Part 166 ~ Malam Pertama Uhug….. ( 3 )
Part 166 ~ Malam Pertama Uhug….. ( 3 )
Bara duduk di ranjang bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer sebatas paha. Dila berada di kamar mandi berganti pakaian. Bara harap-harap cemas semoga apa yang ia lakukan nanti tidak mengecewakan untuknya dan Dila.
Dila keluar dari kamar mandi menggunakan lingeri putih menerawang, memperlihatkan dada montok dan punggung indahnya. Dila sempat menggerutu menggunakan pakaian ini. Dila sebenarnya malu menggunakan lingerie untuk menarik perhatian Bara. Menurutnya ini sama saja tidak berpakaian. Mau bagaimana lagi ia harus menggunakannya untuk memancing gairah Bara. Bukankah laki-laki akan terangsang dan bernafsu melihat wanita memakai lingerie?
Dila berusaha menutup dada dengan kedua tangannya. Ia malu dan baru pertama kali menggunakan pakaian seperti ini. Bara bangkit dari ranjang dan mendekati Dila. Mereka saling menatap sejenak. Bara mendekatkan wajahnya pada Dila. Mereka menatap penuh makna. Dila merasa gugup, mereka terlalu dekat. Suasana mendukung untuk mereka memulai keintiman.
"Tidak perlu di tutupi. Bukankah aku sudah pernah melihat apel milikmu?" kata Bara sensual menjilat telinga Dila.
Bara mengangkat rambut Dila seperti akan mencepol rambut. Bara mencium tengkuk dan bahu Dila dengan lembut. Menyentuhkan bibirnya di kulit punggung Dila. Ia menciumi setiap inci tubuh sang istri. Dila merasakan perasaan aneh menderanya.
Dila bergerak bak cacing kepanasan. Gelanyar aneh timbul dalam tubuhnya. Desiran gairah bergejolak dalam tubuhnya. Pertahanannya runtuh. Ia tak lagi menutup dadanya. Ia melepaskan tangan dan mengalungkannya di leher sang suami. Bara seperti mendapatkan sinyal untuk bertindak lebih lanjut.
Bara mencium kening Dila lalu mencium kedua kelopak mata, mencium pipi. Lalu ia melumat bibir sang istri. Mereka bertukaran saliva. Mereka larut dalam gairah. Dila sudah panas terbakar gairah. Ia membalas ciuman Bara. Lidah mereka saling membelit dan menyecap.
Dila terbuai rangsangan yang diberikan Bara. Mereka saling mencumbu dan memberikan kenikmatan. Tangan Bara bergerilya menggerayangi tubuh sang istri. Memberikan belaian sayang dan penghormatan. Bara melepaskan tali lingerie Dila dan satu sentakan lingerie Dila tergeletak di lantai. Ia tak mengenakan pakaian lagi.
Dila merasa malu dan membalikkan badan. Bara menarik tangan Dila agar melihat padanya. Ia kembali menyergap Dila memberikan cumbuan lebih dalam dan lebih panas dari sebelumnya. Dila membelai dada Bara dan menatapnya penuh arti. Ia mengecup dada bidang sang suami dan matanya melirik Bara berharap sang suami memberikan lebih.
Bara mengerang pelan menikmati kecupan Dila di dadanya. Dila melakukannya mengikuti insting. Bara kembali melumat bibir sang istri dan mengemut seperti permen, tak mau melepaskannya. Dila memberanikan diri melepaskan celana boxer Bara agar mereka ke inti permainan.
"Kenapa dia enggak bangun?" Dila melengos kecewa ketika melihat kejantanan Bara tidak bangun. Sudah capek ia menghilangkan rasa malu namun kejantanan Bara tidak bereaksi. Dugaannya benar tidak gampang membangkit gairah seorang gay karena ia akan tertarik pada pria bukan wanita.
Bara melihat gurat kekecewaan di wajah Dila. Bara pun menggeram kesal karena Jojo tak bangun menunjukkan keperkasaannya. Ia telah mengecewakan sang istri padahal Dila sudah diliputi gairah yang membara.
Nafsu Dila seketika hilang melihat kejantanan Bara tidak bangun untuk menunjukkan keperkasaannya.
"Maafkan aku Dila," kata Bara penuh penyesalan. Ia pun frustasi. Situasi seperti ini tidak pernah diinginkannya. Kenapa ia tak terpancing gairah ketika Dila telah memberikan dirinya secara suka rela? Kenapa saat Dila terpaksa ia malah bernafsu?
