Misi {8}
Misi {8}
"Ibu, kau tahu. Dewa Li begitu membenciku sampai setengah matinya. Jika aku terus-terusan bersikap sok manis kepadanya, dan masih membuatnya sebagai sosok agung maka itu pasti akan membuatnya besar kepala. Kau tahu apa yang aku lakukan ini adalah salah satu dari trikku. Untuk membalikkan keadaan. Dengan apa yang telah dia katakan meskipun sebuah kebenaran sekalipun, dengan aku yang yang langsung mengatakan hal itu di depan Raja Langit dan Ratu Langit, dengan seperti itu yang ada di mata mereka adalah, Dewa Li merupakan sosok yang berhati busuk dan penuh dengan kedengkian. Sementara mereka akan semakin iba kepadaku. Mereka akan merasa tidak enak sama sekali denganku. Dan dengan demikian, mau tidak mau, jabatan Putra Mahkota pasti akan berada dalam genggamanku dengan sempurna. Tidak peduli apa pun yang terjadi nanti,"
Mendengar hal itu, ibunya tampak menyeringai. Dia begitu bahagia dengan rencana paling sempurna milik putranya. Sekarang sudah tidak ada lagi alasan-alasan lain yang membuat mereka kiranya merasa ketakutan dan sampai untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, sebab menjadi Putra Mahkota Kerajaan Langit akan segera berada dalam genggamannya apa pun yang terjadi.
"Satu pekan, putraku. Satu pekan lagi kita akan bisa membuat semua orang yang ada di sini tercengang. Dan aku akan memastikan jika semua Dewa, Dewi bahkan Raja dan Ratu Langit pun akan tunduk di bawah kakimu dengan sempurna. Ibu tidak akan pernah membiarkan satu makhluk pun yang akan merendahkanmu lagi di alam raya ini. dan dengan perlahan kita mulai menghapus nama Putra Mahkota Xie Liao Xuan dalam nama keturunan Kerjaan Langit yang katanya telah ditetapkan sebagai Raja abadi oleh Langit. bahkan langit pun tidak bisa berkutik di depan kita, putraku. Langit akan tunduk di bawah kaki kita."
*****
"Yang Mulia Raja, hamba ingin mengatakan suatu hal kepada Yang Mulia. Sebuah hal yang genting dan ini benar-benar sudah tidak bisa hamba bendung lagi," Jiang Kang Hua kini menghadap Chen Liao Xuan, yang saat ini sedang berdiri di bawah pohon persiknya. Ini sudah dini hari, bahkan sudah tidak ada lagi kegiatan di istana apa pun itu. selain para Dayang dapur istana yang sedang bersiap untuk mempersiapkan hidangan untuk sarapan pagi bagi yang ada di istana.
Chen Liao Xuan terdiam, wajahnya tampak dia miringkan memandang Jiang Kang Hua sampai bahkan tidak mengenakan pakaian kebesarannya, berada di depannya dengan mimik wajah yang sangat tegang itu. entah panglimanya ini sedang mengigau, ataukah karena Jiang Jang Hua terlalu banyak pikiran.
"Apa yang kau maksud, Panglima Jiang? Apakah sekarang kau sedang mengigau? Bagaimana bisa kau tiba-tiba datang dan mengatakan hal yang sangat konyol sekali. apa yang membuaymu datang kesini dan mengatakan hal-hal aneh sekali. bahkan aku sama sekali tak mengerti tentang apa yang sedang kau katakana ini,"
Jiang Kang Hua tampak diam, dia memandang Chen Liao Xuan dengan mimik wajah seriusnya. Dia sama sekali tidak bisa menahan dan membendung apa pun lagi yang ada di dalam otaknya. Dia harus mengatakan semua pendapatnya sekarang, atau jika tidak dia akan benar-benar merasa bersalah dan tidak bisa tidur sama sekali bahkan sampai alam raya ini menjadi hancur lebur karena semua hal. Tak peduli sekarang, Jika Raja Langit terlena dengan putranya yang pertama, yang berusaha sekuat tenaga untuk menggantikan posisi Chen Liao Xuan dari langit. tak peduli pun jika seluruh Istana Langit membencinya. Namun yang pasti adalah satu, yang harus dilakukan oleh Jiang Kang Hua. Memberitahu kepada Chen Liao Xuan kalau ini bukan masalah sakit hati atau pun kecewa. Namun masalah kelangsungan semua makhluk yang ada di alam raya.
