Jodoh Tak Pernah Salah

Part 335 ~ Permintaan Zico



Part 335 ~ Permintaan Zico

3"Lalu kenapa anda menceritakan semuanya kepadaku?"     

"Setidaknya anda tahu apa yang telah saya perbuat pada suami anda di masa lalu. Saya sangat menyesal dan bersalah atas kejadian itu."     

"Kenapa baru sekarang anda datang?" Dila menatap Zico dengan sinis.     

"Aku baru berani aku baru berani datang setelah aku menyadari kesalahanku. Aku merasa bersalah pada Dian dan juga Bara. Aku sendiri mengalami depresi yang tak berkesudahan. Rumah tanggaku hancur, aku dan istriku bercerai karena kami sudah sepuluh tahun menikah tidak mempunyai anak. Kami saling menyalahkan, saling mengatai mandul satu sama lain. Mantan istriku menikah setelah kami resmi bercerai. Dia langsung hamil setelah menikah. Mentalku langsung down ketika mantan istriku mengumpat dan mengatakan jika aku mandul. Dia datang dengan bangga, mengatakan jika dia bukan perempuan mandul seperti yang dituduhkan ibuku."     

"Lalu kenapa anda menceritakannya padaku? Apa yang sebenarnya anda inginkan?"     

"Aku ingin kamu menjembatani aku untuk mediasi dengan Dian maupun Bara. Setidaknya aku bisa minta maaf pada mereka. Aku telah menzalimi mereka di masa lalu. Umur tidak ada orang yang tahu Dila. Aku mau sebelum mati mendapatkan pengampunan dan maaf mereka. Sebelum semuanya terlambat dan aku tak sempat lagi meminta maaf. Aku tahu ini sulit tapi tak ada salahnya mencoba. Aku akan berjuang sampai mereka benar-benar memaafkanku."     

"Apa kau benar-benar menyesal atau hanya pura-pura Pak Zico?" Dila mendelik tajam pada Zico.     

"Sulit untuk mempercayai semua ini." Dila melenguh dan duduk di atas sofa.     

"Aku tahu tidak mudah bagi kamu mempercayai bajingan sepertiku. Aku benar-benar menyesal Dila atas semua perbuatanku. Mungkin dengan penganiayaan yang dilakukan Dian padaku bisa sedikit menghapuskan luka di hatinya. Aku bisa saja melawan Dian ketika dia menganiayaku tapi aku memilih diam. Membiarkan dia melampiaskan uneg-uneg di hatinya. Aku tahu tidak mudah untuk Dian dan Bara bisa survive seperti saat ini. Mereka terlalu banyak melalui hal-hal yang sulit. Akulah yang mempersulit mereka. Seharusnya aku ada di samping Dian ketika dia melahirkan Alvin. Seharusnya aku bertanggung jawab karena telah menghamili dia. Aku laki-laki pendosa tak bertanggung jawab. Aku pengecut," ucap Zico menangis seperti pria yang baru putus cinta. Tak ada rasa malu menangis di depan Dila.     

"Ini sulit untukku menjembatani kalian. Aku pun tidak bisa memihak padamu Pak. Apa yang kamu lakukan pada Dian dan suamiku sangat jahat dan sangat kejam. Kamu tahu apa yang telah dilalui oleh suamiku gara-gara kamu menyodominya? Dia mengalami trauma dan depresi serius. Dia bahkan nyaris gila dan dirawat di rumah sakit jiwa. Saat dia berduka dengan nasibnya, dia pun harus menanggung rasa bersalah pada Dian. Andaikan Dian tidak berusaha menolongnya hari itu, mungkin Dian tidak akan mengalami pemerkosaan itu dan tidak akan hamil anak anda. Suamiku bahkan berusaha menghibur Dian, menyemangati Dian padahal dia sendiri perlu disemangati. Dia menjaga Dian melebihi jiwanya. Dia menganggap Dian seperti adiknya sendiri. Menjaganya dengan baik dan memberi perlindungan. Ketika suamiku berkuliah di luar negeri, dia pun tidak tenang meninggalkan Dian. Dia meminta kedua orang tuanya menjaga Dian baik-baik, namun sekali lagi suamiku bernasib kurang baik. Suamiku dijebak, direcoki obat sampai tak sadarkan diri lalu dia diperkosa seorang pria. Kejadian itu terjadi waktu dia kuliah di London. Gara-gara kamu dan kejadian itu, dia menjadi seorang gay. Kau tahu bagaimana hancurnya perasaan ayah mertuaku ketika tahu anak satu-satunya mengalami penyimpangan seksual. Anak yang dia cintai menjadi seorang gay. Kau tahu jika gay tidak punya tempat dan dikucilkan masyarakat. Perbuatan mereka melanggar agama. Kau tahu Ayah mertuaku harus menanggung beban dan menyimpan rahasia itu seorang diri dan tidak pernah memberi tahu istrinya. Bahkan ibu mertuaku harus meregang nyawa ketika mengetahui suamiku seorang gay." Dila pun menangis terisak-isak.     

