Jodoh Tak Pernah Salah

Part 133 ~ OTW Australia



Part 133 ~ OTW Australia

0'Perubahan terbesar dimulai dari mindset kita. Aku ingat perkataan perdana menteri Inggris yang pertama, Margareth Thatcher. Perhatikan apa yang kita pikirkan, karena itu akan keluar menjadi ucapan, menjadi kata-kata. Perhatikan apa yang kita ucapkan karena itu akan keluar menjadi tindakan, menjadi actions. Perhatikan apa yang kita lakukan, karena ketika itu diulang-ulang terus dia akan menjadi habits (kebiasaan). Perhatikan kebiasaan kita mulai dari mata terbuka, sampai tertutup lagi karena itu akan menjadi karakter. Perhatikan karakter kita karena demikianlah takdir kita. Jadi apa yang kita pikirkan itulah takdir kita. Kau menjadi gay dan tak bisa sembuh karena kamu berpikir gay tidak akan bisa sembuh'     

'Urusan Kun Fayakun itu urusan yang Maha Kuasa. Urusan kita berikhtiar semaksimal mungkin. Jangan salahkan orang-orang yang terbiasa baca Alquran minimal satu juz. Jika tak baca Alquran barang sehari akan ada yang kurang sehingga takdir mereka menjadi seorang hafiz dan hafizah Qur-an. Mereka terbiasa seperti itu. Selama ini mindset kamu diisi dengan nutrisi apa?'     

'Apa yang kamu baca? Apa yang kamu lihat? Apa yang kamu dengar? Apa yang kamu serap? Bagaimana habits (kebiasaan) kita akan terbentuk. Dan arahnya akan kesana. Takdir kamu sekarang seorang gay tak lepas dari kebiasaan kamu. Jika kamu masih berkumpul dengan komunitas gay, berhubungan dengan Egi, maka kau tidak akan pernah sembuh.'     

'Perbaikilah hubunganmu dengan Tuhan. Apa selama ini kau mendekatkan diri padanya? Bagaimana ibadahmu? Apakah kau sudah mengikuti perintah dan menjauhi larangan Tuhan? Jika belum perbaikilah dirimu. Hidup tak hanya sekedar dunia Bara. Hidup di dunia adalah perjalanan, tempat persinggahan. Dunia ibarat kau menerima ujian, hasilnya akan kau dapatkan di akhirat. Ingatlah mereka yang LGBT dulunya pernah normal. Kembalilah ke fitrah sebagai manusia. Tak akan pernah lelaki sesama lelaki bisa memilikinya. Jika kau dan Egi bisa memiliki anak secara alami tanpa teknologi aku akan mengakui keberadaan LGBT. Dan kau bebas melakukan perbuatanmu.'     

Bara seakan dejavu mendengar Dila mengucapkan kata-kata itu. Ia merasa Dila berada di dekatnya. Bara melihat sosok Dila dekat jendela kamar mereka seraya memandangi danau. Bara tersenyum bahagia akhirnya sang istri pulang. Bara mendekatinya dan berusaha merengkuhnya dalam pelukan. Ketika akan mendekati Dila, Bara harus menelan pil pahit. Dila tak ada disana. Ia hanya berhalusinasi melihat Dila ada di kamar.     

Bara menahan perih dalam hatinya. Ia benar-benar rindu dengan istrinya. Ia seperti orang gila tak menemukan keberadaaan sang istri. Jika biasanya ia menghabiskan wine untuk lari dari masalahnya kali ini tidak. Bara ingin menjadi suami yang baik untuk Dila. Ia mulai sadar jika Dila sangat berarti untuknya. Ia ingin Dila kembali padanya dan ia harus memperbaiki diri. Bara mulai melakukan sholat lima waktu dan mulai ikut kajian di masjid walau hanya masjid dekat kantor.     

Dian menangis haru melihat perubahan Bara ke hal yang positif. Ia mulai beribadah dan belajar membaca Alquran. Ia mencoba menahan godaan dari laki-laki gay, walau kadang ia sulit menolak ajakan mereka. Dian pun ikut beribadah seperti Bara. Mereka sudah lama jauh dari Tuhan karena merasa Tuhan tak adil pada mereka hingga mereka mengalami peristiwa pahit di masa lalu.     

*****     

Dila kaget tiba-tiba Fatih datang ke hotel tempatnya menginap bersama sahabatnya. Maksud kedatangan Fatih untuk mengantarkan Dila ke bandara. Fatih khawatir Dila pergi seorang diri ke bandara karena ia berangkat malam hari.     

Dila merasa sungkan dan tidak enak hati karena Fatih mengosongkan waktunya untuk datang mengantarnya. Awalnya Dila menolak, tapi karena dipaksa ia pun menuruti keinginan Fatih.     

