Part 196 ~ Pertemuan Fatih dan Bara ( 2 )
Part 196 ~ Pertemuan Fatih dan Bara ( 2 )
( Pengetahuan hanya didapat dengan berguru, kemulian hanya didapat dengan budi yang tinggi, pepatah Minang).
"Alah santiang bana Fatih. Bangga ante sama Fatih." Lusi ikut berkomentar.
( Pintar sekali Fatih, bangga tante sama kamu).
"Om sama tante sehat?"
"Alhamdulilah kami sehat. Lupa tante kenalkan kamu. Kenalkan ini om Herman dan tante Ranti, mertua Dila." Lusi memperkenalkan Fatih pada orang tua Bara.
"Fatih om, tante," katanya memperkenalkan. Entah kenapa Fatih menjadi grogi bersalaman dengan kedua orang tua Bara.
"Uda Herman, uni Ranti ini Fatih. Dia anak salah satu pekerja kami dulunya. Kami sudah menganggap dia seperti anak sendiri. Fatih berkuliah di Mesir dan sudah menyelesaikan S3 ya Tih?" Lusi melirik Fatih.
"Iya tante
"Fatih kuliah melalui program beasiswa. Kami sebagai orang tua sangat bangga padanya. Padusi ma nan baruntuang dapek laki mode iko. Alah gagah, elok laku, santing, sopan, agamonyo rancak trus berbakti samo urang gaek," kata Lusi membelai rambut Fatih. ( Perempuan mana yang beruntug dapat suami kayak Fatih. Ganteng, kelakuan baik, pintar, sopan, agamanya bagus terus berbakti sama orang tua).
"Tante berlebihan," balas Fatih menggaruk kepala.
"Salam kenal om dan tante." Fatih melirik Ranti dan Herman.
"Hebat sekali kamu Fatih. Coba tante punya anak cewek pasti udah dijodohkan sama kamu sayangnya tante cuma punya anak satu." Kelakar Ranti memecah kesunyian. Mereka tertawa ngakak.
"Kalo orang tua udah ngumpul pasti urusan enggak jauh masalah perjodohan," kata Iqbal mencandai Ranti.
"Namanya orang tua pasti pengen yang terbaik buat anaknya. Iya kan Lusi?" Ranti melirik Lusi.
"Betul uni. Kalian akan mengerti jika anak kalian sudah dewasa nanti. Iqbal akan tahu nanti susahnya jadi orang tua ketika anak-anaknya dewasa. Anak gadis kamu ada dua lo Iqbal. Enggak gampang punya anak gadis di jaman sekarang."Lusi mencibir Iqbal.
Iqbal manggut-manggut, " Iya tahu."
"Kata Naura, om dan tante mau tengokin Dila, aku boleh ikut?" Tanya Fatih menatap Defri.
"Tentu. Kenapa harus bertanya," balas Defri meninju perut Fatih pelan. "Ketemu sama adik sendiri ngapain tanya. Sekalian kamu kenalan sama suami Dila. Biar kamu kenal sama adik ipar kamu, mana tahu kalian ketemu di jalan. Kamu enggak pulang sich pas nikahan Dila."
"Gimana mau pulang om. Aku sedang sibuk menyelesaikan disertasi. Kerja lembur bagai kuda ngerjainnya," kelakar Fatih mencairkan suasana.
"Ngapain kita ngobrol disini? Mending kita langsung ke rumah sakit gimana?" Usul Iqbal.
"Yuk," jawab semuanya.
******
Rumah Sakit
Suasana menjadi kikuk ketika Bara dan Fatih bertemu. Mereka kelihatan canggung satu sama lain. Bara sudah tahu wajah Fatih karena Dian memberikan fotonya ketika diminta menyelidiki Dila ketika akan menikah dulu, sementara Fatih sudah tahu wajah Bara ketika menonton siaran langsung pelantikan Bara sebagai anggota DPR.
Naura dan Dian dapat melihat persaingan di antara keduanya. Mereka merasakan suasana sedikit panas dan canggung.
Bara tak suka melihat kedatangan Fatih. Ia menganggap Fatih akan merebut Dila dari sisinya. Nasehat Mira terngiang-ngiang di telinganya. Ia harus memperjuangkan Dila, sebagaimana pun cintanya Dila pada Fatih, ia tetaplah pemenang karena dia suami sahnya Dila.
"Kayaknya Bara dan Fatih udah saling kenal ya? Kok lama banget salamannya?" Tanya Lusi pada keduanya.
Bara dan Fatih langsung melepaskan salaman mereka. Tepatnya mereka bukan salaman tapi adu kekuatan siapa genggamannya yang paling kuat.
