Jodoh Tak Pernah Salah

Part 251 ~ Ketakutan Egi



Part 251 ~ Ketakutan Egi

2Clara dan Egi telah sampai di Jakarta pada dini hari. Mereka menginap di apartemen Clara di kawasan Jakarta Pusat. Clara membuka kunci dan mempersilakan Egi masuk. Sikap Clara tak hangat seperti biasa lebih banyak diam dan tak cerewet. Clara meletakkan tas di atas sofa. Matanya mendelik tajam pada Egi.     

Plakkkkkk!!!!! Clara melayangkan tamparan di pipi Egi. Laki-laki itu sampai terhuyung dan terduduk di sofa. Clara mengerahkan semua tenaganya untuk menampar Egi.     

"Asal lo tahu mama Bara udah meninggal. Puas lo ?" Wajah Clara memerah karena marah.     

Sudah berulang kali menasehati Egi jangan mengejar cinta Bara namun laki-laki itu tak mengindahkan nasehatnya. Berbagai cara di lakukan Clara agar laki-laki itu melupakan Bara dan kembali ke kodrat. Semuanya sia-sia dan menghabiskan waktunya.     

Clara yakin Egi bisa sembuh asal ada keinginan seperti Bara. Jika Bara bisa kembali normal Egi pun pasti bisa. Berbagai macam cara ia lakukan demi kesembuhan Egi bahkan Clara merendahkan harga dirinya mengejar cinta Egi padahal Clara bukanlah gadis jelek. Wanita itu sangat cantik bak berbi hidup, kulit putih dan mata hijau. Mata hijau Clara turunan dari sang mama yang merupakan orang Rusia.     

Clara juga seorang pengusaha real estate, banyak pria tampan dan kaya menginginkannya. Entah apa yang dipakai Egi hingga Clara tergila-gila dan terobsesi ingin menjadi istrinya, walau tahu laki-laki itu seorang gay. Kaum jeruk makan jeruk alias JMJ.     

"Mama Bara baru saja dikuburkan Egi. Sekarang Bara masih berduka. Gue enggak jamin lo bisa selamat kali ini. Kemarin Dian hanya menggertak lo, tapi kali ini gue yakin dia akan membunuh lo dan mencincang tubuh lo." Mata Clara memerah menahan tangis.     

Egi tertunduk lesu menyadari kesalahannya. Emosi membuatnya lepas kendali sehingga ia datang ke rumah Bara dan memberi tahu Ranti. Egi tahu jika Ranti sakit jantung karena Bara pernah bercerita. Sakit jantung Ranti dimanfaatkan Egi untuk memberikan Bara pelajaran. Egi waktu itu tak serius menginginkan Ranti mati. Kata-kata itu terucap karena emosi.     

Sekarang Egi menyesal telah melakukannya. Egi sangat tahu siapa Bara dan Dian. Walau Bara telah berubah menjadi orang baik, tapi jika orang baik tersakiti akan menjadi jahat kembali. Egi menjadi saksi hidup bagaimana Bara menyingkirkan lawan-lawannya dengan sadis.     

Tubuhnya gemetar dan menggigil. Cowok feminim seperti Egi orangnya penakut dan hanya berani menggertak. Wajah Egi pucat dengan keringat dingin yang bercucuran. Mengingat betapa mengerikannya Bara membuatnya merinding.     

"Lo akan melindungi gue kan?" Egi bicara terbata-bata meminta belas kasihan Clara.     

Clara memutar matanya malas dan eneg atas sikap Egi. Kadang ia berpikir kenapa harus jatuh cinta makhluk macam Egi seperti tak ada laki-laki lain di dunia ini. Tak hanya ada satu kumbang di dunia ini masih banyak kumbang-kumbang lain yang berkualitas dan tentunya normal. Gadis cantik bak berbi hidup itu sudah bosan, lelah, capek dan menyerah.     

"Gue enggak akan bantu lo lagi. Ini bantuan terakhir gue buat lo."     

"Kenapa?" Mata Egi membola karena kaget. "Bukannya lo cinta gue?"     

Clara mencibirkan bibirnya dan memperlihatkan wajah jutek tak bersahabat, "Jika gue cinta lo lantas kenapa?"     

"Jika lo cinta gue maka lo akan melindungi gue dari Bara dan Dian? Selama ini lo lakuin itu sama gue pasti kali ini lo akan melindungi gue lagi."     