Tak ada yang lebih membahagiakan Fatih selain melihat Dila. Senyuman Dila sudah lama dirindukannya. Tak ada wanita lain yang memiliki senyum seperti senyuman Dila.     

"Terima kasih telah mengantarkan aku abang," kata Dila sesampainya di bandara.     

"Tidak usah sungkan Dila. Aku hanya memastikan keadaanmu saja. Sangat rentan kamu pergi sendirian ke bandara. Apalagi jadwal pesawatmu malam hari," balas Fatih. Sementara itu teman Fatih bernama Rudi hanya jadi penonton. Ia seperti obat nyamuk untuk mereka berdua.     

Rudi sebenarnya tidak mau menemani Fatih, tapi apa daya. Fatih memaksanya. Demi persahabatan Rudi menemani Fatih mengantar Dila. Satu hal yang membuat Rudi tak habis pikir. Sudah jelas Dila istri orang, tapi Fatih tetap saja mengkhawatirkan Dila. Rudi juga tahu jika Dila wanita yang dimimpikan Fatih siang dan malam.     

"Maafkan aku merepotkan," kata Dila. "Mas Rudi maaf ya jika aku merepotkan Mas Rudi. Pasti Fatih yang memaksa Mas Rudi untuk menemaninya."     

Rudi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dila peka sekali, jika ia keberatan menemani Fatih."Tidak apa-apa Dila. Buat Fatih apa yang enggak."     

"Cieeee," seloroh Dila. "Setia kawan nich?"     

"Bisa dibilang seperti itu."     

"Abang Fatih, Mas Rudi aku pamit ya," kata Dila sebelum check in.     

Dengan berat hati Fatih melambaikan tangan melepaskan kepergian Dila ke Australia. Dila pun merasa pedih meninggalkan Fatih. Dua hati satu cinta yang tak bisa bersatu. Mereka hanya bisa mencintai tanpa bisa saling memiliki.     

Setelah Dila, Rudi pun angkat bicara dan menasehati Fatih.     

"Jangan pernah mengharapkan dia lagi Fatih. Dila sudah menjadi istri orang. Tidak baik kamu terus mengharapkan dia."     

"Aku belum bisa melupakannya. Aku berjuang dari nol demi dia."     

"Fatih. Dalam hidup ini cinta bukan segalanya masih ada yang lebih penting dari cinta. Jika kita bercinta maka seharusnya cinta itu menjadi salah satu pintu menjalankan ibadah. Jangan terlalu kamu turuti perasaanmu. Gunakan akal sehatmu Fatih, karena akal sehat adalah termasuk bagian dari wahyu. Kamu masih memiliki masa depan yang panjang dan luar biasa. Kamu ditunggu oleh ribuan generasi muda di tanah air, jadilah seorang guru dan seorang ulama besar yang memiliki hati yang bersih.     

Apa kau sadar dengan apa yang kamu lakukan saat ini? Jika kamu tetap menuruti perasaanmu untuk menyesal dan membodohi diri berarti kamu saja merusak dirimu sendiri. Cinta yang kamu punya tidak seirama dengan sunnah nabi Fatih. Kamu jangan salah tafsir pada novel yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Said Ramadhan El-Boutyhy. Dalam novel itu beliau hanya ingin menghibur dan menyejukkan orang-orang yang pahit cinta karena kezaliman orang-orang yang tidak mengerti cinta.     

Beliau membela orang yang semestinya dibela. Sejatinya, cinta sejati itu adalah cinta dua insan yang berbeda jenis yang terjalin setelah akad nikah yaitu cinta kita pada pasangan kita yang sah. Cinta sebelum menikah adalah cinta semu yang tidak perlu disakralkan dan diagungkan.     

Fatih dunia ini tidak selebar daun kelor, masih ada jutaan wanita muslimah yang belum menikah bahkan masih kuliah di Mesir. Banyak wanita yang mengatakan cinta padamu, kamu bisa memilih mereka salah satunya seperti Cyra, Naima, Nurul dan yang lainnya. Jika sikapmu seperti ini, itu sama saja kau menyesal akan hidupmu. Fatih semoga Allah memberikan hidayah dan rahmat-NYA dan membuat kamu sadar cinta yang kamu punya itu adalah cinta yang salah."     

Fatih bungkam tak bisa menjawab perkataan Rudi. Apa yang dikatakan Rudi ada benarnya. Bagaimana pun posisinya tetap salah mencintai istri orang. Pertahanannya goyah dan lutut Fatih lemas. Apakah ia bisa melupakan dan melepaskan Dila. Hanya waktu yang bisa menjawab.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.