Misi {6}
Misi {6}
"Baik, Yang Mulia!"
*****
Sore ini, Jiang Kang Hua tampak sedang memacu kudanya dengan kekuatan tinggi. Menapaki sebuah bukit yang cukup terjal dan tinggi. Untuk kemudian, setelah kudanya merasa tidak mampu lagi menanjak, Jiang Kang Hua langsung berjalan dengan tertatih, dia menghela napas panjang sambil mengacak rambutnya dengan frustasi. Jujur, dia sangat bingung. Ada banyak sekali hal ingin dia keluarkan. Hal yang membuat hatinya suntuk bukan main. Waktu sudah semakin bergulir dengan cukup cepat, dia tidak tahu bagaimana untuk membuat semuanya menjadi lebih baik sekarang dia meluapkan semuanya di bukit tertinggi sebagai tempatnya melarikan diri. Dia tidak mungkin bisa untuk tetap diam, menyaksikan alam raya hancur di depan matanya. Dia harus melakukan sesuatu. Namun apa yang bisa dia lakukan? Jiang Kang Hua benar-benar tidak tahu harus berbuat apalagi sekarang.
Dia kemudian terduduk, sambil terurai air mata. Dadanya yang terasa sakit, kini terasa semakin sesak dan menyakitkan. Dia tak tahu harus berbuat apa, dia tak tahu harus melakukan apa. Bahkan, Liu Anqier yang mengetahui hal ini pun kini malah menghilang entah kemana. Dia seolah tak punya tempat yang membuat semua masalah yang ada menjadi lebih baik. dia tidak punya tempat untuknya menjalankan hidup untuk semestinya agar hidupnya lebih baik. yang bisa dia lakukan halanyah berusaha untuk memendam semua rasa yang berkecamuk itu sendiri.
"Dewa Li, apakah kau sedang mempermainkanku! Kenapa bisa, aku yang iblis ini harus menanggung semua rasa aneh ini sendiri, Dewa Lo! Bukankah kau sangat egois sekali!" teriak Jiang Kang Hua.
Dan di sisi lain, Liu Anqier tampak mendengar sebuah teriakan. Dia sama sekali tak tahu siapa yang berteriak sekencang itu. apalagi, di bukit ini dia merasa jika hanya dirinyalah yang ada di sana. Untuk kemudian, Liu Anqier sambil menelan ludahnya dengan susah dia pun memberanikan diri untuk mendekati sumber suara. Dia harus melihat dengan kepala dan matanya sendiri siapa gerangan yang berteriak itu. jangan sampai kalau ada iblis jahat yang ada di sekitarnya karena dia memang sudah lelah untuk sekadar berperang. Bagaimana tidak, tenaganya sudah habis untuk bercocok tanam selama beberapa hari, dan bahkan dia sudah berencana untuk meminta Lee Huanran untuk memijitnya ketika dia sudah sampai di sini lagi.
Dan betapa kaget Liu Anqier saat tahu siapa gerangan yang berteriak itu. ya, siapa lagi kalau bukan Jiang Kang Hua. Yang seolah sedang meratapi nasibnya yang sedang dalam keadaan sial sama sekali.
"Panglima Jiang, kau kah itu?" tanya Liu Anqier dengan sangat hati-hati. Jiang Kang Hua tampak terkesiap, dia langsung menoleh dan melihat ada sosok Liu Anqier sudah berdiri di belakangnya. Sesekali, Jiang Kang Hua mengucek matanya untuk sekadar memastikan sosok yang ada di belakangnya benar-benar Liu Anqier atau bukan sama sekali. namun saat dia yakin jika sosok itu Liu Anqier, Jiang Kang Hua agaknya sangat lega luar biasa. Dia sama sekali tak menyangka. Ya, dia sama sekali tak menyangka jika sosok itu adalah Liu Anqier.
"Nona Liu, kau itu? itu sungguh kau?" tanya Jiang Kang Hua yang tidak membalas pertanyaan dari Liu Anqier yang sebelumnya. Mendengar hal itu, Liu Anqier pun tersenyum kemudian dia mengangguk.
