Jodoh Tak Pernah Salah

Part 311 ~ Kebucinan G



Part 311 ~ Kebucinan G

3:telephone_receiver:"Gimana hasil penyelidikan lo Jim?" Dian berbincang di telepon dengan Jimmy.     

:telephone_receiver:"Kok lo enggak sabaran gini?"     

:telephone_receiver:"Soalnya penting buat gue. Kami ditipu sama Giovani. Brengsek dia."     

:telephone_receiver:"Yakin cuma alasannya itu?" Jimmy menggoda.     

:telephone_receiver:"Maksud lo apa?" Dian naik pitam.     

:telephone_receiver:"Lo pasti tahu apa maksud gue. Hasil penyelidikan gue. Dia benaran suka sama lo. Serius. Apa perlu gue bawa G hipnotis biar lo tahu si bule itu benar-benar menyukai lo."     

:telephone_receiver:"Kampret lo," maki Dian geram.     

:telephone_receiver:"Kalo dah jadi emak-emak dari seorang remaja harusnya sikap lo dewasa dikit Dian bukan barbar kayak gini."     

:telephone_receiver:"Berisik lo. Gak lo, Bara sama aja. Sama-sama berisik dan menyebalkan."     

:telephone_receiver:"Biar nyebelin lo tetap akan minta bantuan sama gue."     

:telephone_receiver:"Kampret. Lama-lama naik darah gue kalo ngobrol sama lo."     

:telephone_receiver:"Jangan dong. Nanti lo cepat tua dan mati. Siapa dong teman gue yang bisa bantu gue nanti."     

:telephone_receiver:"Makin lama lo makin usil aja."     

:telephone_receiver:"Jadi lo bawa Alvin ke Padang?"     

:telephone_receiver:"Jadi. Gue enggak mau Zico datang merebut Alvin dari gue."     

:telephone_receiver:"Masalah Zico. Ternyata dia sudah bercerai dari istrinya. Permasalahannya karena mereka belum punya anak dan saling menuduh mandul. Mantan istrinya udah nikah lagi dan punya anak. Zico down kayaknya."     

:telephone_receiver:"Bajingan itu pantas mendapatkannya. Dia tidak akan pernah bahagia karena gue sudah mengutuk dia."     

:telephone_receiver:"Masih dendam sama dia?"     

:telephone_receiver:"Masihlah. Gara-gara dia masa depan gue hancur dan enggak bisa menikah dengan Bara."     

:telephone_receiver:"Bukannya lo enggak cinta lagi sama Bara?" Jimmy penasaran.     

:telephone_receiver:"Iya, tetap saja dia sudah mengubah takdir gue. Andai dia tidak memperkosa kami pasti Bara tidak akan gay dan tidak berjodoh dengan Dila."     

:telephone_receiver:"Lo kebanyakan teori." Cibir Jimmy namun tak bisa dilihat Dian karena mereka sedang teleponan.     

:telephone_receiver:"Kapan lo ke Bandung? Biar gue temani."     

:telephone_receiver:"Jangan bilang lo naksir gue." Tembak Dian begitu saja.     

:telephone_receiver:"Jangan GR lo. Tidak ada makan siang yang gratis."     

:telephone_receiver:"Lantas apa?"     

:telephone_receiver:"Gue kirimkan email, tolong bantu gue.".     

:telephone_receiver:"Baiklah." Dian mengakhiri percakapan dengan Jimmy.     

Dian kembali berkutat dengan pekerjaannya. Ia mengecek satu persatu berkas pembangunan resort di Mentawai. Ingatan soal Mentawai membuatnya kesal karena berhubungan dengan G.     

Pintu ruangan Dian diketuk dari luar. OB datang membawakan sebuket bunga mawar untuk Dian beserta ucapan.     

"Ini apa bang Kadir?" Tanya Dian heran.     

"Ada kiriman bunga buat teteh." Kadir menaruh bunga di atas meja berserta kartu ucapan.     

"Siapa yang kirim bang?"     

Kadir mengangkat bahu. "Enggak tahu teteh. Baca aja kartu ucapannya. Baru kali ini teteh dapat kiriman bunga." Kadir menggoda Dian.     

"Bang Kadir." Dian berkacak pinggang dan membelalak mata. Kadir tidak mau cari masalah memutuskan untuk kabur dari ruangan Dian.     

Dian mengambil bunga yang diantar Kadir lalu menciumnya. Parfumnya sangat lembut dan menenangkan. Dian membaca kartu ucapan.     

'Kuakui aku jatuh cinta pada aksara, Oleh sebab itu aku bisa berbicara pada semesta walau hanya lewat untaian kata tapi yang kuceritakan ialah tentang kita.     

Tidak ada sepatah katapun yang mampu mengungkapkan rasa ini, berjuta mawar merah yang menggoda pun masih terlalu sedikit dan tak sanggup untuk mengungkapkan perasaanku ini. Semua itu karena engkaulah segalanya bagi diriku.'     

( Anonim )     

From : G     

Dian kesal merobek kartu ucapan dan membuang bunga pemberian G ke tong sampah. Menyesal telah mencium bunga itu. Jika bukan karena kerja sama terlanjur ditandatangani Dian tidak akan mau berhubungan dengan G. Bicara dengan G hanya membuatnya kesal dan marah. Kadang apa yang mereka bicarakan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Itulah yang membuat Dian marah dan eneg melihat G.     

