Jodoh Tak Pernah Salah

Part 285 ~ Bertemu Investor ( 2 )



Part 285 ~ Bertemu Investor ( 2 )

2"Apa?" G kaget Dian menatapnya dengan tajam.     

"What's wrong Mr G?"     

"Sorry. Mari kita bicarakan bisnis," ujar G mengalihkan perhatian.     

"Silakan diminum kopi dan cemilannya G, Mike." Dian mempersilakan G untuk mencicipi minumannya.     

"Mike minum kopinya." G memerintahkan Mike meminum kopi yang dibawakan Dian.     

Kau memang sangat menarik dan mempesona sayang. Aku semakin ingin memilikimu dan ingin menjadikanmu permaisuri di hatiku. Bisik G ketika menyeruput kopinya.     

Dian menghembuskan napas panjang tak tahu merasa bangga atau kesal pada G. Dian bukannya tidak tahu jika G tertarik padanya. Dian bukanlah anak kemarin sore yang masih polos dan tidak tahu apa-apa jika ada pria yang tertarik padanya. Cara G melihat dan memperlakukannya menyiratkan jika menyukainya.     

Dian sangat aneh dan heran kenapa bisa cepat akrab dengan G dan bahkan pria itu mempercayainya untuk melakukan investasi di Bara Company. Mereka baru berkenalan di taplau ketika pria itu menabraknya.     

Pintu ruang rapat diketuk dari luar. Bara datang membawa beberapa proposal. Ia sudah membacanya hingga berulang kali dan memastikan jika proposal yang dibuat Dian sudah benar dan tak ada kesalahan.     

"Mr. G itu Pak Bara." Dian melihat ke pintu.     

"Mr Mike itu Pak Bara."     

Bara mendekati G dan mengulurkan tangannya. Ia juga menyalami Mike     

"Aldebaran. You can call me Bara," sapa Bara dengan hangat dan bersemangat.     

G bangkit dari tempat duduknya. "Giovani. Call me G," jawab G tak kalah ramah.     

"My asisten, Mike." G memperkenalkan Mike. Mereka juga berjabatan tangan.     

"Where do you come from?"     

"Aku campuran. Ayahku berkebangsaan Inggris dan ibuku orang Indonesia. Aku menetap di Vietnam."     

"Wowww anda bisa bahasa Indonesia rupanya." Bara tergelak tawa dan merasa cepat akrab dengan G.     

"Mari duduk." Bara mempersilakan G dan Mike kembali duduk.     

"Terima kasih."     

"Bisakah kita mulai." Bara bertanya sebelum memulai rapatnya.     

"Silakan Mr Bara." G mempersilakan Bara untuk memulai meeting.     

"Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran Mr G dan Mr Mike. Saya sangat terkesan dan berterima kasih sekali telah diberi kesempatan untuk bertemu dengan kalian. Semoga setelah kalian membaca proposal kami tertarik berinvestasi pada Bara Company."     

Bara menayangkan power point konsep resort di Mentawai. Ia mulai presentasi.     

"Kami menamakan resort ini dengan nama 'Mentawai Privat Resort'. Kenapa kami menamakannya seperti itu? Karena Mentawai sudah mendunia dan dikenal berbagai turis. Jadi mereka sudah tak asing dengan nama resort kami. Private resort artinya kami memberikan privasi bagi pengunjung resort kami. Membatasi tamu yang menginap sehingga resort tidak ramai dan pengunjung berasa di rumah sendiri. Jauh dari keramaian dan merasa lebih tenang."     

"Konsep perencanaan Mentawai Private Resort mampu menghadirkan suasana yang alami yang menantang dengan pemanfaatan potensi alam sekitar sebagai inovasi dari sebuah penginapan di tempat wisata laut sehingga pengunjung mendapatkan pengalaman tinggal di alam yang terjaga kelestriannya."     

Bara menjelaskan dengan detail konsep perencanaan yang terdiri dari konsep organisasi, konsep besaran ruangan, konsep zoning ruang. Bara juga menjelaskan konsep perancangan resort.     

G sangat terkesan dan tertarik bagaimana Bara mempresentasikan proyek Mentawai Privat Resort.     

"Aku tertarik Mr Bara. Kapan kita ke Mentawai survei lokasi?"     

Wajah Bara sumringah dan berbinar-binar. Baru kali ini ia bertemu dengan investor yang langsung mengiyakan kerja sama di pertemuan pertama.     

