Jodoh Tak Pernah Salah

Part 111~ Pulang ke Indonesia ( 2 )



Part 111~ Pulang ke Indonesia ( 2 )

1"Aku takut membuat dia kecewa Abi."     

"Jika takut membuat dia kecewa balas saja cinta dia. Apa kamu benar-benar tidak tertarik dengan dia? Abi lihat kalian cocok."     

"Aku tak pantas untuk dia."     

"Kamu yang tidak pantas atau dia yang tidak pantas untuk kamu?"Abi Usman mengultimatum.     

"Maksud Abi?"     

"Jangan pura-pura tidak mengerti arah pembicaraan Abi. Kamu menolak dia karena dihati kamu ada orang lain. Benar apa tidak?"     

"Mak-maksud Abi?" bibir Fatih bergetar karena Abi Usman menebak pikirannya.     

"Kamu sudah memiliki wanita yang kamu cintai bukan di Padang? Kamu berada disini demi dia bukan?"     

"Darimana Abi tahu? Apa sahabatku yang mengatakannya pada Abi?" Fatih gemetar rahasianya terbongkar.     

"Bukan. Kamu sendiri yang mengatakannya."     

"Kapan Abi?" Fatih menggaruk kepalanya yang tak gatal. Perasaan ia tak pernah membicarakan Dila pada Abi Usman.     

"Saat sakit kamu menggigau memanggil namanya. Dila namanya bukan?"     

Wajah Fatih memerah karena Abi Usman menyebut nama Dila. Seketika ia rindu dengan Dila, merindukan masa kecil mereka. Pergi sekolah bersama, belajar bersama Dila dan mengingat janji mereka untuk saling menunggu.     

"Abi lihat kamu sangat merindukan dia, bahkan dalam mimpi pun kamu masih mengingat dia. Abi kira ketika sakit kamu akan memanggil Ibu, tapi Abi salah. Kamu malah memanggil Dila. Abi jadi penasaran siapa Dila bisa memporak porandakan hati anak Abi? Pasti ia sangat hebat sampai bisa menaklukan kokohnya hati Fatih. Sang penakluk takluk pada wanita bernama Dila."     

Fatih mengulas senyum, hatinya gerimis mengingat Dila. Wanita yang ia perjuangkan mati-matian telah dinikahkan oleh kedua orang tuanya. Ada penyesalan dihati Fatih kenapa tak meminta restu pada keluarga Dila. Minder belum jadi apa-apa membuat Fatih berat menemui orang tua Dila. Sadar diri hanya anak seorang ART. Jangan berharap gembel sepertinya mendapatkan Cinderella seperti Dila.     

"Abi bisa saja," kata Fatih sendu.     

"Jika kamu menikah dengan Dila jangan lupa undang kami. Kami akan usahakan datang ke Indonesia menghadiri pernikahan kamu," balas Abi Usman bak meteor menghamtan bumi bagi Fatih.     

Menikah dengan Dila? Mana mungkin ia menikah dengan Dila sementara Dila sudah menjadi istri pejabat daerah di Sumbar. Saingannya berat seorang politisi dan pengusaha kaya seperti Bara. Fatih saja merasa minder jika disandingkan dengan Bara. Fatih semakin terluka melihat Dila bahagia dan dekat dengan sang suami. Siaran langsung pelantikan Bara sudah mematahkan hatinya. Jika ia dan Dila tak mungkin bersama, Dila sudah menjadi milik orang lain.     

Fatih teringat cerita novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Novel ini berkisah tentang Siti Nurbaya dan Samsul Bahri. Siti Nurbaya merupakan anak Baginda Sulaiman. Samsul Bahri dan Siti Nurbaya rupanya saling mencintai. Namun, perpisahan mereka dimulai ketika Samsul Bahri meneruskan sekolah kedokteran di Jakarta. Sementara, Siti Nurbaya terpaksa memilih keinginannya untuk menikah dengan Datuk Maringgih karena ayahnya terlilit utang dengan Datuk Maringgih. Pernikahan Siti Nurbaya tidak bahagia. Dia ke Jakarta untuk menyusul Samsul Bahri. Siti Nurbaya dituduh mencuri uang Datuk Maringgih sehingga mengharuskan Siti Nurbaya dan Samsul Bahri kembalike Padang.     

Akhirnya, Siti Nurbaya meninggal karena memakan lemang yang telah diracuni oleh anak buah Datuk Maringgih. Samsul Bahri sedih bukan main. Akhirnya Samsul Bahri meninggal karena perang dengan Datuk Maringgih pada masa peperangan Indonesia.     