Clara tertawa sinis seraya berpangku tangan. "Jangan terlalu pede Egi."     

"Maksud lo?" Wajah Egi pias reaksi Clara tak seperti biasanya.     

Clara berjalan menuju dapur diikuti Egi. Clara mengambil dua botol minuman kaleng. Ia melemparnya satu pada Egi. Untung Egi bisa menangkap minumannya. Clara meneguk minumannya hingga habis dan duduk di meja bar.     

"Kadang rasa percaya diri lo itu berlebihan."     

"Sebagai seorang konsultan kita harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi." Egi meneguk minumannya sembari berjalan mendekati Clara dan duduk di sebelahnya.     

"Lo akan melindungi gue kan?" Egi kembali bertanya untuk memastikan keselamatannya.     

Clara tergelak tawa dan benci dengan sikap tidak tahu malu Egi.     

"Kenapa reaksi lo kayak gitu. Apa gue harus memuaskan lo dulu agar lo membantu gue." Egi bangkit dan menidurkan Clara di atas meja bar. Egi melepas kancing baju kemeja Clara namun tangan wanita itu mencekalnya.     

"Berani lakukan gue akan patahkan tangan lo." Ancam Clara dengan wajah dingin dan gelap.     

Egi menghentikan perbuatannya. Tercekat dan tertegun atas sikap Clara. Biasanya wanita itu akan luluh jika Egi mengajaknya bermain di atas ranjang. Namun kali ini sikap Clara berubah 180 derajat. Egi pun bingung bagaimana cara menghadapi Clara.     

"Kenapa lo enggak mau? Bukannya selama ini lo menginginkan gue?"     

"Itu dulu bukan sekarang. Gue ingin ada cinta di dalamnya bukan nafsu." Clara bangkit merapikan rambut dan pakaian yang telah acak-acakan.     

"Jangan mengharapkan cinta gue."     

"Gue juga enggak mengharapkan cinta lo lagi. Masih banyak cowok normal di atas bumi ini kenapa gue buang-buang waktu mengejar cinta seorang gay?" Clara berkata seraya mentertawai Egi. Tatapan sinis dengan wajah jutek membuat Egi jengah sekaligus kaget.     

Ucapan Clara bak sengatan listrik baginya. Sakit tapi tak berdarah. Di saat ia butuh bantuan harapan terakhirnya sudah pupus. Dulu apa pun keinginannya Clara akan memenuhinya asal Egi mau memuaskan di atas ranjang. Kali ini Clara malah menolaknya ketika Egi membawanya pada permainan panas.     

"Kenapa lo bisa ngomong kayak gitu? Hanya sebesar itu cinta lo sama gue? Mana perjuangan lo untuk mendapatkan hati gue?" Egi marah-marah karena kesal dengan sikap Clara.     

"Gue akan memperjuangkan orang yang pantas di perjuangkan bukan cowok gay yang enggak bisa move on kayak lo." Clara menghina Egi secara frontal.     

"Buat apa gue perjuangin lo jika lo masih ingat sama Bara. Lo masih ngejar dia. Memperjuangankan cinta lo yang salah itu. Sadarlah jika gay itu menyimpang dan sumber penyakit. Tidak ada kisah percintaan sejenis yang berakhir bahagia. Akhirnya cuma satu, kena penyakit dan lo terbaring tak berdaya di rumah sakit dan kaum lo menjauh. Gue sudah lelah mengejar lo. Gue lelah dan gue menyerah. Gue benci sama lo." Ucap Clara beruraian air mata melampiaskan uneg-unegnya.     

"Apa yang gue perjuangkan percuma Gi. Lo cinta mati sama Bara sementara dia sudah move on. Lo mati-matian mengejar cinta Bara. Buat apa gue terus perjuangin lo, sementara hasilnya sudah bisa gue tebak. Lo keukeh memperjuangkan cinta Bara. Gue mundur untuk mendapatkan cinta lo. Ini bantuan terakhir gue buat lo sebagai wanita yang pernah mencintai lo."     

"Jadi lo enggak mencintai gue lagi?"     

"Pergi lo dari sini!" Clara mengusir Egi. Ia bahkan menarik tangannya dan mengeluarkan Egi dengan paksa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.