Jodoh Tak Pernah Salah

Part 114 ~ Rapat Keluarga



Part 114 ~ Rapat Keluarga

3"Yang penting temui saja ayah dan bunda. Apa yang dibahas nanti kita pikirkan. Nanti aku akan membela uda."     

"Benar kamu akan membela uda?"     

"Apa uda tak percaya padaku?"     

"Uda percaya cuma memastikannya saja."     

Dila dan Iqbal ke ruang keluarga menemui Defri dan Lusi. Orang tua mereka terlihat sibuk berdiskusi. Entah apa yang mereka bicarakan, sepertinya membahas tentang Ria dan keluarganya.     

"Ayah, bunda," panggil Iqbal seraya mengambil posisi duduk.     

"Iqbal kamu sudah datang," balas Defri melepas kacamata. Ia habis membaca koran, lalu ia meletakkan koran di atas meja seraya menunjukan headline koran hari ini.     

MERTUA DAN ADIK IPAR PENGUSAHA MUDA IQBAL PUTRA DEFRI DICIDUK BERMAIN JUDI DI KEDIAMANNYA.     

Iqbal tepuk jidat membaca headline berita lokal membahas penangkapan mertua dan adik iparnya.     

"Ini sangat memalukan Iqbal," kata Defri kecewa.     

"Iya ayah. Aku tahu," jawab Iqbal menunduk.     

"Ria sampai sekarang masih di penjara. Apa rencana kamu?���     

"Rencana apa ayah?"     

"Apa kamu akan terus membiarkan dia di penjara atau bagaimana? Kalau wartawan sampai tahu soal Ria keluarga kita makin malu. Cibiran dari kolega dan rekan bisnis tak bisa ayah elakkan. Keluarga Ria melempar kotoran pada keluarga kita. Memalukan sekali mereka. Hidup mereka hanya untuk bermain judi dan uang yang kamu berikan dihabiskan untuk berjudi. Keluarga kita jadi perbincangan tetangga dan rekan bisnis."     

"Ayah jangan emosi," kata Lusi mengingatkan.     

"Bagaimana ayah tidak emosi jika keluarga kita di permalukan seperti ini. Ayah tak terima dihina seperti ini. Ibaratnya keluarga Ria makan nangka kita yang kena getahnya. Apa kita harus membersihkan kotoran mereka?"     

"Akan aku selesaikan ayah," ucap Iqbal angkat bicara.     

"Harus kamu selesaikan sampai tuntas. Ayah sangat malu dengan masalah ini. Apalagi mereka juga mengungkit pernikahan poligami kamu. Mereka mengatai kamu lapa ka padusi." (lapar ke perempuan).     

"Ayah tidak perlu memikirkan masalah ini," balas Iqbal lagi.     

"Baa indak den pikian dek ang? Urang sibuk mampagunjiangan awak se."     

(Bagaimana tidak saya pikirkan. Orang-orang sibuk menggosipkan kita.)     

"Malu ang malu den juo Iqbal. Bini kaduo ang jo keluarganyo alah buek malu. Alah dari dulu aden tagahan jan pabinian juo inyo. Naura alah ado, ang kareh juo hati ang indak pabinian inyo. Inyo rancak di labuah se, aslinyo busuk. Ang baru tahu kini kan? Aden alah tahu dari dulu. Kalo indak Naura nan maumbuk den dulu, alah den tendang ang dari keluarga ko."     

(Malu kamu juga malu saya Iqbal. Istri kedua kamu dan keluarganya sudah membuat kita malu. Sudah dari dulu saya larang, jangan nikahi dia. Sudah ada Naura, kamu masih saja keras kepala menikah dengan dia. Dia hanya cantik diluar saja, aslinya busuk. Kamu baru tahu kini bukan? Saya sudah tahu dari dulu. Kalau bukan Naura yang membujuk saya dulu mungkin kamu sudah saya usir dari keluarga ini.)     

"Iya ayah maafkan aku telah salah ambil keputusan. Maaf aku membuat kalian terluka dan malu karena masalah ini."     

"Dia tak layak jadi keluarga kita. Kemarin ayah masih berbaik hati menerima dia kembali pada keluarga kita, tapi dia mempermalukan keluarga kita sedemikian rupa. Ayah ingin kamu menceraikan Ria. Ambil hak asuh Attar dan Aina. Tak akan ayah biarkan keluarga mereka mengasuh cucu-cucu ayah. Nanti mereka akan menjadikan cucu-cucu ayah penjudi seperti mereka. Tak hanya itu, istri tercinta kamu yang cantik jelita yang sangat kamu cintai hingga tidak mau berpisah dan mengorbankan Naura, tak hanya seorang PENJUDI, tapi juga seorang perokok. Perempuan macam apa dia? Tidak ada ciri khas perempuan Minangkabau. Minangnya telah hilang yang ada hanya KABAU (kerbau)."     

