Jodoh Tak Pernah Salah

Part 71 ~ Pergi Clubbing



Part 71 ~ Pergi Clubbing

2Dila dan Anda mengikuti diklat dengan serius. Mata mereka fokus melihat ke depan. Mendengar materi yang disampaikan trainer. Untuk saat ini mereka sibuk mengikuti diklat karena materi yang disampaikan trainer akan mereka praktikan ketika bertugas di kantor masing-masing. Mereka diberi materi bagaimana kematangan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan krusial untuk kantor.     

Anda dan Dila dua orang wanita karier yang sukses dan pintar. Mereka bisa berada di posisi sekarang karena kerja keras dan prestasi bukan karena dorongan orang dalam atau rekomendasi pejabat daerah. Mereka murni naik jabatan karena prestasi. Kelak orang seperti Anda dan Dila yang akan berada di jajaran tertinggi di bank MBC. Mereka calon pemimpin MBC masa depan. Mereka anak muda yang sangat potensial, kreatif dan inovatif.     

Walau sifat Anda selengekan, tomboy, ceplas-ceplos dan sedikit preman seperti Ibu Susi, mantan menteri perikanan dan kelautan, tapi memiliki otak yang moncer. Mereka ibarat ibu dan anak. Anda seolah titisan Ibu Susi. Keras tapi hasil kerjanya nyata.     

Ketika belajar Anda akan belajar, agar ilmu yang diajarkan padanya dapat ia pahami dan praktikkan. Anda banyak membuat terobosan di MBC. Ia mengeluarkan inovasi untuk meningkatkan dana pihak ketiga ( DPK ), memasarkan produk digital MBC dan peningkatan kredit.     

Materi hari ini telah selesai diberikan trainer. Anda merenggangkan tubuhnya. Pinggangnya encok karena kelamaan duduk. Ia meminum kopi untuk menghilangkan rasa kantuk. Efek belajar delapan jam tiada henti membuatnya ngantuk. Anda melirik jam tangan, baru menunjukkan pukul tujuh malam.     

"Dila masih jam tujuh. Kita lepas kangen yuk?" Ajak Anda menaik turunkan alisnya.     

"Lepas kangen kemana?" Dila mengernyitkan keningnya. "Gue jadi curiga."     

Anda tertawa seraya menutup mulutnya dan menjulingkan matanya pada Dila.     

Dila menjitak kepala Anda," Enggak usah julingin mata lo. Gue enggak suka liatnya."     

"Biar lo mau pergi bareng gue."     

"Gue bisa tebak. Lepas kangen maksud lo pasti pergi clubbing. Lo udah kangen pergi clubbing karena sejak nikah udah enggak lagi."     

Anda mengacungkan kedua jempolnya pada Dila.     

"Seratus buat lo. Enggak salah manajemen memberi jabatan kepala capem cabang utama Padang. MBC emang enggak salah pilih."     

"Lo muji apa menghina?"     

"Gue muji tahu," kata Anda mengacungkan kedua jarinya membentuk huruf V.     

"Gue curiga sama lo, ujung-ujungnya enggak enak. Gue udah feeling. Pasti lo ajak gue clubbing. Gue enggak mau."     

Anda merengek bak anak kecil.     

"Ayolah Dila. Please. Enggak lucu gue pergi clubbing sendirian. Lagian gue enggak mabuk kok. Kayak waktu kuliah aja. Merokok dan berjoget dikit. Melepas candu."     

Dila melipat kedua tangannya,"Enggak mau," jawab Dila tegas.     

"Ayolah Dila. Relax dikit. Kayaknya sejak balik Padang lo jadi kolot dan kampungan," sindir Anda seraya menjulurkan lidahnya. Hanya memanasi Dila tanpa maksud menghina. Ini gaya candaannya Anda, barbar dan tanpa basa-basi. Dila memahami jika sahabatnya hanya bercanda. Untung sudah kenal lama, kalo orang lain yang dengar ucapan Anda pasti sudah tersinggung.     

Dila mencubit kedua pipi Anda karena gemas dengan mulut beracun Anda.     

"Gue enggak ajak lo mabuk. Lo minum jus aja dan liatin gue joget kayak waktu," kata Anda melepaskan tangan Dila dari pipinya.     

Pipi Anda memerah karena cubitan Dila. Jika mencubit pipinya, Dila selalu tak pakai perasaan.     

"Sakit tahu," gerutu Anda mengelus pipinya.     

"Mulut lo lebih nyakitin daripada cubitan gue. Tajamnya pedang belum bisa mengalahkan tajamnya mulut lo," sindir Dila pedas.     

"Kampret lo," balas Anda tertawa terbahak-bahak.     

"Lo jadi temani gue clubbing?"     

Dila bersedekap dengan gaya sombong," Tidak mau."     

