Ada Orang yang Mematahkan Kaki Kakek Cui
Ada Orang yang Mematahkan Kaki Kakek Cui
Sebelum masuk ke dalam rumah tersebut, ia mendengar suara tangisan Xi Que.
"Kakek, siapa yang mematahkan kakimu, huhuu!"
Wu Ming mengerutkan keningnya, kemudian ia pun masuk ke dalam dan melihat kakek Cui yang sedang bersandar di kursi. Betis kaki kirinya cekung ke luar sepertinya tulangnya telah patah.
Jika hanya dipukul mungkin akan keseleo dan tidak mungkin patah seperti ini.
Usia kakek Cui sudah tua, saat ini ia hanya bisa bernapas saja dan merasa kesakitan, ia tidak bisa berkata apapun.
"Kakak, Kakekku dia… huhuhu!" Xi Que melihat Wu Ming yang baru pulang, tatapan matanya seperti meminta bantuan.
Wu Ming mendekati kakek Cui dan berjongkok di depannya, "Kakek Cui, lihatlah di atas ada sebongkah emas."
Kakek Cui sangat senang sekaligus kaget, kemudian ia pun melihat ke atas.
Dan saat kakek Cui sedang melihat ke atas, tangan Wu Ming dengan cepat menarik kakinya "Krek" kakinya berhasil disambungkan.
"Ahhh!" Kakek Cui berteriak kesakitan, kemudian ia pun menghela napas panjang dan ia merasa kakinya tidak begitu sakit lagi.
Kemudian Wu Ming melipat celana kakek Cui dan melihat lututnya ternyata sudah bengkak.
"Kakek di mana obat Sheng Ji Dan? Sheng Ji…" Xi Que karena melihat keadaan kakek yang sangat mengkhawatirkan, dengan reflek ia langsung bertanya seperti itu dan seketika ia pun langsung terdiam.
Pil Sheng Ji Dan yang terakhir saat itu digunakan untuk menolong kakak…
"Aduh, sore hari tadi kakiku masih baik-baik saja, A Yuan mendekatiku dan memukulku. Dia bersikeras berkata bahwa aku yang mencuri salah satu roti kukus miliknya tadi siang. Ia juga tidak memberikan aku kesempatan untuk menjelaskan!"
Kakek Cui menghela napas dengan berat sambil melihat kakinya yang bengkak, "Sepertinya aku harus berbicara dengan pengurus Li. Aku hari ini harus berbaring di tempat tidur dan tidak bisa bekerja."
"Kakek, kamu sekarang keadaan Kakek sudah begini! Kamu masih memikirkan tentang pekerjaan?" Xi Que berbicara sambil menghapus air matanya.
Kakek Cui mengelus kepala Xi Que dan berkata dengan nada putus asa, "Jika tidak bekerja pasti uang bulanan akan berkurang. Jika berkurang bulan depan kita tidak akan bisa makan."
"Kakek Cui, karena kamu memberikan obat Sheng Ji Dan yang terakhir padaku maka aku akan membantumu mengerjakan tugasmu sampai kamu sembuh." Wu Ming mengerutkan bibirnya.
Mendengar ucapan Wu Ming, kakek Cui memandang Wu Ming dan menggelengkan kepalanya sembari berkata, "Wu Ming, kamu ini perempuan. Pekerjaan yang harus dilakukan seorang laki-laki sangat berat, seperti membawa air dan kayu bakar."
Wilayah sekte Yu Shou terdiri dari pulau-pulau, tetapi setiap pulau tidak selalu memiliki air tawar, sehingga perlu adanya petugas kebersihan laki-laki untuk membawa air ke beberapa pulau yang tidak memiliki sumber air tawar. Para petugas kebersihan laki-laki juga harus memastikan bahwa kebutuhan air minum untuk para murid harus terpenuhi.
"Kakek Cui hanya perlu memberitahu rutenya padaku. Kamu telah menyelamatkanku. Ini adalah tanggung jawabku."
Tatapan mata Wu Ming terlihat sangat yakin, kakek Cui teringat pada uang yang akan ia terima bulan depan. Kemudian ia dengan pasrah berkata, "Baiklah, aku akan memberitahumu. Tapi kamu harus janji jika kamu sudah lelah kamu tidak perlu mengangkat air dan kayu bakar lagi. Kalau memang tidak bisa, bulan depan kita akan mengurangi jatah untuk makan saja! Rutenya adalah…"
-
Setelah kakek Cui memberitahu rutenya dan menyerahkan tugas padanya, kemudian Wu Ming mengangguk lalu membawa Xi Que tidur.
Setelah Xi Que tidur, Wu Ming duduk bersila.
Kali ini, ia melihat ke dalam Dan Tian dan merasa cahaya ungu yang ada di Dan Tian miliknya itu kini menjadi lebih banyak daripada semalam.
Ia sangat kaget, lalu ia pun mengumpulkan cahaya-cahaya kecil itu dan menyatukannnya.
Malam ini ia telah mengumpulkan hampir 35 cahaya.
Sebelum fajar mulai bersinar, Wu Ming keluar, ia membawa tiang di pundaknya, dan pergi ke sekte Yu Shou untuk mengambil air.
Ia mengatur waktu pengambilan air pada jam lima pagi dan waktu mencuci pada jam delapan pagi, agar tidak ada tugas yang tertunda.
Sehingga di saat orang-orang masih tidur, Wu Ming sudah berputar-putar ke pulau-pulau yang tidak memiliki sumber air tawar. Keringatnya tampak bercucuran dan berjatuhan ke bawah.
Saat laki-laki petugas kebersihan yang lainnya sampai di sana, mereka melihat tugas kakek Cui telah selesai.
A Yuan yang bertubuh kekar itu merasa heran ketika melihat apa yang telah terjadi.
"Aku sudah mematahkan Kaki kakek Cui, kenapa Kakek Cui malah mengambil lebih cepat? Pasti ini ilmu hitam!"