Jodoh Tak Pernah Salah

Part 191 ~ Masa Lalu Zyan ( 1 )



Part 191 ~ Masa Lalu Zyan ( 1 )

1Flashback......     

"Vani ayo ikut aku," kata Daniel menarik tangan Vani.     

"Ikut kemana?"     

"Aku akan memberi tahu kamu tentang mama kamu. Aku sudah bertemu dengannya."     

"Aku tidak peduli dengannya," jawab Vani berang.     

Vani sangat membenci sang mama karena meninggalkannya bersama selingkuhannya. Gara-gara perselingkuhan mamanya, sang papa serangan jantung dan meninggal dunia. Vani ditinggalkan sang mama seorang diri dan tinggal di sebuah panti asuhan. Daniel adalah sahabat Vani di panti asuhan yang diam-diam mencintai Vani.     

Cinta Daniel bertepuk sebelah tangan karena Vani sedang menjalani hubungan dengan Zyan, seorang vokalis band. Zyan belum tenar di industry hiburan. Ia baru memulai karier di dunia musik. Zyan terpaksa menyembunyikan hubungannya dengan Vani karena tidak mau merusak kariernya. Fans akan meninggalkan Zyan jika ketahuan memiliki kekasih. Punya kekasih merupakan skandal bagi dunia hiburan mereka.     

"Kenapa kamu tidak peduli Vani? Dia mama kamu. Aku bersusah payah menemukan mama kamu demi kamu. Aku tahu kamu merindukannya walau kamu membencinya."     

"Tahu apa kamu Daniel?" Setetes bulir air mata mengalir ke pipi Vani.     

"Aku sahabatmu dan aku tahu jika kamu merindukannya Vani."     

"Aku tidak peduli," jawab Vani tegas. Rasa sakit hati karena perselingkuhan dan ditinggalkan sang mama ketika papanya wafat meninggalkan bekas luka yang mendalam di hatinya. Vani sangat membenci sang mama.     

"Vani jangan bohongi hati kamu. Aku tahu jika kamu merindukan mamamu. Aku sudah membaca diari kamu," ujar Daniel dengan rasa menyesal. Ia tak enak hati karena telah lancang membaca buku diari Vani.     

"Kau." Vani berang memukul Daniel. Sikap Daniel kali ini sudah diluar batas. Walau Vani telah menganggap Daniel sebagai kakaknya tak seharusnya pria itu masuk ke ranah pribadinya.     

"Kamu pantas marah padaku Vani tapi aku melakukan semua ini hanya untuk membuatmmu bahagia. Aku hanya ingin mewujudkan impianmu seperti yang kamu tuliskan pada diari itu." Daniel memegang pipi Vani dengan penuh kasih. Daniel menaruh perasaaan pada Vani walau sang wanita idaman memiliki kekasih.     

"Kenapa kamu melakukan semua ini Daniel? Kau sangat baik sebagai kakakku."     

Daniel melengos mendengar ucapan Vani. Sekali lagi Vani hanya menganggapnya kakak walau ia terang-terangan mengakui perasaannya. Entah Vani yang tak peka atau pura-pura tak tahu perasaannya.     

"Aku melakukannya bukan sebagai kakak kamu Vani," jawab Daniel berterus terang. Sebaiknya ia mengatakan perasaannya pada Vani dari pada terus memendamnya.     

"Lalu?" Vani tak mengerti maksud perkataan Daniel.     

"Aku melakukannya sebagai pria yang mencintaimu," jawab Daniel menangkup kedua pipi Vani dan mencium bibirnya sekilas.     

Vani shock dan kaget melihat sikap Daniel. Reflek ia menampar Daniel hingga terhuyung.     

"Kau jahat Daniel. Aku menganggap kamu sebagai kakakku tapi kau malah menciumku," balas Vani terisak tangis. Akhirnya ia mengerti kecemburuan dan ketidak sukaan Daniel pada Zyan. Pantas Daniel selalu memintanya memutuskan Zyan dengan alasan vokalis band itu playboy.     

"Aku tidak jahat Vani, tapi aku mencintai kamu." Daniel akhirnya berani mengakui perasaannya.     

"Kau menjijikan. Aku menganggap kamu sebagai kakak tapi di belakangku..." Dada Vani terasa sesak ketika mengetahui Daniel mencintainya. Perhatian dan kasih sayang yang selama ini diberikan padanya bukan kasih sayang seorang kakak ke adik, melainkan perasaan sayang seorang laki-laki pada wanita.     