"Apakah kau pikir jika aku ini adalah jelmaan iblis sepertimu? Tentu saja tidak. Aku adalah Anqier yang kau lihat dan kau kenal selama ini, Panglima Jiang. Namun, kenapa bisa kau ada di sini? Apakah ada yang terjadi?" tanya Liu Anqier lagi. Dia duduk bersimpuh di samping Jiang Kang Hua yang kini sedang sibuk dengan rumput yang ada di tangannya.
"Aku sedang resah, kau juga tahu apa yang aku resahkan itu, Dewi Liu. Namun kau sama sekali tak mengerti tentang semua hal yang terjadi sekarang. aku benar-benar bingung, apa yang harus aku lakukan. purnama sebentar lagi datang, dan semuanya akan menjadi hancur lebur semua bahkan tanpa sisi sama sekali. apa yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan alam raya ini? apa yang harus kita lakukan untuk membuat semuanya menjadi lebih baik lagi. Aku benar-benar sangat bingung, semuanya berputar pada porosnya dan sangat menyedihkan. Aku tidak akan pernah sama sekali mengizinkan apa pun yang buruk terjadi. aku akan melakukan segala hal untuk melindungi semuanya yang ada di alam raya ini."
"Memangnya kau siapa? Apakah kau seorang Dewa Tertinggi di alam raya ini? kau hanyalah seorang iblis yang kebetulan bertugas sebagai seorang Panglima Perang, dan aku hanyalah seorang manusia biasa, bukan lagi seorang Dewi. Lantas apa yang bisa kita lakukan?"
"Sebenarnya keinginannku hanyalah menyegerakan Yang Mulia Raja untuk berubah seutuhnya menjadi Putra Mahkota Kerajaan Langit, dan kembali ke langit agar semua kehancuran itu tidak terjadi."
"Lalu bagaimana dengan istana iblis yang masih membutuhkan Yang Mulia Raja?" tanya Liu Anqier.
Jiang Kang Hua memandang Liu Anqier dengan mimik wajah seriusnya yang luar biasa itu.
"Nona Liu, sekarang kau pikirkan seperti ini. logikanya, istana langit dan istana iblis mana yang lebih penting? Kalau istana iblis kita hanya mencakup ruang lingkup iblis saja tidak yang lainnya. Namun jika istana langit aman maka bukan hanya langit saja yang akan baik-baik saja melainkan alam raya dan kerajaan iblis juga. itulah yang sedang aku pikirkan sekarang. masalah yang ada di istana iblis aku akan mengaturnya, bertahan sekuat tenaga selama aku bisa dan membuat semuanya menjadi lebih lama meski aku tak bisa menuntaskan semuanya. Aku bisa bertahan sampai bayi itu besar dan menduduki jabatan sebagai Putra Mahkota. Namun, aku tidak mungkin sendiri. Aku harus bersama dengan orang lain yang bisa membantuku dalam urusan ini. selain tentu saja penduduk perasingan itu, aku membutuhkanmu ada di sini bersamaku untuk bertahan dengan semua yang ada. Apakah kau mau membantuku? Ilmu bela dirimu lumayan bagus untuk membantuku, Nona Liu,"
Mendengar hal itu, Liu Anqier tampak tersenyum getir. Dia bingung. Benar-benar bingung harus berbuat apa sekarang. dia bingung harus mengatakan apa. Dia tidak mungkin jujur kepada Jiang Kang Hua tentang apa yang akan dia lakukan. apa yang akan menjadi sebuah hal yang sangat ditentang oleh semua orang yang ada di sini.
"Baiklah, Panglima Jiang. Aku akan mengusahakannya, tapi sebelum itu kau harus menyakinkan dan memastikan jika pertahananmu sangat kuat. Jangan sampai hal yang terjadi kepadaku dulu terulang lagi. Ketika aku sampai nyaris mati karena sebuah perangkap dari Pangeran Wu."