"Oh ya gue lupa. Teman gue udah jadi Ibu ketua DPRD mana mau ke club. Lupa kalo sekarang harus pencitraan kalo enggak citra Bapak ketua jadi jelek.", Anda menyindir secara telak.     

Lagi-lagi Dila terpancing mendengar ocehan Anda. Dengan sebal Dila mencubit lengan Anda.     

"Lama-lama mulut lo makin pedas. Ok gue temani lo clubbing tapi pulangnya sebelum jam dua belas malam. Kalo lo setuju gue temani, kalo enggak silakan pergi sendiri."     

Anda bersorak riang seperti mendapatkan bonus tahunan.     

"Hore Dila ikut. Sayang banget sama Dila," kata Anda mencium pipi Dila.     

Dila dengan sebal menghapus bekas ciuman Anda.     

"Kayak lesbi kalo lo kayak gini. Pake cium segala," protes Dila.     

"Biarin. Yuk kita mandi dan ganti baju dulu," jawab Anda menarik tangan Dila menuju kamar.     

*****     

Jam sembilan malam Anda dan Dila sudah sampai ke club. Mereka clubbing di sebuah hotel berbintang. Hotel yang mereka datangi memiliki club malam yang terkenal hitz di kalangan pecinta clubbing. Anda sudah lama mengidam-idamkan clubbing ke tempat ini. Dari cerita yang ia dengar banyak kalangan pengusaha dan artis ibukota dugem ke tempat ini. Privasi pengunjung terjaga dan keamanan sangat ketat.     

Hotel yang mereka datangi juga memiliki bisnis prostitusi kelas atas. Hanya orang-orang berduit dan kelas atas bisa menikmati prostitusi di hotel mewah ini. Mereka pun sangat selektif. Jangan harap bisa ke lantai 25 tempat prostitusi jika bukan member.     

"Ya ampun bahagia banget bisa kesini," kata Anda bersorak gembira seraya memeluk Dila.     

Anda berjoget tak jelas hingga membuat bartender ketawa. Sikap lucu dan kekanakan khas Anda memancing tawa bartender. Dila geleng-geleng kepala melihat kelakuan ajaib Anda.     

"Mas harap maklum ya. Teman saya emang rada gila. Baru dapat mainan baru," kata Dila mengajak bartender bicara.     

"Bukan gila mbak, tapi teman mbak lucu," kata bartender mengomentari Anda.     

Dila dan bartender menatap Anda yang bergoyang bak cacing kepanasan. Tarian dan musik tidak matching sama sekali. Musiknya apa, goyangnya Anda entah macam apa. Jelas musik Dj malah gojet kayak dangdutan. Gaya konyol Anda memancing reaksi para pengunjung. Awalnya mereka mencibir tarian Anda, tapi melihat kepercayaan diri Anda yang begitu tinggi membuat mereka kagum.     

Mereka malah mengikuti tarian konyol Anda. Tak segan mereka mengajak Anda untuk menari bersama. Anda merasa sangat bahagia. Ia merasa free dan menjadi diri sendiri. Sesekali pergi clubbing tak apa-apa, menghibur diri dari tuntutan pekerjaan, kewajiban sebagai istri dan ibu.     

Jika sudah kembali ke Surabaya, mana bisa pergi clubbing. Ia akan disandera oleh anak-anak sampai di rumah. Jika Anda pulang telat, maka anak-anak akan menyusulnya ke kantor. Jika sudah begitu mana mungkin Anda bisa curi-curi waktu pergi clubbing. Saat diklat keluar kota Anda baru bisa pergi clubbing.     

Bartender memberikan jus pesanan Dila.     

"Pergi clubbing kok cuma minum jus mbak?" Tanya sang bartender tersenyum ramah.     

"Aku enggak mau dugem sebenarnya. Cuma temani dia aja melepas kangen pergi dugem," jawab Dila menunjuk Anda yang sedang berjoget di atas panggung.     

"Sepertinya teman mbak kangen banget dugem. Kayaknya udah lama enggak."     

"Iya. Setelah nikah dan punya anak emang enggak pernah lagi. Sekalinya ada kesempatan enggak mau dilewatkan begitu saja."     

"Jadi temannya sudah nikah. Kirain masih gadis," kata sang bartender takjub. Tadi ia mengira Anda masih gadis karena tubuhnya langsing seperti anak gadis.     

"Sudah Mas. Malah anaknya sudah dua."     

"Mahmud cantik ya," puji sang bartender."Berarti mbak juga sudah nikah?"     

"Sudah," jawab Dila sambil menyeruput jus.     

"Anaknya udah berapa mbak?" Sang bartender senang mengajak Dila mengobrol karena tidak sombong. Sang bartender bisa menilai jika Dila perempuan baik-baik, bukan wanita nakal yang mencari mangsa di club.     

"Belum punya anak. Saya baru nikah."     

"Semoga segera dikaruniai keturunan ya mbak. Kalo anak saya baru satu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.