Bule itu masih di Padang. G akan berada di Indonesia sampai pembangunan resort selesai. G ingin langsung mengawasi pembangunan resort sekalian mencari alasan untuk berduaan dengan Dian.     

Dian meraih smartphone dan mengirimkan pesan untuk G.     

Dian : Apa maksudnya kamu mengirimkan aku bunga dan kartu ucapan? :angry_face::angry_face::angry_face::angry_face:     

G : Hai sayang apa kamu suka? :red_heart::red_heart::red_heart::smiling_face_with_heart-eyes::smiling_face_with_heart-eyes::smiling_face_with_heart-eyes:     

Dian : Jangan panggil aku sayang. Aku tidak suka :face_with_steam_from_nose::face_with_steam_from_nose::face_with_steam_from_nose:     

G: Apakah aku harus memanggilmu calon istriku?:partying_face::partying_face::partying_face::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::smiling_face_with_heart-eyes::red_heart::face_blowing_a_kiss::smiling_face_with_hearts::smiling_face_with_hearts::smiling_face_with_heart-eyes:     

Dian : Dalam mimpimu bule sialan :angry_face::pouting_face::face_with_symbols_on_mouth::angry_face:     

G : Mimpi akan menjadi nyata. Apa kau suka bunganya? :smiling_face_with_heart-eyes:     

Dian : Sudah aku buang ( Dian mengirimkan foto bunga dan kartu yang terletak di tong sampah )     

G : Sepertinya kamu tidak suka bunga dariku sayang. Nanti akan aku ganti dengan bunga yang lain. Aku kirimkan bunga satu truk buat kamu :smiling_face_with_heart-eyes::smiling_face_with_heart-eyes::smiling_face_with_hearts::face_blowing_a_kiss::red_heart:     

Dian : Jangan mengotori kantorku G :oncoming_fist::oncoming_fist::oncoming_fist::oncoming_fist::oncoming_fist:     

G : Ampun sayang jangan pukul aku :loudly_crying_face::loudly_crying_face::loudly_crying_face::loudly_crying_face:. Berikan saja aku ciuman :face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss:     

Dian : Dasar tidak tahu malu. Aku tidak akan tersentuh dengan tipu dayamu :oncoming_fist::oncoming_fist::oncoming_fist:     

G : Apa harus aku belah dadaku agar kamu tahu jika aku benar-benar mencintaimu? :worried_face::worried_face::worried_face::worried_face:     

Dian : Aku tidak peduli. Jangan panggil aku sayang :oncoming_fist::oncoming_fist::oncoming_fist:     

G : Baiklah istriku :face_with_tongue::face_with_tongue::face_with_tongue:     

Dian : Brengsek :pouting_face::pouting_face::pouting_face:     

G : Sekarang kamu memanggilku brengsek. Nanti panggilan itu akan berganti dengan sayang :star-struck::star-struck::star-struck:     

Dian : Jangan mimpi     

G : Mimpi akan menjadi nyata. Maukah makan siang denganku nanti sayang?     

Dian : Tidak Sudi :face_without_mouth::face_without_mouth::face_without_mouth::face_without_mouth:     

G : Setiap hari akan ada kiriman bunga untuk kamu sayang     

Dian : Jangan kirim :pouting_face::pouting_face::oncoming_fist::oncoming_fist:     

G : Baiklah sayang aku akan kirim setiap pagi :smiling_face_with_heart-eyes::smiling_face_with_heart-eyes::smiling_face_with_heart-eyes:     

Dian tak lagi membalas chat G. Rasanya buang-buang tenaga dan menguras emosi. G tidak pernah nyambung. Bara mengirimkan Dian pesan untuk datang ke ruangannya.     

"Ada apa bos memanggilku?" Tanya Dian ketika berada di ruangan Bara.     

"Pembangunan resort di Mentawai sudah sampai mana? Kenapa belum ada laporan?"     

"Bos sedang sibuk makanya belum aku beri tahu. Sudah mulai mendirikan pondasinya bos. Bahan bangunan sudah ada sampai disana. Besok bos jadi pergi ke Dharmasraya?"     

"Tentu saja aku pergi. Aku ingin menyelidiki pertambangan itu. Aku ingin memastikan Apakah izin perusahaan itu tidak ada kongkalingkong di belakangnya. Apakah pertambangan itu tidak merusak lingkungan? Semoga saja aku bisa menemukan solusi yang terbaik untuk masyarakat setempat. Jika perusahaan itu berdiri egal tanpa ada permainan, aku akan menekan perusahaan itu untuk merekrut pegawai dari masyarakat setempat sehingga masyarakat sekitar tak kehilangan mata pencarian."     

"Solusi yang bagus."     

"Dila melakukan meeting dengan pemilik Rumah sakit Harapan yang baru. Aku sudah meminta Dila untuk berfoto dengan pemilik baru. Aku ingin memastikan apakah ucapan Jimmy benar apa tidak. Jika pemilik Harapan benar-benar Zico, aku akan membuat perhitungan dengan dia."     

"Penantian kita untuk balas dendam tidak akan pernah berakhir bos. Zico harus mendapatkan hukuman. Seenaknya dia bisa bebas berkeliaran setelah menghancurkan masa depan kita."     

"Kamu benar. Orang seperti Zico tidak bisa kita biarkan begitu saja.".     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.