Blarrrrrr!!!! Suara petir menggelegar menandakan akan turun hujan. Vani melihat hujan telah turun rintik-rintik. Kilatan petir menyambar membuat Vani kaget dan pucat. Vani memegangi perutnya. Semenjak hamil ia jadi takut mendengar suara petir, mungkin bawaan bayi dalam kandungannya. Vani sedang hamil tiga bulan. Dia mengandung anaknya Zyan. Mereka sepakat melahirkan anak itu tapi menyembunyikannya dari media. Orang tua Zyan juga sudah tahu jika Vani sedang mengandung. Rencananya setelah anak itu lahir mereka akan menikah.     

Kilatan-kilatan petir membuat Vani kaget. Ia memegangi dadanya. Daniel mendekati Vani memberikan perlindungan. Daniel tahu jika Vani sangat takut dengan petir akhir-akhir ini. Tanpa sadar Vani meremas lengan Daniel karena ketakutan. Satu kilatan putih menyilaukan mata. Dentuman keras memecah langit membuat Vani menjerit sekeras-kerasnya.     

Guruhnya sangat mengagetkan Vani, reflek ia memeluk Daniel. Entah memanfaatkan keadaan atau benar-benar melindung Vani laki-laki itu membalas pelukan Vani seolah tak mau melepaskannya. Saat sadar Vani melepaskan pelukannya, tapi Daniel enggan melepaskannya. Vani menjadi marah karena Daniel telah lancang memeluknya, walau ia yang mulai duluan karena tak sengaja.     

"Lepaskan aku Daniel," pinta Vani memberontak.     

"Tidak Vani. Sebentar saja aku ingin seperti ini," tolak Daniel mengeratkan pelukannya. Vani sesak napas, pelukan Daniel sangat kuat.     

Muacchhhhh….Daniel mencuri satu ciuman dari Vani. Mata Vani membelalak tak menyangka Daniel akan melakukannya lagi. Kepala Vani mendongak mengekpresikan kemarahan dan kekecewaannya pada sang kakak angkat. Benar apa kata orang jika perempuan dan laki-laki tak bisa bersahabat atau berteman, pasti akan ada salah satu pihak yang akan menyukai.     

"Kau gila Daniel." Vani memberontak melepaskan diri dari pelukan Daniel, namun sang lelaki semakin mengeratkan pelukannya.     

"Lepaskan Daniel. Napasku sesak," pinta Vani memelas.     

Bukannya melepaskan pelukannya Daniel malah mencuri satu ciuman lagi dari Vani membuat wanita itu menangis. Satu pukulan keras menghantam wajah Daniel hingga pria itu melepaskan pelukannya.     

Zyan dengan wajah berang dan emosi memukul Daniel bertubi-tubi. Zyan memukul Daniel di kepala, wajah, perut, kaki. Daniel tersungkur karena tak sanggup melawan kemarahan Zyan. Kecemburaan Zyan sedang berada di atas ubun-ubun. Zyan tidak terima jika wanita yang sedang mengandung anaknya dipeluk dan dicium pria lain.     

Harga diri Zyan terasa tercabik-cabik melihat sikap Daniel pada sang kekasih. Zyan melihat Vani memohon meminta Daniel untuk melepaskanya namun Daniel mengacuhkan permintaannya. Zyan memukul wajah Daniel dan menjatuhkannya ke lantai. Zyan menginjak perut Daniel hingga sang pria muntah darah.     

Vani menjerit histeris melihat keadaan Daniel yang sangat mengenaskan. Zyan memukulinya tanpa kata, suara dan hanya emosi yang ia mainkna.     

"Zyan hentikan!" pinta Vani memeluk Zyan dari belakang. Saat ini hanya itu satu-satunya cara agar Zyan menghentikan kegilaannya. Zyan pria yang sangat emosian. Jika emosinya sudah terpancing ia bisa melakukan perbuatan-perbuatan diluar nekat. Vani tak ingin Zyan melakukannya, ia tahu jika tak mencegahnya Zyan akan membunuh Daniel.     

"Lepaskan aku Vani. Dia pantas mendapatkannya."     

"Hentikan Zyan kamu bisa membunuhnya. Aku tidak ingin ayah anakku menjadi seorang pembunuh."     

Suara petir kembali menggelegar memecah langit. Vani lari dalam pelukan Zyan. Ia mendekap Zyan meminta perlindungan. Zyan masih dikuasai oleh amarah. Ia kembali menendang Daniel. Menurut Zyan, Daniel pantas mati karena telah berani menyentuh wanitanya.     

"BIARKAN SAJA DIA MATI. BERANINYA DIA MENYENTUH WANITANYA ZYAN." Pekik Zyan dengan suara lantang.     

"Aku tidak ingin kamu menjadi seorang pembunuh Zyan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.