Zico dan Dila sama-sama menangis. Tak ada pembicaraan setelah itu. Hening tanpa suara. Dila mengambil tisu dan menghapus air matanya. Penyesalan Zico semakin besar setelah mengetahui hal-hal buruk yang dilalui Bara karena perbuatannya. Andaikan saja gangguan emosinya tidak ada, andaikan saja waktu itu dia tidak menemukan buku diari Sisil, mungkin kejadian naas itu tidak akan terjadi. Nasi telah menjadi bubur dan kejadian itu telah berlalu.     

"Aku hanya ingin bantuan kamu mempertemukan aku dengan Bara."     

Dila menggelengkan kepalanya karena merasa tak bisa menjadi mediator untuk Zico maupun Bara. Kejadian ini hal yang paling buruk yang dialami Bara dan Dian. Tak semudah itu mereka memaafkan Zico, walaupun laki-laki itu menyesali perbuatannya. Butuh waktu untuk menyembuhkan luka di hati keduanya. Apa yang dilakukan Zico sangat tak manusiawi dan tidak beradab.     

"Aku tidak bisa menjanjikan pada anda untuk jadi mediator. Aku tidak bisa ikut campur urusan kalian. Jika aku yang mengalaminya belum tentu aku sekuat mereka dan survive. Kebencian mereka pada anda telah mendarah daging."     

"Apakah tidak ada kesempatan untukku bertaubat dan mendapatkan maaf mereka. Aku ingin memulai hidup yang baru tanpa ada rasa bersalah dan kebencian."     

"Tak semudah itu mereka memaafkan anda apalagi Dian. Dia bahkan harus menanggung beban dan derita sampai sekarang. Dian berdamai dengan masa lalu dan menerima kehadiran Alvin. Anak tak bersalah telah menjadi korban perbuatanmu. Manusia memang tempatnya salah dan janggal, juga memiliki kesempatan kedua. Namun apa yang anda lakukan sangat menjijikkan dan memalukan."     

"Apa aku harus bersujud pada mereka agar dimaafkan?"     

"Bersujud itu pada Tuhan bukan sesama manusia. Berusahalah meminta maaf pada mereka dengan caramu sendiri tanpa bantuanku. Sepertinya aku banyak bicara. Permisi," ucap Dila menyeka air mata agar tidak ketahuan oleh Niken dan Vini jika ia habis menangis.     

Dila keluar dari kamar perawatan Zico. Menetralkan perasaan dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa.     

"Apa yang dibicarakan Pak Zico kep? Jangan bilang dia suka sama kep?" Tanya Vino dengan nada gurauan ketika mereka berada di atas mobil.     

Dila tak bisa menahan tawanya mendengarkan tebakan ngaco Vino.     

"Mau mati dia kalo naksir kep. Pak ketua posesif lo. Bisa dicekik Pak Zico jika naksir kep," balas Dila terkekeh.     

"Bisa jadi aja Pak Zico suka. Kep cantik dan bening," lanjut Vino lagi.     

"Jangan bilang lo salah satu pemuja rahasia kep?" Tebak Niken menohok.     

"Enggaklah," jawab Vino cepat.     

Niken dan Vino sibuk berceloteh sementara Dila sibuk dengan pemikirannya. Zico benar-benar menyesal dengan perbuatannya. Tak ada kebohongan di matanya. Pria itu tulus meminta maaf dari Bara dan Dian.     

Dila tak berani memaksa keduanya untuk memaafkan Zico. Pasti sangat sulit untuk mereka memaafkan Zico. Kita mungkin gampang menasehati orang untuk memaafkan orang lain dan tidak membalas dendam namun kenyataannya tidak semudah itu untuk mengikhlaskannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.