Part 184 ~ Penyelamatan Dila ( 3 )
Part 184 ~ Penyelamatan Dila ( 3 )
Polisi membagi kelompok. Satu tim menyisir lantai bawah, satu tim menyisir lantai atas. Ketika para polisi sampai di rooftop mereka melihat tujuh orang penjaga berbaju hitam terkapar. Polisi memborgol ketujuhnya dan membawanya ke bawah. Polisi melihat sebuah helikopter terparkir dilandasan dan mencocokkan nomor seri heli dengan laporan Bara. Cocok! Polisi menjadikan helikopter menjadi salah satu barang bukti penculikan.
"Dimana kalian mendapatkan mereka?" tanya Bara ketika para polisi menyeret para penjaga.
Bara mendekati salah satu penjaga dan menanyainya, "Dimana istriku?"
"Kami tidak tahu setelah dia melemparkan pasir ke mata kami," jawabnya lemah.
"Brengsek!" umpat Bara dalam bahasa Indonesia.
"Aku rasa Dila masih disini bos. Mereka tidak mungkin bisa bebas begitu saja," kata Dian memendarkan pandangan ke sekeliling mansion.
Polisi menyisir setiap tempat, dari kamar, dapur, ruang fitness namun tak menemukan keberadaan Dila.
Dila yang di bopong Ana dan Jack mendengar suara teriakan polisi. Dila tersenyum akhirnya polisi datang menyelamatkannya. Dila menyenggolkan tubuhnya dengan kuat hingga Ana terpelanting. Kepala Ana membentur dinding. Ana meringis kesakitan, kepalanya pusing. Sudah lemah Dila tetap saja melakukan perlawanan.
"Dila kau…." Teriak Ana merintih kesakitan.
Suara keributan dekat ruang bawah tanah memancing polisi. Para polisi, Bara dan Dian menuju sumber suara.
Jack yang berjalan di depan Dila kesal melihat Ana terkapar.
"Dila kau masih melawan," kata Jack menampar Dila hingga bibirnya berdarah.
"Jangan bergerak!" Kata polisi menodongkan pistol pada Jack.
"Dila," panggil Bara shock melihat keadaan sang istri babak belur.
"Bara," panggil Dila pelan.
"Jangan takut sayang. Kami akan menyelamatkanmu," katanya memberi ketenangan.
Jack terdesak dan ketakutan. Tak mau ditangkap polisi. Jack menyandera Dila dan mengarahkan pisau ke leher Dila.
"Beri aku jalan atau dia mati?" Kata Jack memberi pilihan.
"Sedikit saja kau menyakiti istriku, aku akan mematahkan lehermu," kata Bara mengancam.
"Lepaskan dia," teriak inspektur polisi.
"Tidak," tolak Jack tegas. Jack menodongkan pisau ke arah polisi. "Aku membutuhkan dia untuk membebaskan aku."
Jack meminta polisi menjauh, polisi mengalah memberikan Jack jalan.
"Sedikit saja kalian mendekat, dia mati." Jack mencengkram leher Dila dengan lengannya. Membawa Dila pergi perlahan-lahan menuju ruang bawah tanah.
"Bara," pekik Dila ketakutan. Ia menangis dengan bibir gemetar.
"Tenanglah sayang. Semua akan baik-baik saja. Aku akan menyelamatkanmu," ujar Bara memberi ketenangan.
Jack tertawa terbahak-bahak melihat interaksi keduanya. Ia tak mengerti apa yang diucapkan Bara karena menggunakan bahasa Indonesia. Namun Jack bisa menarik kesimpulan jika Bara memenangkan sang istri yang sedang ketakutan.
Dian menjadi penonton. Ia mengambil permen karet dalam saku lalu mengunyahnya. Ketika Jack lengah Dian mengambil belati di pinggangnya. Dian melemparkan belatinya pada Jack. Para polisi dan Bara berteriak ketakutan melihat tindakan Dian yang membahayakan Dila.
Dila menutup mata, pasrah jika belati itu menancap di tubuhnya. Belati Dian tepat bersarang di telapak tangan Jack yang memegang pisau. Terdengar rintihan dan tangisan Jack yang amat memilukan.
