Jodoh Tak Pernah Salah

Part 134 ~ Nasehat Sahabat



Part 134 ~ Nasehat Sahabat

2Fatih bungkam tak bisa menjawab perkataan Rudi. Apa yang dikatakan Rudi ada benarnya. Bagaimana pun posisinya tetap salah mencintai istri orang. Pertahanannya goyah dan lutut Fatih lemas. Apakah ia bisa melupakan dan melepaskan Dila. Hanya waktu yang bisa menjawab.     

"Rudi aku tidak bisa melupakannya begitu saja," kata Fatih sendu. Ada mendung di matanya.     

"Kamu harus ikhlas."     

"Mengucapkannya gampang tapi untuk menjalankannya sangat sulit untukku," kata Fatih lagi.     

Mereka pergi dari bandara dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Dalam mobil mereka melanjutkan perbincangannya. Rudi menyetir seraya melihat Fatih yang banyak tertunduk.     

"Aku paham apa yang kamu rasakan, tapi menurutku ini tidak pantas. Walaupun Dila menikah karena perjodohan, tidak ada cinta,tapi dia menikah sah secara agama dan negara. Jangan pernah lupa cinta sejati itu adalah cinta yang terjalin setelah akad nikah. Cinta yang kamu rasakan sekarang adalah cinta yang semu, jadi aku mohon tata kembali hatimu Fatih. Banyak wanita di luar sana yang menginginkan kamu menjadi suami mereka contohnya Cyra."     

"Cyra? Kenapa Cyra?"     

"Walaupun selama ini Cyra mencintaimu dalam diam, tapi aku bisa lihat dia sangat mencintai kamu."     

"Jangan bicara Cyra didepanku. Aku hanya menganggap dia sebagai adik."     

"Bukannya apa-apa, Cyra bukan wanita yang buruk. Akhlaknya baik. Dia wanita yang santun, agamanya juga bagus. Walaupun dia sendiri belum menggunakan hijab dan jadi wanita muslimah sesungguhnya, tapi perlahan-lahan jika kamu membimbingnya Insya Allah Cyra akan menutup auratnya dan menjadi istri yang kamu rindukan sama seperti Dila," kata Rudi menghela napas. Mencoba memberi nasehat agar Fatih sadar jika ia telah salah jatuh cinta.     

"Dila pun belum berhijab kan?" tanya Rudi lagi.     

"Kenapa kamu jadi membandingkan Cyra dan Dila?" Fatih tidak suka Dila dibandingkan dengan orang lain.     

"Karena mereka hampir sama. Mereka sebenarnya wanita yang taat pada agama namun mereka belum menyempurnakan agama dengan menutup aurat. Masalah ilmu agama aku rasa Cyra dan Dila sama-sama pintar. Mereka paham dengan agama. Persamaan mereka sama-sama belum berhijab. Mereka belum menjadi muslimah yang sejati ."     

"Aku tidak mengerti apa maksud kamu Rudi?" Fatih geleng-geleng kepala.     

" Kenapa kita jadi bahas Cyra dan Dila?"     

"Iya aku sengaja membahasnya. Aku hanya membandingkan mereka. Dila, dia sudah tidak bisa kamu miliki karena dia adalah istri orang lain, sementara Cyra masih gadis bukan milik siapa-siapa. Dia pun sangat menyukai kamu dan dia bahkan ingin menjadi istri kamu. Cyra mungkin rela meninggalkan Mesir, asal bersama kamu dan kamu menjadi suaminya."     

"Omong kosong apa ini Rudi?"     

"Kembali ke masalah cinta, jodoh dan takdir. Allah memberikan apa yang kita BUTUHKAN bukan yang kita INGINKAN. Allah tidak mentakdirkan kalian untuk bersama sebagai pasangan suami istri karena ada jalan yang lebih indah untuk kalian berdua. Seharusnya sebagai seorang pria soleh kamu sudah memahami semua itu. Jangan turuti hawa nafsumu. Jangan kamu terlalu mengagungkan cintamu," ucap Rudi dengan mulut berbusa-busa. Ia berhenti sejenak dan melanjutkan nasehatnya.     

