Part 386 ~ Amarah Seorang Ayah
Part 386 ~ Amarah Seorang Ayah
Pengap terasa di dada Iqbal melihat kekecewaan dan penyesalan di wajah Defri. Sesak menyadari jika Defri sangat terpukul dengan informasi yang ia berikan.
Defri mendongak menarik napas dalam. Semua salahnya, Dila menikah dengan Bara. Ia sendiri yang telah menjerumuskan putrinya menikah dengan bajingan seperti Bara. Salahnya, terlalu sakit hati mendengar ocehan orang-orang tentang putrinya yang belum menikah padahal usianya sudah cukup matang. Salahnya, langsung menerima ajakan Herman berbesanan tanpa mengecek latar belakang Bara. Salahnya yang memaksa bahkan mengintimidasi Dila untuk setuju menikah.
Defri menyesali perbuatannya. Menyesali kebodohannya. Kekacauan ini terjadi karena ulahnya. Harga diri Defri dikoyak-koyak dan terhina. Pria paruh baya itu tak terima punya menantu seorang mantan gay.
Meski Bara telah bertaubat dan kembali ke kodrat, pria itu tetap saja tak terima. Bara telah menyakiti putrinya. Semua informasi yang Iqbal dapatkan dari detektif bayarannya, ia bagi dengan Defri. Makin sesaklah napas pria tua itu. Rasa bersalah kian berat menghinggapinya.
Defri bangkit, menghela nafas pelan lalu melangkahkan kakinya ke arah jendela kaca. Hujan turun rintik-rintik seolah alam mengerti kegundahan hatinya. Pria itu menatap lurus ke luar. Hatinya gerimis. Sebagai seorang ayah dia telah gagal. Harusnya seorang ayah melindungi putrinya, bukan menjerumuskannya. Defri menangis terisak-isak.
Iqbal tersenyum masam melihat penyesalan di wajah sang ayah. Orang yang paling ngotot menjodohkan Dila kala itu. Bunda hanya menuruti keinginan suaminya. Lusi yang membujuk Dila agar mau menerima perjodohan itu.
Defri berbalik menatap Iqbal. Mata mereka saling bertemu. Defri mengisyaratkan minta pendapat dari sang putra. Apakah yang harus dia lakukan. Mengetahui kenyataan bahwa ia telah dibohongi Herman membuat Defri sakit hati. Herman adalah sahabatnya dari kecil. Temannya dari SMP, SMA, kuliah dan juga partner bisnis. Sakit yang ia rasakan lebih perih dan lebih menyakitkan daripada patah hati karena cinta.
"Ayah merasa seperti orang bodoh. Tidak menyangka jika ayah dibohongi seperti ini. Ayah terlalu mempercayai Herman hingga menyerahkan putri ayah sendiri pada bajingan itu. Ayah tidak bisa membayangkan. Bara pasti membuat Dila menderita. Jika alasan Dila kabur ke Perth untuk menghindari Bara, berarti dia telah tersakiti. Apa yang telah ayah lakukan pada Dila? Anak itu terlalu baik dan terlalu patuh. Dia tidak pernah menceritakan kegalauan dan kegundahan hatinya. Dia tidak mau membuat kita sedih. Dia tidak mau membuat kita banyak pikiran. Ayah benar-benar berdosa sama adik kamu. Ayah yang mencemooh dia sebagai perawan tua. Ayah disini yang salah, telah gagal sebagai orang tua, ayah gagal sebagai seorang ayah. Ayah menyerahkannya pada bajingan itu. Fakta Bara seorang mantan gay membuat ayah bener-bener kecewa Iqbal. Sakit tapi tak berdarah. Karma apa yang telah menimpa ayah harus punya menantu macam dia? Meskipun dia sudah tobat tapi ayah tidak yakin dia sepenuhnya move on dari penyimpangannya. Gay sangat sulit untuk move on itu kenyataan. Tidak jamin jika Bara benar-benar straight. Kenapa Dila diam aja nak ketika tersiksa?" Defri meraung-raung.
"Sudahlah ayah. Tidak perlu ayah menangis seperti itu. Air mata Ayah terlalu berharga untuk orang seperti om Herman dan juga Bara. Sebagai ayah dan juga kakak Dila, kita harus melindungi Dila. Aku tidak mau adikku menderita, hidup menanggung malu karena punya suami mantan gay. Pasti dia akan menjadi bulan-bulanan dan cemoohan rekan kerja, teman dan tetangga. Kasihan Dila, dia menikah diumur yang sangat matang, dicemooh karena perawan tua. Menikah karena perjodohan. Suaminya seorang gay. Menyesakkan ayah. Nasib adikku sangat mengenaskan. Fakta Bara seorang mantan gay membuat napasku seolah berhenti."