Kisah cinta Fatih dan Dila hampir sama dengan Siti Nurbaya dan Samsul Bahri. Sama-sama kasih tak sampai. Fatih berpisah dan putus komunikasi dengan Dila karena bersekolah di Mesir. Mereka mengikat janji setia, tanpa ada keluarga yang tahu hubungan mereka. Mereka backstreet. Dila yang sudah mapan dan berusia matang menikah karena perjodohan keluarga. Fatih tak jua pulang, memberi kabar kapan ia pulang.     

Dila tak mau kedua orang tuanya malu karena memiliki anak seorang perawan tua. Percuma saja mapan, tapi tidak laku dan milih-milih pasangan. Padahal dalam hati Dila yang bertahta seorang Muhammad Fatih yang sedang melanjutkan pendidikan di Cairo.     

"Abi aku pamit dulu," Fatih mencium tangan Abi Usman dan memeluknya. Air mata Fatih tumpah karena akan berpisah dengan ayah angkat yang selama ini membantu dan menyayanginnya.     

Umi Farida menghampiri Fatih dan Abi Usman. Ia tak bisa menahan perasaannya untuk tak menangis. Anak yang sangat disayanginya akan pulang ke kampung halaman. Tempat nan jauh disana yang hanya pernah ia dengar, tanpa tahu bagaimana bentuk kota Padang.     

"Umi maafkan aku jika selama ini merepotkan," kata Fatih mencium kedua tangan Umi Farida.     

"Abi. Aku berangkat ya?" pamit Fatih sekali lagi.     

"Siapa yang antar kamu ke bandara?" Tanya Abi Usman.     

"Ada Zaki dan Reno."     

"Hati-hati di jalan nak. Semoga kamu selalu diberi kesehatan, usaha lancar, jodohnya juga lancar dan jangan lupa sampaikan salam kami pada kedua orang tua kamu di Padang. Kami kehilangan kamu nak…."cebik Abi Usman tak dapat menyembunyikan kesedihannya.     

"Abi, Umi. Jangan sedih dan menangis. Aku mohon semakin berat langkah kaki ini meninggalkan Cairo. Berpisah bukannya bercerai. Kita pasti akan bertemu lagi. Aku akan menengok kalian disini." Fatih berjanji menggenggam erat tangan Abi Usman.     

Ketukan pintu rumah terdengar nyering. Mereka menoleh ke arah pintu.     

"Sepertinya Zaki dan Reno sudah datang," kata Fatih berjalan menuju pintu. Ia membukakan pintu flat. Kebetulan flat Fatih dengan Abi Usman bersebelahan. Terlihat Zaki dan Reno tersenyum sumringah menatapnya, seraya mendorong tiga koper besar miliknya. Beruntung sekali ia mendapatkan sahabat yang pengertian. Mereka tak hanya menjemput, tapi juga membawakan barang-barangnya.     

"Sudah siap pulkam? Ketemu Dila?" Goda Zaki tersenyum lucu.     

Fatih mendaratkan telunjuknya di bibir, meminta Zaki diam, ia malu jika Zaki terus-terusan mengungkit Dila, apalagi di depan Abi Usman dan Umi Farida. Walau kedua orang tua angkatnya mengerti tapi tetap saja ia malu.     

"Assalamualaikum Abi,Umi," sapa Zaki dan Reno ketika mereka melihat kedua orang tua angkat Fatih.     

"Kami akan mengantarkan anak kesayangan Abi dan Umi ke bandara. Jangan sedih Umi, Abi. Kami siap menggantikan Fatih jadi anak kalian," goda Reno tersenyum nakal menatap Fatih.     

"Kalian bisa saja. Tidak ada yang perlu menggantikan. Kalian sudah kami anggap seperti anak kami sendiri," kata Umi Farida.     

"Fatih. Hati-hati di jalan ya nak. Kami pasti merindukan kamu."     

"Iya Umi. Terima kasih untuk selama ini."     

"Kami pasti merindukan kamu nak…." Cebik Umi Farida kembali menangis.     

"Umi jangan menangis. Aku mohon," pinta Fatih sekali lagi.     

"Fatih cepatlah pergi sebelum Umi kamu semakin sedih. Abi tidak mengusir, tapi Umi kamu akan terus menangis melihat kamu masih ada disini."     

Fatih menganggukkan kepala,"Baik Abi. Aku pamit Abi, Umi. Aku sayang kalian."     

Fatih membuka pintu flat. Angin gurun sahara langsung menerpa wajah mereka. Mereka menuruni tangga satu persatu. Flat mereka berada di lantai dua. Sampai di lantai satu seorang memanggil Fatih.     

"Fatih! Fatih!" teriak seorang wanita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.