"Fatih janganlah kau bersikap seperti Qais dalam dalam kisah Laila Majnun yang gila karena cinta. Masa depanmu masih panjang dan hidupmu tidak hanya melulu soal Dila. Kau ibarat Fahri dalam dunia nyata Fatih.Banyak perempuan yang tergila-gila padamu dan tak sedikit di antara mereka berani mengatakan cinta padamu. Ingat dunia ini wanita tak hanya Dila seorang. Masih banyak Dila yang lainnya dan jangan lupakan banyak muslimah yang ingin menjadi istrimu dan kamu tinggal pilih."     

Fatih tertegun mencerna setiap perkataan Rudi. Fatih tak membantah dan juga tidak membenarkan ucapan Rudi. Ini masih sulit untuknya, menerima kenyataan jika Dila telah menikah. Impian Fatih ingin menikah dengan Dila, merajut cinta dan meraih ridho Tuhan.     

"Entahlah aku tidak mengerti. Aku bisa gila memikirkannya. Hatiku sekarang sangat sakit dan perih. Aku sangat berduka yang sangat dalam."     

"Kembali ke bahasan kita sebelumnya masalah takdir. Allah mentakdirkan sesuatu tidak pernah sia-sia. Allah menjodohkan Dila dan suaminya pasti punya alasan tersendiri yang kita tidak ketahui. Allah tidak menjodohkan kalian berdua pasti ada alasannya tersendiri. Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan garis bawahi itu Fatih. Ikhlaslah," pinta Rudi memelas. Ia prihatin pria sesoleh Fatih bisa menjadi Majnun karena kasih tak sampai. Saling mencintai, tapi tak bisa bersama.     

"Ikhlas? Entahlah. Tidak semudah itu aku menerimanya. Kenyataan ini sangat pahit untukku. Bukan hanya untukku tapi juga untuk Dila."     

"Kalian harusnya sama-sama mengikhlaskan. Daun yang jatuh tak luput dari takdir Tuhan."     

"Kamu benar Rudi, cuma aku yang belum bisa menerimanya."     

"Dila bukan jodohmu dan ingatlah jodoh tidak pernah salah, apalagi tertukar. Sebagai Muslim, kita sangat yakin bahwa jodoh, mati, dan rezeki itu sudah diatur oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Aku tidak perlu mengajarimu Fatih pasti kamu sudah tahu konsepnya. Kamu pun pria yang berilmu bukan ecek-ecek. Sebagai sahabat aku hanya mengingatkan."     

Fatih menyentuh pundak Rudi,"Terima kasih telah mengingatkan aku."     

"Sahabat yang baik adalah yang saling mengingatkan ketika sahabatnya salah. Dan ingat kembali konsep jodoh. Allah akan memberikan jodoh yang lebih baik dari Dila yang tak kamu sangka-sangka."     

"Semoga saja,"balas Fatih tak mau berdebat.     

"Aku ingat sebuah hadist yang di riwayatkan Al Bukhari dan Muslim. 'Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi 'alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya.'     

Hadist di atas memberitahukan kita bahwa jalan hidup kita telah ditulis jauh sebelum kita dilahirkan, tapi kitalah yang berusaha menentukan siapa jodoh kita sesungguhnya. Sebelum kamu lahir Allah sudah menetapkan jodohmu dan jodohmu bukan Dila. Sekarang saatnya kamu mencari jodohmu yang telah Allah tetapkan. Walau pun jodohmu sudah di persiapkan, tapi kamu harus ikhtiar untuk menemukannya."     

"Aku pusing memikirkannya Rudi. Aku butuh waktu menata hatiku. Tak mudah melupakan Dila. Cintanya telah mendarah daging dalam tubuhku."     

Rudi menghela napas panjang. Susah menasehati orang yang telah jadi budak cinta. Apa pun yang ia katakan rasanya sia-sia. Pria sesholeh Fatih saja bisa menjadi budak cinta apalagi pria biasa. Ternyata Fatih manusia biasa yang tak bisa menahan gelora cinta di dalam dadanya.     

"Satu hal yang lagi perlu kamu ingat. Walau Dila dan suaminya menikah karena perjodohan tapi mereka sah dimata agama dan negara. Itulah cinta yang sebenarnya, yang terjalin setelah akad nikah."     

"Dila tak mencintai suaminya. Dia hanya mencintaiku Rudi. Dia pergi ke Australia karena tidak bahagia dengan pernikahannya. Dia tersiksa Rudi, dia menderita," kata Fatih labil.     

"Walau pun dia tidak bahagia, kamu tidak berhak ikut campur urusan rumah tangga dia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.