Part 182 ~ Penyelamatan Dila ( 1 )
Part 182 ~ Penyelamatan Dila ( 1 )
Hasil penelusuran identitas keluarga Peter Anderson diketahui jika ia memiliki seorang kakak perempuan bernama Ana Anderson. Polisi juga sudah mengantongi identitas Ana dan apa pun kegiatannya. Pemilik mansion pun sudah terlacak. Polisi dan Tuan Smith terbelalak tidak menyangka jika pelakunya seorang pebisnis sukses yang terkenal dengan ke dermawanannya. Entah apa yang dicari oleh sang Tuan, mereka sibuk berkutat dengan pikiran masing-masing. Tuan Smith yakin jika Tuan akan menggunakan pengaruhnya untuk membebaskan diri dari kasus penculikan ini.
Berkat bantuan Clara kasus ini menemukan titik terang. Keberadaan Dila diketahui dan motifnya juga terungkap. Bara berjanji akan menemui Clara setelah kasus ini selesai. Mengucapkan terima kasih dan berdamai. Bara tak akan mencari masalah dan akan berbuat baik pada Wira Setiawan karena sang putri berbaik hati memberi tahu keberadaaan sang istri.
Bara tak bisa membayangkan hidup tanpa Dila. Walau Dila baru empat bulan menjadi istrinya namun Dila memiliki tempat dan arti penting dalam hidupnya.
"Dian aku gugup," kata Bara mengepalkan kedua tangannya.
"Gugup kenapa bos?" Dian menoleh dan menatap dengan wajah penuh keterkejutan.
"Aku takut jika Dila tak bisa kita selamatkan. Kakak angkat Samir seorang mafia. Aku takut dia membunuh Dila."
Dian menggenggam tangan Bara dan menepuk-nepuknya, "Jangan berprasangka buruk bos. Semuanya akan baik-baik saja. Dila aman."
"Semoga," kata Bara goyang-goyang kaki menghilangkan kegugupannya.
"Bos tidak perlu khawatir. Dila akan selamat dan mereka tidak bisa melarikan diri. Akses keluar masuk pulau itu sudah di blokir polisi."
*****
Ana gemetaran membaca headline koran pagi ini. Ia dan Jack yang sedang sarapan kehilangan nafsu makan. Suami Dila telah memviralkan berita penculikan sang istri bahkan beritanya pun tayang di stasiun TV lokal Perth. Ana dan Jack saling menatap dalam kebingungan. Ana mengambil smartphone dan menghubungi Tuan.
"Tuan," panggil Ana histeris ketika panggilannya tersambung.
"Katakan!" Titah Tuan dengan suara bariton. Ia sedang tidur nyenyak ketika Ana menelpon dan panggilan Ana membangunkannya. Semalam Tuan bercinta sampai dini hari sehingga sepagi ini ia masih tidur.
"Berita penculikan istri Bara telah dimuat di koran dan stasiun TV Perth. Beritanya viral Tuan. Apa yang harus kami lakukan?"
"Apa?" Tuan bangkit dari ranjang dengan tubuh telanjang, mencari pakaian lalu memakainya. Terlihat seorang wanita masih tergolek tanpa busana di sebelahnya.
Tuan duduk di sofa seraya mengusap wajahnya kasar. Matanya langsung melek mengetahui penculikan yang ia lakukan diberitakan di media massa.
"Kenapa bisa beritanya dimuat di koran?" Tanya Tuan dengan intonasi tinggi.
"Kami tidak tahu Tuan. Dengan dimuatnya berita ini takutnya kita bisa terlacak. Soalnya jenis heli dan nomor seri heli yang menculiknya ditulis dalam berita. Aku takut keberadaan Tuan terlacak," kata Ana hati-hati.
"Kalian bodoh," maki Tuan murka. Mengambil botol wine dan melemparnya ke dinding. Wanita yang tidur bersama Tuan terjaga karena mendengar suara botol pecah.
"Tuan ada apa?" Tanya sang wanita mengucek mata. Ia bangkit dari ranjang sehingga tubuh telanjangnya terekspos.
"Tuan masih mendengarkan aku?" Tanya Ana panik karena tidak mendengarkan suara Tuan.
"Aku masih disini," jawab Tuan dengan nada sinis.
