Jodoh Tak Pernah Salah

Part 340 ~ Merasa Apes



Part 340 ~ Merasa Apes

0Setelah diperiksa selama beberapa jam Egi dan Davi keluar dari ruang penyidikan. Mereka bernafas lega karena telah selesai diperiksa. Untung saja Pak polisi fans Davi sehingga mereka merasa nyaman dan polisi tak mengintimidasi mereka.     

Mereka menceritakan kronologis pelecehan Egi dan penyekapan Davi. Egi pun mengakui jika dia mantan gay. Davi pun mengaku mantan gay pula. Jika mengaku masih gay kariernya akan terancam.     

Pria itu tidak mau jika publik tahu siapa dia sebenarnya. Meskipun Davi seorang gay namun dia pria yang bersih. Tidak pernah berhubungan dengan sesama gay hanya sekedar ciuman bibir dan tak pernah lebih dari itu. Jadi, Davi masih terjaga kesuciannya.     

Egi dan Davi bersyukur karena Clara datang membantu mereka. Pengacara yang Clara kirim sangat kompeten, jam terbang sudah tinggi sehingga mereka merasa dimudahkan.     

Mereka berdua masuk ke dalam mobil Clara dengan pengawalan ketat dari pihak polisi. Fans Davi datang ke kantor polisi untuk memberikan dukungan pada idola mereka.     

Mereka tak menyangka idola mereka bisa disekap tiga orang laki-laki gay dan berusaha melecehkan temannya Davi. Mereka tak percaya jika Davi seorang seorang gay. Tidak mungkin aktor berbakat itu menjadi kaum pelangi. Isu Davi gay sudah terendus sejak lama namun pria itu sangat pandai menepisnya, bahkan wartawan tidak mendapat bukti bahwa Davi seorang gay. Mereka meninggalkan kantor polisi menuju apartemen Clara.     

"Akhirnya lega juga." Davi mengipaskan tangan karena panas. Tak ada AC dalam ruang penyidikan sehingga ia merasa gerah.     

"Aduh Gi tadi gue stress liat lo hampir diperkosa sama mereka dan gue diikat di kursi. Sialan mereka. Gue merasa apes banget hari ini. Tadi gue hampir aja di rukiyah sama keluarga gua eh duduk di cafe Sam, malah ada kejadian kayak gini. Mereka biadab. Andai saja nggak ada fans gue mungkin nasib kita berdua udah mengenaskan Gi." Davi nyerocos berbaring di atas sofa.     

"Gue ketularan sial lo. Kayaknya lo harus mandi air tujuh muara deh biar enggak bawa sial buat orang," balas Egi tertawa.     

"Benar tu." Clara menunjuk Davi.     

Clara mengelap peluh di wajah Egi membuat Davi ingin muntah liat kemesraan mereka berdua.     

"Jangan bilang kalian jadian?" Davi melihat Egi dan Clara.     

Egi dengan iseng mencium bibir Clara.     

"Kalo udah gini lo masih enggak ngerti?"     

Davi eneg dan mau muntah liat kenorakan Egi.     

"Pantes aja Clara mati-matian nolong lo."     

"Bukan gue aja tapi lo juga. Manajer lo enggak ada akhlak. Masa artisnya enggak dibantu." Egi mencibir Davi.     

"Dia salah paham sama gue. Dia kira gue lagi seneng-seneng sama mereka. Karena manager tahu gue gay. Sepertinya dia mau kasih pelajaran sama gue."     

"Sayang makasih ya udah bantuin aku tadi," ucap Egi membelai pipi Clara.     

"Bisa nggak sih lo biasa aja nggak usah mesra-mesraan di depan gue. Jijik tahu." Davi mengomentari kemesraan mereka.     

"Bilang aja lo sirik," balas Clara menohok.     

"Sejak kapan harus sirik sama kalian? Jangan mimpi kalian." Davi mengelak sembari memalingkan muka.     

"Ya udah lo diam aja." Celetuk Clara kesal.     

"Kalian pacaran?" tanya Davi kepo.     

"Bukan pacaran lagi kami malah mau bertunangan. Kalau sudah mendapat restu dari papanya Clara kami akan menikah," ucap Egi bangga.     

"Selamat untuk kalian."     

"Semoga lu bisa straight kayak gue." Egi mendoakan Davi.     

