Jodoh Tak Pernah Salah

Part 108 ~ Bajirao Mastani



Part 108 ~ Bajirao Mastani

1"Aku tidak menyangka jika aku menghajarnya membabi buta. Siapa suruh dia membuat Dila pendarahan dan pingsan."     

"Pingsan?" Kening Iqbal berkerut.     

Naura mengangguk," Iya. Dila sampai pingsan makanya semalam aku panik meminta kunci mobil."     

"Jam terbang Bara belum tinggi. Harusnya belajar padaku, istriku saja dua," balas Iqbal menaikan sebelah alisnya.     

"Maksudnya?" Naura mencubit dada Iqbal.     

"Belajar dulu sama aku biar enggak menyakiti adikku. Aku saja tak pernah membuat kalian pendarahan di malam pertama."     

"Mungkin saja ukurannya Arab," kata Naura bercanda.     

"Sayang," ujar Iqbal memperlihatkan seringainya.     

"Aku hanya bercanda. Katanya uda mau buat pengakuan. Apa yang ingin uda akui?"     

"Sebenarnya kecelakaan dulu hanya sandiwara. Ria membantu aku bersandiwara agar kamu mau menikah denganku. Ria juga yang memiliki ide agar kita menikah duluan, baru dia."     

"Aku sudah tahu jika kalian bersandiwara."     

Iqbal tak dapat menyembunyikan rasa kagetnya. Ekspresi wajahnya tak dapat dimengerti.     

"Sejak kapan kamu tahu?"     

"Aku malah tahu lebih banyak daripada uda. Setahun setelah pernikahan kita aku mengetahuinya. Uda tidak menipu Ria. Dia sudah tahu jika kita sudah bertunangan ketika kalian masih pacaran. Dia mau jadi yang kedua karena dorongan dari keluarganya. Keluarganya ingin numpang hidup sama uda. Keluarga dia penjudi."     

"Apa penjudi?" Iqbal tak percaya dengan fakta yang dikatakan Naura.     

"Benar. Mereka penjudi. Mereka sekeluarga hobi bermain judi. Mereka menjadikan Ria sebagai tambang emas mereka. Mama, papa dan Soni. Mereka penjudi akut. Mereka akan marah dan sakit jika tak berjudi. Ria juga suka berjudi. Uang yang uda berikan padanya digunakan untuk berjudi. Mana handphone aku? Biar aku tunjukkan pada uda."     

"Handphone kamu ada di mobil. Naura sekali lagi maafkan aku. Telah menyakiti kamu bertahun-tahun. Kamu memendam luka lara karena perbuatanku. Aku mengerti kenapa kamu selalu menyibukkan diri. Kamu ingin mengalihkan rasa sakit kamu. Kenapa kamu sangat baik padaku sayang. Aku banyak berdosa padamu."     

"Itu karena aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu," jawab Naura menyentuh pipi sang suami.     

"Kenapa kamu begitu baik?"     

"Karena aku telah jadi budak cinta kamu. Pernah nonton film India Bajirao Mastani?"     

"Film yang mana?" Iqbal mencoba berpikir.     

"Aku tak tahu."     

"Jika aku tak menyetujui kamu menikah dengan Ria, aku takut nasib kamu seperti Bajirao. Kisah film India Bajirao Mastani."     

Naura berhenti sejenak dan melanjutkan ceritanya.     

"Bajirao Mastani mengeksplorasi sisi romantis Perdana Menteri Bajirao Ballal Bhat dari Kerajaan Maratha pada abad ke-18. Bajirao Ballal Bhat berjuang memenangkan 40 pertempuran melawan Mughal. Tujuannya, mewujudkan kerajaan Hindu bersatu atau Akhand Bharatvarsha.     

Bajirao pada salah satu ekspedisi militernya dimintai bantuan Mastani menyelamatkan kerajaan ayahnya dari serangan tentara Mughal. Bajirao yang awalnya enggan akhirnya membantu kerajaan ayah Mastani. Ketangkasan Mastani sebagai prajurit perempuan mempesona Bajirao.     

Mereka terlibat perang bersama melawan tentara Kerajaan Mughal. Ketika perang, nyawa Bajirao diselamatkan oleh Mastani dan sebagai tanda terima kasih Bajirao kepada Mastani dia memberikan tanda mata berupa belati. Tanpa sepengetahuan Bajirao, ternyata dalam tradisi dan budaya di Kerajaan Mastani, ketika seorang pria telah memberikan belati hal ini dianggap sebagai simbol pernikahan. Mastani pun jatuh cinta kepada Bajirao dan menganggap Bajirao sebagai suaminya.      