"Tidak bunda," jawab Bara salah tingkah.
"Kayak pernah ketemu dimana gitu tante," lanjut Fatih berbohong untuk menetralkan suasana. Hatinya perih dan sakit mengetahui siapa rivalnya. Pantas saja Defri menjodohkan Dila dengan Bara karena pria tersebut memang hebat. Usianya masih muda tapi sudah sukses sebagai pengusaha. Sekarang sudah jadi pejabat daerah dan menjadi ketua DPRD Sumbar. Fatih merasa kerdil berhadapan dengan Bara. Lawannya sangat tangguh.
Hati Bara mendadak panas dan takut jika sang istri direbut. Entah kenapa Fatih datang kesini. Membuat suasana hatinya semakin buruk. Api perperangan telah berkobar dari sorot mata keduanya. Bara mengakui jika Fatih jauh lebih hebat darinya. Laki-laki seperti inilah suami yang dirindukan Dila, namun ia tak akan menyerah begitu saja merebut hati Dila. Tak aka nada perceraian di antara mereka, walau ia telah sembuh total Dila tetap akan jadi istrinya. Selamanya mereka akan jadi suami istri sampai maut memisahkan.
"Ini Bara suaminya Dila, Fatih. Bara, ini Fatih. Dia sudah kami anggap seperti anak kami sendiri. Maaf baru kenalin sekarang karena Fatih baru pulang dari Mesir." Lusi melanjutkan perkenalan mereka.
"Gimana kondisi Dila?" Tanya Ranti mengelus rambut Dila yang sedang asik tidur.
"Kata dokter akan pulih dalam beberapa hari Ma." Jawab Bara.
"Sejak kapan Dila tidur?"
"Sejak dari bandara dia tertidur Ma. Efek obat makanya dia tidur terus."
"Gimana keadaan Dila tahu keguuguran?" Mata Ranti berkaca-kaca.
"Buruk ma. Dia masih menganggap anak itu masih ada di perutnya. Dia shock dan enggak percaya jika keguguran."
"Kalian kenapa liburan di Perth jika Dila hamil muda?"
"Kami enggak tahu ma jika Dila hamil. Kami tahu Dila hamil setelah kecelakaan itu. Dila sadar sedang hamil ketika melihat darah di selangkangannya." Bara bercerita pilu. Tanpa ia sadari air matanya keluar begitu saja. Bara jadi cengeng sejak Dila keguguran. "Dia cucu pertama mama dan papa, tapi sayangnya dia udah pergi."
Iqbal menepuk pundak Bara, "Sabar ya Bara. Gue paham bagaimana perasaan lo. Berapa usia kehamilan Dila ketika keguguran?"
"Kata dokter baru enam minggu. Masih sangat kecil."
"Gimana ceritanya Dila bisa diculik dan keguguran?" Tanya Defri mengagetkan Bara.
Bara bingung menceritakannya. Apa yang harus ia katakana pada keluarganya? Tidak mungkin Bara mengatakan Samir menculik Dila karena ingin Egi menjadi kekasihnya. Jika Bara menceritakannya yang sesungguhnya sama saja membongkar rahasia yang selama ini ia sembunyikan.
"Dila diculik karena ada pria frustasi kehilangan istrinya. Katanya sang istri mirip dengan Dila makanya dia menculiknya. Kasusnya sudah ditangani kepolisian sana. Dila keguguran karena mobil yang ia tumpangi bersama Zyan vokalis band metal itu mengalami rem blong. Pagi itu rencanya Dila akan menonton konser Zyan sebelum bertolak ke Padang," kata Dian mengambil alih.
Bara bernapas lega karena Dian bisa berbohong di saat yang tepat. Jujur saja Bara blank akan mengatakan apa pada keluarganya. Beruntunglah Dian selalu menyelamatkannya di saat genting seperti ini.
"Kenapa kamu yang bicara? Aku tanya pada menantuku," ujar Defri sewot.
Dian kehabisan kata-kata menjawab pernyataan Defri. Bagaimana pun itu mertua Bara. Dian tahu jika Defri tak menyukainya karena selalu ikut kemana Bara pergi.
"Dian yang jawab karena Bara blank besan." Herman menyelamatkan Dian. "Jangan terlalu tegang besan."
"Kok Dila dan Bara liburan ke Perth dia juga ikut?" Defri melirik tajam pada Dian. Dia tak suka menantunya dekat dengan wanita, apalagi wanita itu cantik seperti Dian. Ia tak mau Dila di khianati dan mereka bermain di belakang Dila.