"Lalu apa yang harus kami lakukan Tuan?"
"Menyingkir dari mansion sekarang juga!"
"Baik Tuan," kata Ana menutup telepon.
"Apa kata Tuan?" Tanya Jack.
"Tuan menyuruh kita menyingkir dari sini."
"Artinya kita kabur dari sini membawa wanita itu?"
Ana menganngguk," Iya."
"Cepat ke atas bawa wanita itu," kata Jack lagi. Jack menoleh pada beberapa pelayan yang berbaris rapi di meja makan.
"Cepat berkemas kita harus pergi dari tempat ini!"
Seorang penjaga berlari terseok-seok. Napasnya terengah-engah karena berlari.
"Gawat Sir," katanya pada Jack.
"Gawat kenapa?" Mata Ana membulat. Kenapa masalah datang bertubi-tubi pada mereka?
"Kita tidak bisa keluar dari pulau ini. Akses keluar masuk dari pulau in telah di blokir polisi." Lanjut penjaga lagi.
"Apa?" Ana langsung lemas terduduk di kursi. Ana mengusap wajahnya dengan kasar.
"Kenapa semuanya berantakan seperti ini. Wanita yang kita culik bukan orang sembarangan."
"Ana kau jangan duduk! Cepat ke atas bawa wanita itu. Kita tidak punya waktu untuk kabur. Jika tidak polisi akan meringkus kita," pekik Jack histeris.
"Bagaimana kita bisa kabur dari sini?" Ana mendorong Jack hingga membentur dinding kaca.
"Kita pakai helikopter pergi dari sini."
"Tidak akan muat dengan jumlah kita yang ada disini. Yang lain bersembunyi di ruang bawah tanah. Kita bertiga kabur naik heli. Ketika polisi lengah mereka akan kabur dari sini.Cepatlah kita tidak punya waktu," teriak Jack lagi.
Ana berlari menuju kamar Dila yang berada di lantai atas. Ketika pintu kamar ia buka Dila sedang duduk melamun di atas ranjang. Makanan yang ada di atas meja tak disentuh sama sekali. Dila tak makan dari semalam.
Melihat kedatangan Ana seraya membawa tali membuat Dila gelapan dan gugup. Ia bangkit dari ranjang menjauhi Ana.
"Kau tidak pergi dariku. Cepat kesini!" Hardik Ana mendekati Dila.
"Pergi dari sini. Jangan dekati aku," tolak Dila mentah-mentah. Dila menampar Ana, namun tangannya di tepis. Ana sadar jika Dila memakai apple watch. Matanya membelalak.
"Pantas polisi bisa menemukan keberadaanmu dan memblokir akses keluar masuk pulau ini ternyata kau memakai ini!" Ana merenggut paksa apple watch dan melepaskannya dari pergelangan tangan Dila. Ana menginjaknya hingga hancur tak berbentuk.
Dila bernapas lega akhirnya polisi menemukan keberadaannya. Dila dapat melihat kepanikan dan ketakutan di wajah Ana. Untung saja apple watch masih terpasang di pergelangan tangannya. Dila bersyukur Bara mencarinya dan mengerahkan kepolisian dengan cepat.
Ana menjambak rambut Dila melihat tersenyum. Senyuman di wajah Dila bak sinyal bahaya bagi Ana.
"Aw…..sakit," rintih Dila meringis.
"Kau tidak akan bebas dari sini. Selamanya kau akan menjadi tawanan Tuan."
"Suamiku akan menyelamatkan aku. Kalian tidak bisa kabur dari sini," kata Dila memanasi.
Plak!!!!!
Ana menampar Dila hingga bibirnya berdarah. Dila tak terima atas perlakuan Ana. Ia menampar balik hingga rambut Ana berantakan. Dua orang wanita bertengkar hingga berguling-guling di lantai. Ana memukul Dila membabi buta. Dila melakukan perlawanan tak mengijinkan Ana untuk melukai tubuhnya.
Dila menendang perut Ana hingga sang wanita terpelanting. Dila memanfaatkan kesempatan untuk lari. Dengan napas terengah-engah, Dila mengikuti insting keluar dari kamar.
Ana memekik memanggil Dila. Pekikan Ana terdengar para penjaga dan beberapa pelayan.
"Tangkap dia!" Titah Ana memegangi perutnya.