"Apa ini tidak terlalu cepat Mr G?" Bara berusaha menggoyahkan pendirian G agar ia tahu pria bule itu serius apa tidak.     

"Sebelum aku ingin investasi di Bara Company aku sudah mengecek latar belakang perusahaan anda. Jadi tidak ada keraguan untuk berbisnis dengan anda. Jika Tuan Smith dari Perth berani berbisnis dengan anda kenapa saya tidak?" G tergelak tawa.     

"Wowww menarik sekali. Rasanya sangat terhormat bisa bekerja sama dengan pebisnis kelas dunia seperti anda. Jika boleh tahu apa yang melatarbelakangi anda mau berbisnis dengan kami?"     

"Sepak terjang anda sebagai kontraktor sudah mampu meyakinkan saya untuk memulai bisnis dengan anda. Mentawai surga para peselancar. Pangsa pasar yang kita bidik sangat jelas. Saya yakin resort kita akan mendunia seperti resort-resort lainnya yang ada di Indonesia."     

"Baiklah jika begitu Mr G. Dalam waktu dekat kita akan tanda tangan kontrak kerja sama. Silakan anda siapkan pengacara dan notaris dari tim anda. Kami pun akan menyiapkan pengacara dan notaris tim hukum kami. Berapa anda akan berinvestasi pada proyek kami?"     

"Satu juta dollar," ucap G tanpa ragu.     

Bara dan Dian membelalak tak percaya dengan nominal yang disebutkan G. Untuk tahap awal memulai bisnis jumlah yang digelontorkan G sangat besar.     

G melirik jam tangannya. Sudah jam dua belas siang. Bisakah kita akhiri meeting ini? Bagaimana kita makan siang bersama merayakan kerja sama kita?�� G melirik Dian, berharap tak ada penolakan. Setidaknya G bisa berlama-lama dengan Dian.     

Bara melihat G memperhatikan Dian dengan intens. Bara tergelak tawa, akhirnya ia tahu kenapa G bersedia investasi di perusahaannya dan berani menggelontorkan uang dalam jumlah yang besar. Dian yang jadi pemicu G.     

"Baiklah Mr G dengan senang hati. Mari kita makan siang. Mohon maaf sebelumnya disini kami tidak menyediakan alkohol. Mayoritas disini muslim dan alkohol terlarang di tempat ini." Bara memberikan penjelasan.     

"Tidak apa-apa Mr Bara. Aku mengikuti kebiasaan disini. Seringnya aku berkeliling dunia jadi aku bisa beradaptasi dengan cepat."     

"Syukurlah kalau begitu." Bara melirik Dian.     

Gadis itu mengerti arti lirikan Bara. Dian menelpon restoran langganan mereka untuk menyiapkan makan siang mereka. Dian memesan masakan Western agar sesuai dengan lidah G yang seorang bule.     

"Aku kira anda mengajakku untuk makan siang di restoran local. Aku ingin mencicipi menu lokal disini. Rendang makanan terlezat di dunia. Bukankah rendang masakan asal kota ini?" Tanya G ketika mereka sudah sampai di restoran.     

"Benar sekali Mr G," jawab Dian cepat. "Jika itu keinginan Mr G, besok siang aku akan mengajak anda makan di rumah makan Padang."     

"Benarkah?" Mata G berbinar-binar seraya menyantap terderloin steak.     

"Benar Mr G. Saya akan membantu anda selama di kota ini."     

"Aku sungguh terkesan Dian. Senang berjumpa denganmu."     

"Kapan kita akan pergi Mentawai Mr Bara?"     

"Dalam minggu ini Mr G. Kami akan menyiapkan akomodasinya dulu. Anda mau naik kapal atau helikopter?"     

"Naik kapal saja karena aku ingin menikmati keindahan pulau Mentawai."     

"Baiklah Mr G dengan senang hati," Bara menyantap makanannya.     

Saat menoleh ke samping Bara melihat di ruangan VIP sebelah Dila sedang makan siang dengan para anggotanya.     

"Mr G aku permisi dulu. Ada istriku di ruangan sebelah. Aku ingin menyapanya dulu."     

"Silakan Mr Bara."     

Bara mendekati Dian dan berbisik, "Pantas dia mau investasi di perusahaan kita ternyata dia menyukai kamu."     

Dian bergidik mendengar ucapan Bara. Tiba-tiba nafsu makannnya mendadak hilang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.