"Gue merasa sial bangetlah hari ini. Gue yakin kejadian hari ini akan viral sampai beberapa minggu kedepan. Gue yakin wartawan akan menggali informasi tentang Sam, Rizal dan Rayyan. Gue takut identitas gue bakal kebongkar. Gue harus buat apa ya? Biar skandal ini tertutup dengan sendirinya." Davi malah curhat.     

"Tanyakan sama manager lo bukan sama kami," ucap Clara dingin.     

"Kenyataannya lo kan emang gay. Kenapa lo harus malu publik tahu identitas lo?"     

"Enak aja lu ngomong nenek Lampir. Lo pikir gampang apa membangun karier sampai jadi aktor papan atas? Yang selalu memenangkan penghargaan tiap tahun sebagai aktor terbaik. Susah lo gue mencapai posisi sekarang. Gue nggak mau skandal ini menjatuhkan karier gue."     

"Pergi lo dari sini," usir Clara ketus karena dibilang nenek lampir.     

"Lama-lama gue bisa naik darah kalau ngomong sama lo. Yang cari perkarakan lo. Kenapa lo nggak mau diberitakan gay padahal kenyataannya lo memang gay. Jika lo cowok normal wajar marah diberitakan gay. Kenyataannya lo memang gay. Harus lo berterima kasih sama gue karena udah selamatin lo di kantor polisi. Bisa aja lambe gue keceplosan ngomong ke wartawan lo gay tapi gue enggak ngomong demi menjaga nama baik lo. Dan lo malah manggil gue nenek lampir. Dasar enggak ada akhlak." Clara mencak-mencak tak terima dipanggil nenek lampir.     

"Udah sayang jangan marah-marah mulu. Udah Dav jangan mancing-mancing Clara buat marah." Egi berusaha melerai pertengkaran mereka berdua.     

"Tapi Clara duluan yang mulai cubit gue. Gue kalau enggak dipancing enggak bakalan marah tahu." Davi membela diri.     

"Ya udah. Lo laki ngalah aja sih Dav. Kenapa lo malah lawan perempuan."     

"Tapi perempuan kaya Clara wajib dilawan tahu. Masa gue mau aja diinjak sama cewek? Bukan gue banget." Davi membuang muka pada Clara.     

"Lu rese banget. Pergi lo dari sini. Bikin gue marah aja. Dasar cowok enggak tahu diri." Clara marah-marah.     

"Tenang aja gue bakalan pergi dari sini setelah manajer gue datang. Gue nggak mungkinkan pulang dari sini naik angkutan umum yang ada gue bakalan dikerumuni oleh fans."     

"Masa bodoh. Dan betapa kecewanya fans lo ternyata mereka tahu lo pecinta sesama jenis." Clara mencibir Davi lagi.     

"Nyebelin banget sih lo." Davi menaikkan lengan bajunya siap untuk cakar-cakaran dengan Clara.     

"Gue pusing banget hari ini. Udah mau di rukiyah tadi, disekap di kafe Sam.Sekarang gue malah bertengkar sama nenek lampir kayak lo. Ampun gusti apa sih dosa gue?" Davi meratapi nasib.     

"Dosa kata Lo?" Jawab Clara sinis.     

" Udah jadi pencinta sama jenis itu dosa lo. Puas?" Balas Clara menohok.     

"Clara, Davi. Udah deh kalian jangan bertengkar lagi. Gue baru aja mengalami hal buruk hari ini. Gue dilecehkan dan bahkan hampir diperkosa. Gue pun habis memberi keterangan pada polisi. Pusing gue. Enggak bisa kalian berdamai untuk sebentar saja? Kepala gue rasanya mau pecah," ucap Egi melampiaskan uneg-uneg dihatinya.     

"Maafin aku ya sayang," ucap Clara dengan nada menyesal.     

"Dia sih yang mulai duluan. Kalau dia nggak mulai nggak mungkinkan aku juga marah marah. Maafin aku ya sayang." Clara merayu Egi.     

Davi menertawai, mencibir dan mau muntah mendengar rayuan Clara pada Egi. Bisa-bisanya nenek lampir itu menggombali seorang pria. Untung saja dia tidak suka perempuan. Andaikan suka perempuan mungkin Davi akan kesulitan menghadapi perempuan macam Clara. Membayangkannya saja Davi tak sanggup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.