"Yang Mulia, kita sudah tidak punya waktu lagi. Jika memang biarkanlah sebelum purnama semuanya harus menjadi lebih baik. kabarkan kehamilan dari Selir Lim bersamaan dengan kabar penangkapan semua petinggi istana. Masukkan semua penduduk perasingan dalam jajaran petinggi istana yang baru. dan setelah itu, hamba dan petinggi istana yang baru akan bertahan sekuat tenaga untuk mempertahankan dan menyelamatkan Selir Lim beserta dengan calon Putra Mahkota. Hamba akan melakukan apa pun untuk itu. yang perlu Yang Mulia lakukan adalah, segera bertindak, segera bertindak agar alam raya ini tidak menjadi musnah!"
Chen Liao Xuan tampak tertegun, dia sama sekali tak mengerti dengan apa yang diktakan oleh Jiang Kang Hua. Rahangnya mengeras dan entah kenapa tiba-tiba dia menjadi sangat resah sekali. Chen Liao Xuan merasa jika Jiang Kang Hua telah mengetahui sesuatu. Ya, sesuatu yang benar-benar membuatnya bingung buka main.
"Apa yang kau katakan ini, Panglima Jiang?"
"Hamba telah tahu kalau Yang Mulia Raja adalah jelmaan dari Putra Mahkota Kerjaan Langit. hamba tahu dengan mata kepala hamba sendiri, dan hamba tahu dari Dewa Li yang datang sendiri menemui hamba. Terlebih sekarang alam raya sedang dalam keadaan genting, langit sedang sangat risau. Karena… karena tepat malam purnama kali ini, Pangeran pertama Kerajaan Langit akan diangkat sebagai Putra Mahkota pengganti sementara selama Ynag Mulia Raja belum kembali ke langit. dan sampai itu terjadi, Yang Mulia. Tidak pernah ada sesuatu yang lebih mengerikan dari pada itu. semuanya akan berubah menjadi sesuatu yang sangat mengerikan. Alam raya akan hancur, semuanya ahan hancur dan tak bersisa. Jika dibanding dengan masalah yang ada di istana ini tentunya tidak ada apa-apanya dengan masalah yang terjadi di Istana Langit."
Chen Liao Xuan terkejut bukan main, dia sama sekali tak menyangka jika Jiang Kang Hua akan mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Dia diam, dia tak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. dia bingung harus berbuat apa sekarang untuk menjawab apa yang telah dikatakan oleh Jiang Kang Hua.
"Aku—"
"Yang Mulia tak usah berdusta, tak usah mengatakan apa pun lagi. Hamba benar-benar hanya ingin yang terbaik kepada Yang Mulia Raja."
"Siapa saja yang mengetahui tentang hal ini?" tanya Chen Liao Xuan pada akhirnya. Jiang Kang Hua terdiam, dia bingung harus mengatakan apa sekarang. apakah dia harus jujur jika Liu Anqier juga telah mengetahuinya. Namun jika sampai Chen Liao Xuan tahu, apa tanggapannya setelah itu. "Siapa saja yang mengetahui tentang hal ini, Panglima Jiang?" tanya Chen Liao Xuan lagi, dengan nada tak bersahabat dan tampak sangat kesal luar biasa.
"Hamba, dan juga, Nona Liu. Kami berdua sudah tahu,"
"Apa? Anqier?"
"Iya, Yang Mulia. Nona Liu telah mengetahui masa lalunya, dia juga telah mengetahui siapa Yang Mulia Raja yang sebenarnya."