"Tidak apa- apa," jawab Dila menyembunyikan kekecewaannya. Wajahnya berubah keruh.
"Nanti kita bisa mengulanginya lagi. Mari kita tidur," ajak Dila mengambil lingerie yang tergeletak di lantai dan memakainya.
Bara memakai kembali celana boxernya,"Kamu kecewa?"
"Aku tidak kecewa. Cuma aku merasa gagal saja, tidak bisa membuat kamu bergairah."
"Ini bukan salah kami Dila, tapi salahku," ujar Bara menyalahkan diri sendiri.
" Aku belum bisa terpancing dengan wanita."
"Mari tidur Bara." Dila menyentuh pipi Bara memberikan kekuatan."Kita coba dini hari ketika kejantanan kamu ereksi normal."
Bara balas menggenggam tangan Dila yang menyentuh pipinya."Semoga nanti aku tidak mengecewakan kamu."
"Semoga kamu berhasil Bara." Kata Dila berjalan ke ranjang dan bersembunyi di bawah selimut.
Bara ikut berbaring di sebelah Dila dan memeluk sang istri dari belakang.
Pukul tiga dini hari Bara terbangun. Ia melihat kejantanannya ereksi. Ia tersenyum bahagia, membangunkan Dila yang tidur lelap.
"Dila bangun," ucap Bara menyentuh wajah sang istri dengan lembut.
Dila bangkit dari ranjang sembari menguap."Ada apa Bara?"
"Jojo bangun," kata Bara bersemangat.
"Siapa jojo?" Dila kebingungan masih di atas awang-awang. Rasa mengantuknya belum hilang.
"Ini." Bara menunjuk selangkangannya yang sedang ereksi.
Dila tertawa ngakak Bara memberi nama kejantananya dengan nama 'Jojo'.
"Apa kita mulai sekarang?"
Tanpa banyak bicara Bara menyergap bibir Dila. Ia menyerang Dila membabi buta dengan penuh kelembutan. Dila tak bisa tak mengerang mendapatkan serangan demi serangan kenikmatan yang dilancarkan sang suami. Tangan Bara melepaskan lingerie Dila dan semua kain yang melekat di tubuh sang istri. Dila pasrah tak melakukan perlawanan. Ia akan membantu sang suami kembali ke kodrat mencintai tubuh wanita.
Bibir Bara menciumi setiap jengkal tubuh sang istri. Tak ada satu pun bagian tubuh yang terlewatkan. Ia meremas dan mengisap dada Dila.
"Bara, geli," pekik Dila ketika Bara mengemut payudaranya.
Bara berhenti sejenak menatap sang istri. Mata Dila sudah berkabut gairah dan siap untuk dibuahi. Bara mendekatkan wajahnya ke wajah Dila. Tak ada jarak di antara mereka.
Mereka bisa merasakan deru napas masing-masing. Bara sudah tak kuasa menahan gairah yang telah melandanya. Ia menyergap bibir sang istri dan mendapatkan balasan. Bara membelai dada Dila merasa puas karena sang istri membalas ciumannya.
Bara memeluk Dila, menyandarkan kepalanya pada dada Dila untuk mencari kenyamanan. Baru kali ini ia merasa tenang dalam pelukan seorang wanita. Perasaan ini tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Dila melenguh merasakan kecupan dan belaian Bara. Ia menikmatinya dan terbuai dalam gelombang hasrat.
"Kita akan memulainya sayang?" Tanya Bara bersiap melepaskan celana boxer. Kini mereka sama-sama telanjang tak ada pakaian yang melekat di tubuh mereka. Bara membelai-belai tubuh polos sang istri. Mengagumi pahatan mahakarya Tuhan yang paling agung. Tubuh seindah ini kenapa ia tak tertarik?
"Lakukanlah Bara," jawab Dila melenguh menahan desir gairah.
Dila meracau saat jari-jari Bara melesak dalam pusat tubuhnya. Getaran dan gelenyar aneh menyergap tubuhnya. Bara membangkitkan gejolak panas di tubuh sang istri.
"Bara hentikan!" Racau Dila tak bisa menahan gairah yang tengah melandanya.
Jemari Bara menelusuri setiap jengkal tubuh Dila. Tiga jari bermain-main di kewanitaan sang istri. Desahan Dila memenuhi kamar. Bibir Bara menelusuri leher, dada, perut terus ke bawah tak satu pun bagian tubuh yang lolos dari kecupan bibir Bara. Ia memuja tubuh indah sang istri berharap ke depannya tubuh sang istri yang ia rindukan nanti.