"Ayah tahan emosinya. Tidak boleh memerintahkan anak untuk bercerai. Dosa," kata Lusi mengingatkan.     

"Ria tak layak jadi bagian keluarga kita. TITIK!"     

"Ayah tidak boleh seperti itu. Kita tak boleh ikut campur urusan rumah tangga uda. Biarkan uda yang memutuskannya," akhirnya Dila angkat bicara karena Defri emosi level dewa.     

"Kamu jangan membela Iqbal. Sekali ayah bilang dia harus menceraikan Ria dia harus lakukan. Kamu tidak tahu betapa malunya ayah dan sakitnya ayah ketika mereka sibuk membongkar aib kita. Yang berbuat siapa yang kena hina siapa? Ini lebih sakit daripada orang-orang mengatakan kamu perawan tua suka pilih-pilih." Defri keceplosan.     

"Kenapa ayah jadi membahas Dila?" Tanyanya tak terima. "Jadi karena ayah malu punya anak perawan tua maka ayah menikahkan Dila dengan anak sahabat ayah. Jodoh siapa yang tahu ayah? Bukankah jodoh itu datang dari Tuhan?"     

Dada Dila sakit mengetahui jika sang ayah malu dengan statusnya sebagai perawan tua. Jodoh siapa yang tahu? Kali ini Dila malah mengutuk Fatih dalam hatinya. Jika saja tak menunggu Fatih mungkin cap perawan tua tak akan disematkan padanya.     

"Jodoh memang datang dari Tuhan, tapi kita harus mencarinya. Bukan diam ditempat menunggu saja," jawab Defri ketus. Efek marah ia bicara melantur hingga membahas Dila.     

"Kenapa ayah jadi bahas Dila sich?" gerutu Dila kesal. Emosinya terpancing.     

"Itu karena kamu membela Iqbal. Harusnya uda kamu yang brengsek ini punya istri satu saja. Seperti tidak puas hidup dengan satu wanita. Mana perempuan keduanya bibit, bobot dan bebetnya bobrok. Penuh sandiwara. Naura jelas siapa keluarganya. Keluarga terpandang dan juga seorang dokter. Sedangkan Ria siapa? Dia pramugari, bisa jadi dia juga jadi gundik seperti berita yang viral itu."     

"Emosi boleh saja ayah cuma jangan melantur dari pokok permasalahan," balas Dila.     

"Sejak menikah kamu sudah berani melawan ayah?" Defri bersiap akan menampar Dila namun dicegah oleh Lusi.     

"Ayah hentikan! Kenapa kita malah bertengkar seperti ini," ucap Lusi marah.     

"Kalau kalian masih bertengkar lebih baik bubar saja."     

"Bukan begitu bunda," jawab Dila melunak.     

"Ayah terlalu keras pada uda. Kita jangan menghakimi uda. Uda sudah banyak memikul masalah. Ini juga enggak mudah untuk uda. Uda sampai tidak makan memikirkan rumah tangga dan anak-anaknya. Kita tak boleh mencampuri rumah tangga mereka. Biarkan uda memikirkannya. Jika ayah minta uda menceraikan Ria itu sama saja membiarkan cucu-cucu ayah menderita. Mereka masih kecil dan butuh kasih sayang ibu mereka. Jika orang tua mereka bercerai, malah akan merusak mental mereka."     

"Sekali ayah bilang mereka bercerai harus bercerai. Pilihannya hanya dua. Ceraikan Ria atau angkat kaki dari rumah ini tanpa bawa harta keluarga sepersen pun."     

"Ayah," pekik Dila dan Lusi.     

"Ayah egois dan tak punya hati," cecar Dila.     

Dila bak kena garda Bima saat perang mahabarata. Terlempar berkilo-kilo meter dan tubuhnya nyaris remuk. Tulang belulangnya lepas dari dagingnya dan tubuhnya berserakan tak berbentuk. Perintah Defri terlalu kejam dan maunya menang sendiri. Kelakuan Ria yang mencoba membunuh Naura, penjudi dan perokok, Defri memerintahkan Iqbal untuk menceraikan Ria. Bagaimana nantinya jika Defri tahu jika Bara menantu pilihannya seorang gay dan mafia kelas kakap?     

Dila bergidik membayangkan jika Defri tahu siapa Bara. Defri tak segan memutuskan persahabatannya dengan Herman, memutuskan hubungan bisnis dan semuanya. Hanya waktu yang akan menjawab.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.