"Kena kau," kata Dian mengumpat. Para polisi tercengang dan kagum melihat aksi Dian walau menakutkan. Mereka semakin mengagumi Dian. Selain cantik, berkarakter, bisa fighting.
Dila berlari ke arah Bara dan memeluknya. "Bara aku takut."
Polisi segera meringkus Jack dan Ana. Mereka melaporkan pada atasan mereka jika telah berhasil menyelamatkan korban penculikan dan menangkap para penculik. Ana mendengus kesal tak terima ditangkap polisi. Selama ini melakukan penculikan untuk melepaskan hasrat Tuan baru kali ini mengalami kegagalan, tak hanya gagal Ana harus kehilangan Peter dan Andrew. Tuan telah memilih wanita yang salah untuk jadi korban.
Bara membelai punggung Dila memberikan ketenangan. Bara menoleh pada Dian dan matanya membelalak, "Sedikit saja lemparanmu meleset aku akan jadi duda Dian."
"Bos aku sudah memperhitungkan semuanya. Aku tidak akan berani melemparkan belati kesayanganku jika akan melukai Dila. Lemparanku akurat."
Bara menghapus sisa darah di wajah Dila. Mereka menaiki helikopter dan kembali ke kota Perth. Mereka membawa Dila ke rumah sakit terdekat karena luka Dila perlu perawatan.
Dila tak melepaskan pelukan selama dalam pesawat. Ketika di rumah sakit Dila tak mau di tinggalkan Bara bahkan saat ke kamar mandi pun minta ditemani. Ia masih trauma dengan penculikan yang ia alami. Benar-benar mimpi buruk dan sangat sulit untuk dilupakan.
Zyan, Mira dan Mark segera menuju rumah sakit setelah mengetahui keberadaan Dila. Zyan meminta bantuan ayahnya, Tuan Smith untuk menyelamatkan Dila. Tuan Smith pun memberi tahu Zyan jika Dila telah selamat dan di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Untunglah luka Dila tidak serius hanya luka kecil.
Mira memeluk Dila ketika sampai di ruang perawatan.
"Dila syukurlah lo gapapa. Gue takut sesuatu terjadi sama lo," kata Mira menangis haru. Ia tak tahu apa yang harus dikatakan pada Naura jika polisi tak menemukan Dila atau Dila jadi korban pembunuhan.
Gara-gara berita penculikan Dila telah viral di media massa dan sosial, Naura menelpon Mira dan menanyakan kabar penculikan Dila. Mereka berdua bertangisan dalam telepon mengkhawatirkan keadaan Dila. Mira
"Gue juga takut Mir. Mereka menakutkan," kata Dila terisak tangis.
"Kenapa mereka menculik lo Dila?" tanya Mira menoleh pada Bara dan Dian.
"Me-mereka….." Kata Dila terbata-bata.
"Jangan bicara Dila jika kamu tidak kuat," kata Bara mendekati sang istri lalu memeluknya.
Perlakuan Bara pada Dila menimbulkan kecemburuan di hati Zyan. Dadanya sesak mengetahui Vaninya dipeluk dan disentuh orang lain. Zyan mengepalkan tangan cemburu. Andai ia punya hak maka Zyan akan mematahkan tangan Bara yang telah menyentuh Dila. Hati Zyan terbakar melihat interaksi pasangan suami istri itu.
Dila tak berhentinya menangis dan bergelayut di lengan sang suami meminta perlindungan. Ia masih trauma dengan peristiwa yang baru saja dialami. Dila hampir saja kehilangan harapan ketika Ana dan Jack menyeretnya menuju ruang bawah tanah. Jika polisi tak bergerak cepat menemukannya bisa jadi ia tak akan bertemu dengan Bara dan keluarganya. Tuan akan menyanderanya dan menjadikannya budak seks seperti yang Ana katakan. Membayangkannya saja membuat bulu kuduk Dila merinding.
"Aku masih bingung kenapa Tuan menculik Dila. Aku rasa Dila tak pernah bertemu dengan Tuan. Apakah kalian tahu sesuatu?" Tanya Mira melihat Bara dan Dian.
"Kami pun kurang tahu dan menunggu keterangan dari polisi," kata Dian gugup.
"Kenapa kamu gugup?" Cecar Mira lagi. Mira yakin Dian dan Bara tahu motif penculikan Dila.
"Tidak, aku tidak gugup."