Mastani dan Kerajaannya merupakan kerajaan yang bercorak Islam yang berbeda dengan Bajirao yang bercorak Hindu. Setelah  peperangan reda di Kerajaan Mastani, Bajirao pun pulang kembali Ke Maratha. Kepulangan Bajirao disambut dengan meriah oleh keluarganyanya. Merasa sebagai istri Bajirao, Mastani pun menyusul Bajirao ke Kerajaan Maratha.     

Kedatangan Mastani di Maratha disambut dingin oleh keluarganya, awalnya Mastani diterima sebagai penari di kerajaan dan oleh Bajirao akhirnya diterima sebagai istrinya dan tinggal di Maratha.     

Pernikahan Bajirao dan Mastani akhirnya tercium oleh keluarga besarnya dan Kashibai istri pertamanya. Bajirao terjebak cinta pada dua wanita, Kashibai dan Mastani.      

Ketika mengetahui suaminya berbagi hati dengan perempuan lain, hati Kashibai hancur berkeping-keping. Mastani yang jatuh cinta pada suami Kashibai, tak mampu menahan gejolak hatinya untuk tidak mempertahankan cintanya, pernikahannya dan sumpah setianya pada Bajirao hingga maut memisahkan mereka.      

Sebagai seorang ksatria yang telah menundukkan Medan perang, Bajirao bergulat hati dengan dua wanita merupakan hal yang terberat. Pernikahan Bajirao Mastani ditentang oleh ibunya, seorang konservatif Hindu, mengingat Mastani adalah seorang Muslim. Kelahiran putra Bajirao Mastani pun tidak diterima dan tidak diperbolehkan untuk diupacarakan oleh para pendeta karena ibunya yang seorang Muslim.     

Sebagai Peshwa, yang bertanggung jawab dengan keamanan kerajaan. Bajirao pun harus pergi ke medan perang dan meninggalkan keluarganya termasuk Mastani dan putranya. Selama sepeninggal Bajirao berbagai upaya percobaan pembunuhan dilakukan oleh Ibu Bajirao hingga Mastani akhirnya dipenjarakan oleh Ibunya.     

Walapun di medan perang Bajirao sangat kuatir dengan keselamatan Mastani dan putranya, hingga saking kepikirannya Bajirao kehilangan konsentrasi selama di medan perang dan hingga terkena senjata lawan. Bajirao pun sakit dan kian parah sakitnya hingga halusinasi dan terus mengigau menyebut nama Mastani. Dalam sakit yang kian parah Ibu Bajirao dan Kashibai dipanggil untuk merawat Bajirao. Melihat kondisi Bajirao yang kesakitan dan terus menyebut nama Mastani, Kashibai pun tak tega dan bersitegang dengan ibu mertuanya agar mengijinkan Mastani dibebaskan dari penjara dan datang menemui Bajirao.      

Kashibai mengirimkan pesan ke utusannya agar membebaskan Mastani dan membawanya menemui Bajirao yang meregang nyawa, tetapi pesan Kashibai diindahkan oleh adik Bajirao yang membenci Mastani sebagai perempuan muslim yang hadir di keluarga mereka. Bajirao meninggal dalam pesakitan memperjuangkan cinta dan tak pernah bertemu Mastani hingga akhir hayatnya."     

"Kisah cinta yang tragis," kata Iqbal berkomentar.     

"Kisah kita hampir sama dengan Bajirao Mastani. Aku sebagai Kashibai istri pertama Bajirao, uda sebagai Bajirao dan Ria sebagai Mastani. Aku tidak ingin uda meregang nyawa karena cinta seperti Bajirao. Saat melihat uda kecelakaan aku sungguh tak tega. Mungkin aku yang bodoh karena terlalu mencintaimu sehingga mengijinkan kalian menikah. Jika tahu kecelakaan itu cuma sandiwara aku tidak akan mengijinkan kalian menikah. Bisa jadi aku akan meninggalkan uda dan menikah dengan laki-laki lain."     

"Jangan bicara seperti itu Naura. Aku tidak sanggup kehilangan kamu. Aku bodoh telah tertipu. Aku bersalah padamu."     

"Aku sudah memaafkan uda. Uda yang pertama bagiku. Bagi seorang perempuan jika telah mencintai seorang pria maka pria itu adalah segalanya. Susah melupakan cinta pertama apalagi sudah menyumsum dalam tulangku. Cintaku padamu telah mendarah daging. Aku rela berkorban asal uda bahagia, termasuk mengijinkan uda menikahi Ria."     

"Hatimu sangat lembut sayang. Maafkan aku telah menyakitimu berulang kali."     

"Tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku sudah memaafkan uda. Bagaimana dengan Ria?"     

"Dila sudah membereskan dia. Ria harus mempertanggung jawabkan perbuatannya."     

"Apa maksud uda?"     

"Dila melaporkan Ria ke polisi, dia sudah ditahan. Aku tak menyangka dia akan membunuh kamu. Aku tertipu paras cantiknya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.