Jodoh Tak Pernah Salah

Part 178 ~ Penculik Sesungguhnya



Part 178 ~ Penculik Sesungguhnya

0Sesosok tubuh menggunakan celana boxer berenang dalam air. Ia berenang dengan gaya kupu-kupu. Dalam hitungan menit sang lelaki sudah mengitari kolam dua putaran. Kecepatannya berenang hampir sama dengan atlit. Ia terlalu asik berada dalam air tak menyadari ponselnya berdering. Seorang wanita berbikini hitam yang duduk di bawah payung besar datang menghampirinya memberikan ponsel. Sang lelaki keluar dari kolam renang. Satu orang wanita berbikini orange dengan sigap memasangkan kimono pada sang lelaki.     

"Ada telepon Tuan," katanya memberikan ponsel.     

Sang lelaki berjalan ke arah payung besar. Ia mengambil minum, lalu mengangkat teleponnya.     

"Halo," sapa Tuan dengan suara bariton.     

"Hai kakak angkat. Apa kabar?" Sapa seorang pria di seberang.     

"Kabarku baik. Kenapa kau menelpon kakakmu?" tanya Tuan lagi.     

"Apa kakak sudah menculik Dila?"     

Tuan berdecih tak semangat untuk bicara. Penculikan kali ini berantakan dan tak semudah yang ia pikir.     

"Kenapa diam kakak?"     

"Kau menyulitkan aku."     

"Kenapa kakak?"     

"Dua orang anak buahku harus meregang nyawa." Tuan menatap perempuan berbikini hitam. Tuan menepuk pahanya dan sang wanita duduk di pangkuan Tuan.     

"Bukankah kakak tertarik dengan dia?"     

"Aku memang tertarik padanya, tapi tak ingin berada dalam bahaya."     

"Hayolah kakak. Kakak tidak akan pernah tersentuh oleh hukum. Polisi dan aparat akan tunduk dengan kekuasaan dan uang kakak."     

Tuan tergelak tawa merasa jumawa disanjung. Memang seorang Tuan tidak akan berurusan dengan hukum. Ia sosok pengusaha terkenal di dunia. Sosoknya mendapatkan tempat di hati masyarakat. Ia suka menolong rakyat kecil dan selalu berdonasi untuk bantuan kemanusiaan. Bantuan yang Tuan berikan tidaklah sedikit. Banyak organisasi dunia menyanjung Tuan karena kemurahan hatinya.     

"Apa kau senang aku telah menculiknya dari suaminya?"     

"Tentu senang sekali kakak. Berkat bantuan kakak semua urusanku di permudah. Terserah apa yang akan kakak lakukan pada Dila aku tak peduli. Mau bersenang-senang dengannya atau membunuhnya terserah."     

"Setelah mendapatkan apa yang kau inginkan, seenaknya memberikan dia padaku."     

"Bukankah kakak tertarik padanya?"     

"Aku memang tertarik padanya tapi tidak terlalu."     

"Dimana dia sekarang kakak?"     

"Dia ada di salah satu pulauku. Pulau yang terletak di Perth. Dilihat sekilas tempat itu terpencil karena hanya ada mansionku disana. Tak sembarangan orang bisa datang kesana karena itu pulau pribadiku."     

"Aku terkesan dengan kehebatan kakak. Tidak salah aku meminta bantuan kakak."     

"Aku ingin tahu apa alasan kamu menculik dia?"     

"Demi orang yang aku cintai kakak. Dia sangat benci dengan suami wanita itu. Bara harus merasakan bagaimana sakitnya kehilangan."     

"Wow dendam sekali," ledek Tuan mencibir. Tangan Tuan bermain-main di puncak dada si perempuan berbikini hitam. Memainkan puncak dadanya sehingga wanita itu mendesah dengan keras.     

"Sabar sayang. Belum saatnya bermain," kata Tuan mencuri satu ciuman dari sang wanita.     

"Kakak apa aku mengganggu waktu santaimu?"     

"Jika kau tahu diri kau akan menutup telepon ini," kata Tuan ketus. Tangannya bergerilya masuk ke dalam celana dalam si wanita. Teriakan dan desahan si wanita semakin keras. Orang-orang di sekitar kolam renang menutup mata dan telinga mereka. Tuan penganut seks bebas. Ia akan bercinta dimana pun ia mau. Tak peduli apakah orang melihatnya atau tidak. Bagi Tuan hasrat biologisnya terpenuhi. Dalam keadaan emosi Tuan akan bercinta dengan kasar bahkan sanggup menghabisi wanita yang telah bercinta dengannya.     

"Baiklah kakak. Nanti aku hubungi lagi."     

