknya Bara dan Egi sedang berciuman.     

Flash Back End....     

*****     

"Benar-benar tidak aku duga Egi akan membuktikannya padamu. Kaum LGBT memang begitu jika cemburu. Mereka akan berbuat nekat dan cenderung kriminal jika merasa dikhianati dan ditinggalkan. Seperti Egi yang mencoba membunuh kamu saat itu." Naura memberikan komentar.     

"Benar uni. Aku rasa Egi akan membongkar rahasia Bara sebagai gay. Orang seperti Egi tidak akan malu mengakui dirinya LGBT. Bara yang akan terancam dengan pengakuan Egi nanti. Bara seorang politikus, dia harus menjaga image-nya di mata masyarakat. Reputasinya tidak boleh jelek, apalagi dia ketua DPRD."     

"Atau aku manfaatkan saja rasa cemburu Egi untuk membongkar rahasia Bara?"     

"Boleh saja, tapi kamu tidak boleh terang-terangan."     

"Uni aku ke kamar mandi dulu," kata Dila kebelet pipis. Ia berjalan tergesa-gesa menuju kamar mandi.     

Pintu klinik di ketuk secara paksa. Ketukannya membuat Naura jengah. Jika pasien datang, tidak mungkin mengetuk pintu dengan kasar. Dengan perasaan dongkol Naura ke depan membukakan pintu.     

Wajah Naura pucat ketika mengetahui siapa yang datang. Wajah Iqbal memerah menahan amarah. Beraninya Naura membohonginya.     

"Uda," panggil Naura gugup. Iqbal memaksa masuk dan melihat sekitarnya.     

"Ini yang namanya dirumah sakit?" Suara bariton Iqbal menggema ke seluruh ruangan.     

"A-aku..."     

"Aku apa?" hardik Iqbal. Baru kali ini ia memarahi sang istri karena berbohong.     

"Aku sudah mengecek siapa pemilik klinik kecil ini. Ini milik Syakir bukan?"     

"Iya benar," jawab Naura gugup tak berani memandang wajah sang suami.     

Iqbal mendorong Naura hingga menyandar ke dinding.     

"Kenapa Naura? Kenapa bohong padaku? Jawab!"     

Naura mulai menangis karena Iqbal bersikap kasar padanya. Seumur-umur baru kali ini Iqbal kasar padanya. Tak terasa air matanya turun membasahi pipinya. Ia tahu jika Iqbal menuduhnya selingkuh.     

"Aku tidak bohong Uda, aku ada alasan melakukan semua ini."     

"Tak ada alasan untuk kebohongan. Tidak ada yang namanya berbohong demi kebaikan. Kamu sudah membohongi aku. Apa kamu berselingkuh dengan Syakir?"     

Naura menangis pilu, dadanya sesak karena dituduh begitu kejam.     

"Jika aku mau selingkuh, mungkin sudah dari dulu. Aku tak pernah selingkuh dari kamu. Kamu yang selingkuh dariku," balas Naura sengit.     

"Beraninya kamu bilang aku selingkuh? Kapan aku selingkuh? Aku tidak pernah selingkuh sejak kita menikah."     

"Uda jangan lupakan perselingkuhan uda dengan Ria ketika kita pacaran dulu dan jangan lupakan drama yang Uda buat hingga aku mau menikah dan mengijinkan kamu menikah dengan Ria."     

"Itu sudah lama Naura. Jangan mengungkitnya lagi. Aku tidak pernah selingkuh setelah menikahi kalian. Sementara kamu selingkuh setelah kita menikah."     

"Uda jangan sembarang menuduh. Aku tidak pernah selingkuh."     

"Jika tidak selingkuh ini apa? Membohongi aku. Kamu bilang ada panggilan darurat dari rumah sakit. Setelah aku cek ke rumah sakit. Tidak menemukan kamu disana. Apa yang kamu lakukan disini? Beri aku alasan logis untuk menerima alasan kamu."     

"Uda mematai aku?"     

"Iya. Kamu mencurigakan. Untung saja Ria membantu aku."     

"Uda dihasut istri muda? Sudah kuduga wanita tidak tahu diri itu yang mengompori."     

"Jaga bicaramu Naura. Ria bukan wanita yang tak tahu diri. Dia melakukannya karena dia khawatir melihat aku mengkhawatirkan kamu."     

"Sudahlah. Aku sudah tahu benang merah dari kejadian ini. Uda tidak mempercayai aku karena dihasut istri muda."     

"Aku tidak dihasut Ria. Kamu sudah berbohong padaku. Jika kamu ingin bercerai dengan aku bilang saja. Jangan bertingkah."     

"Astagfirullah uda," balas Naura mengelus dada. Kenapa Iqbal bisa berpikiran seperti itu. Jika ia mau bercerai sudah dilakukan dari dulu.     

"Jangan keluarkan air mata buaya kamu. Aku tidak percaya."     

"Uda hentikan!" bentak Dila tiba-tiba muncul dengan berjalan tertatih-tatih.     

"Dila?" Iqbal tak percaya melihat Dila disini.     

"Iya ini aku. Kenapa kaget?"     

"Bukankah kamu pergi honeymoon kedua bersama Bara?"     

"Iya. Efek honeymoon kedua aku dibuat pendarahan oleh adik iparmu?"     

"Pendarahan? Berarti kalian baru melakukannya?" Tanya Iqbal tak percaya.     

"Iya," jawab Dila ketus. Dalam hitungan detik ia mencubit Iqbal bertubi-tubi.     

"Dila sakit," gerutu Iqbal kesal.     

"Seenaknya saja menuduh uni Naura selingkuh. Uni datang menyelamatkan aku karena Bara membuat aku pendarahan. Mana mungkin uni menceritakan kejadian ini karena memalukan. Tapi karena Uda menuduh uni yang tidak-tidak terpaksa aku menceritakan aib ini."     

"Naura maafkan aku," kata Iqbal bersujud di kaki Naura. Emosi membuatnya mengeluarkan kata-kata yang tak pantas.     

"Jangan gampang percaya pada Ria," kata Dila mengingatkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.