"Ayah juga Iqbal. Ayah bener-bener sakit hati sama kelakuannya Herman. Tega-teganya dia membohongi ayah. Dia bukan sahabat. Jika dia sahabat ayah, dia tidak akan tega menyakiti ayah. Ayah dikhianati. Apa yang harus kita lakukan?"
Iqbal mendekati Defri menyentuh pundak sang ayah dan lalu berkata pelan. Ia mengutarakan rencananya pada sang ayah. Defri menyetujui usul Iqbal. Mereka hanya ingin yang terbaik untuk Dila. Tak ada keluarga yang ingin menjerumuskan anggota keluarganya sendiri. Keluarga hanya ingin yang terbaik bagi kita. Keluarga adalah tempat kita pulang. Hanya keluarga yang menerima menerima kekurangan dan kelebihan kita.
*****
Defri memutuskan pergi menemui Herman. Dia benar-benar sakit hati dan tak terima dengan kebohongan sahabatnya. Perasaan Herman tidak enak ketika melihat raut wajah marah Defri. Selama berpuluh-puluh tahun bersahabat Herman tidak pernah mendapat tatapan sinis seperti hari ini.
"Ada apa besan? Kenapa besan terlihat marah dan kesal padaku?" Tanya Herman hati-hati.
"Jangan pernah panggil saya besan lagi. Saya tidak sudi berbesanan dengan anda."
"Kenapa bicara seperti itu besan? Apa yang terjadi? Kita bisa bicara baik-baik dan tidak perlu menggunakan emosi." Herman berusaha membujuk Defri.
"Jangan pernah anda mengajari saya. Saya tahu apa yang harus saya lakukan pada orang seperti anda. Katanya teman tapi anda menipu saya."
"Apa maksud besan? Aku tidak mengerti arah pembicaraan besan." Herman bangkit lalu mendekati Defri. Pria itu menyentuh pundak Defri tapi ditepis.
Herman seperti tak mengenal Defri. Pria itu datang seolah ingin memakannya bulat-bulat. Tak ada lagi kehangatan sebagai keluarga. Herman melihat permusuhan di mata Defri.
"Anda jangan pura-pura tidak mengerti."
"Tolong jelaskan sejelas-jelasnya."
"Aku tidak mau mempunyai menantu gay seperti anak anda," ucap Defri tajam.
Herman terhenyak. Tubuhnya menggigil dan membeku. Defri sudah tahu masa lalu Bara. Suarsma Herman tercekat, tenggorokannya pahit.
"Teganya anda menjodohkan putra anda yang menyimpang dengan anak gadisku yang begitu baik. Anda telah menghancurkan masa depan putriku. Anda telah merusak persahabatan kita. Anda tidak punya otak dan akhlak."
Herman menangis menyadari kesalahannya. Ayah mana yang tidak sakit hati jika anak gadisnya dijodohkan dengan pria gay seperti Bara. Herman menjodohkan mereka karena dia yakin putranya akan lurus jika menikah dengan Dila.
Feelingnya benar. Bara sembuh dan telah kembali ke kodrat. Sebagai seorang ayah, ia hanya ingin yang terbaik untuk putranya. Pilihannya tak salah. Dila menjadi obat bagi Bara.
"Itu hanya masa lalu besan. Sekarang anakku telah normal. Dia bukan lagi seorang gay. Dila yang telah menyembuhkan Bara. Maafkan aku, tapi dalam sholat aku mendapat jawaban. Bagaimana menyembuhkan putraku. Dan jawabannya adalah putrimu. Makanya aku berinisiatif menjodohkan putrimu dengan putraku. Aku sebenarnya tidak ingin membohongimu. Jika dari awal aku jujur pasti besan tidak akan mau."
"Anda pengkhianat. Anda orang munafik, hanya memikirkan ego anda. Tidak memikirkan bagaimana menderitanya putriku menikah dengan anak anda. Bagaimana putriku menangis, mengetahui jika anak anda menyimpang. Bagaimana putriku menahan semua duka nestapanya sendiri. Bahkan dia tidak pernah berbagi pada kami keluarganya, atas derita yang diberikan anak anda. Mulai detik ini aku tidak mengenal anda lagi. Anda bukan lagi sahabatku. Anda bukan lagi besan saya. Saya memutuskan hubungan dengan anda. Jangan pernah menunjukkan wajah anda di depan keluarga kami. Saya benci anda."