Tuan melempar ponsel ke atas meja. Ia membalikkan tubuh si wanita berbikini hitam. Melepaskan bikini sang wanita sehingga menampakkan dada sang wanita yang membusung. Tuan menurunkan kepalanya ke dada sang wanita dan bermain-main di puncak payudara. Mengemut dan dan menggigit p*t*ng payudara sang wanita.     

Desahan feminim keluar dari mulut wanita itu, Tuan semakin terangsang dan tergoda.     

"Kau ingin aku kasar atau lembut?" Tanya Tuan berbisik sensual.     

"Kasari aku Tuan."     

Tuan menampar pipi sang wanita. Bibir sang wanita berdarah. Tuan menjilati darah dari bibir sang wanita.     

Tuan mengangkat si wanita dengan gaya bridal style, " Aku punya mainan baru. Aku yakin kau akan menyukainya."     

"Pasti Tuan. Aku akan menyukainya."     

******     

Egi masih terkapar tak berdaya di rumah sakit. Efek dari pukulan Dian ia harus mendapatkan perawatan intensif. Kakinya yang patah telah di gips dan tangganya juga. Dokter mengatakan buth waktu tiga bulan untuk menyembuhkan kaki Egi dan tangannya.     

Egi bak orang gila berada di rumah sakit. Ia sudah bosan dan ingin pulang. Musba dan Ira bergantian menjaganya. Ira tak bisa menjaga Egi setiap hari karena bekerja. Jika Musba yang menjaga Egi tak nyaman karena sang om akan berusaha melecehkannya. Egi menjadi gay karena menjadi korban pelecehan Musba sejak kecil.     

Musba hampir saja melecehkan Egi ketika ia pingsan. Untung Clara tepat waktu sehingga Musba tak bisa melakukan niat buruknya pada Egi. Clara bahkan berniat membongkar kedok Musba pada Ira namun Egi mencegahnya. Egi tak mau pernikahan tantenya hancur mengetahui fakta jika sang suami biseksual dan melecehkan Egi sejak kecil.     

Clara hampir setiap hari menjenguk Egi. Sudah berulang kali ia mengusir wanita barbar itu agar tak datang lagi, tapi wanita itu tak pernah menyerah. Clara bermuka badak sudah dikasari tetap saja betah mengunjunginya. Ira berulang kali menasehati Egi agar tak kasar pada Clara, namun Egi tetap saja kasar dan mengacuhkannya.     

Pintu ruang perawatan Egi berderit. Sesosok pria tampan muncul. Ia memberikan senyum manis pada Egi. Terlihat begitu bersemangat.     

"Hai Egi," sapanya ramah.     

"Hai juga Samir," sapa Egi pelan. Kondisi Egi belum pulih sebelumnya.     

"Bagaimana keadaan lo? Apa sudah baikan?"     

"Lebih baik dari pertama kali aku dibawa kesini," balas Egi menerawang menatap langit-langit kamar.     

"Jangan lesu begitu Egi."     

"Gue belum sehat Samir," kata Egi membuang muka.     

"Gue punya berita baik untuk lo," kata Samir menyentuh Egi namun sentuhannya ditepis.     

"Jangan galak-galak Egi. Tak ada Bara masih ada gue yang peduli dengan lo."     

"Ngapain lo kesini?" Tanya Egi ketus. Kedatangan Clara dan Samir tak membuatnya bahagia. Kebahagiaan Egi hanyalah Bara.     

"Bawa berita baik buat lo," kata Samir nakal meremas paha Egi. Samir tak dapat menyembunyikan ketertarikannya pada Egi.     

"Apa berita yang lo bawa?"     

"Gue sudah menculik Dila dan memisahkannya dengan Bara," kata Samir berbisik di telinga Egi.     

"Apa?" Egi mengerjapkan mata tidak percaya.     

"Gue telah meminta bantuan kakak angkat gue. Dia telah menculik Dila ketika mereka berdua sedang makan romantis. Apakah lo senang?"     

"Apa?" Mata Egi membulat tak percaya.     

"Gue melakukannya demi lo Egi. Apakah lo senang?"     

"Jangan bercanda Samir."     

"Apakah gue harus mengirimkan foto dan video Dila agar lo percaya?" Samir mengeluar smartphone dan memperlihatkan video Dila di sandera di sebuah tempat.     

"Lo gila Samir." Egi membelalak.     

"Lo tinggal perintahkan gue saja. Jika lo mau gue bunuh Dila, gue akan bunuh tentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Bara akan merasakan kehilangan orang yang dia cintai seperti lo kehilangan dia."     

"Apa yang lo mau?"     

"Jadilah kekasih gue. Gue menyukai lo Egi."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.