Ciuman Brutal (3)
Ciuman Brutal (3)
Raungan rendah itu bergema di telinga Leng Xiaomo, membuat dirinya tampak berada dalam situasi yang sulit untuk diselamatkan. Bahkan suara yang terus berdengung di benaknya membuat wajahnya terbakar oleh rasa malu, juga membuatnya ingin melarikan diri sejauh mungkin.
Tapi kenapa kakaknya menciumnya dengan begitu kasar dan ganas?
Mungkinkah ini sebuah hukuman?
Air mata Leng Xiaomo seketika berputar-putar. Kemudian, ia perlahan menatapnya dengan air mata berlinang dan bibir yang bergerak gelisah, "Kenapa?"
Kenapa menciumnya?
Wajah dingin Leng Yunchen kini penuh dengan jejak kemarahan, "Tidakkah kamu mengerti?! Jangan coba-coba menipuku. Tidak ada adik yang akan diam-diam mencium bibir kakaknya saat malam. Dan satu lagi, perasaanmu padaku bukanlah cinta seorang adik untuk kakaknya! Jadi kenapa kamu tidak mengakuinya saat aku bertanya?! Apa yang ingin kamu perdebatkan?!"
"Yah, jika menciummu tidak sesuai dengan identitas sebagai adikmu, lalu bagaimana denganmu? Apa yang kamu lakukan padaku? Bukankah itu lebih dari sekedar mencium? Kamu memperlakukanku dengan kasar, apakah ini yang harus dilakukan oleh seorang kakak?" isak Leng Xiaomo sembari menatapnya dengan air mata berlinang. Tak lupa, senyum ejekan yang ia tujukan untuk dirinya sendiri juga muncul di bibirnya.
Apakah ini yang harus dilakukan oleh seorang kakak?
Begitu kata-kata ini terlontar, Leng Yunchen serasa dipukul telak tepat di hatinya.
Apa yang telah ia lakukan pada adiknya? Setelah melihat tubuhnya, ia bereaksi dan menciumnya dengan paksa! Hanya saja, semua ini bukan dari niat aslinya.
Kalau begitu, kenapa bisa menjadi seperti ini?
Alhasil, Leng Yunchen dengan lembut menarik senyumnya yang tampak sedikit dingin. Lalu, ia membungkuk lagi, menatapnya dari posisi tinggi, dan perlahan membuka mulutnya, "Aku menciummu karena aku tidak ingin kamu menipuku lagi, itu saja."
Satu kalimat tegas.
Berhasil membuat Leng Xiaomo mengepalkan jari-jarinya dengan erat, seolah ia akan tenggelam ke telapak tangannya sendiri. Wajahnya pucat pasi, hanya ada warna merah di matanya yang terlihat sangat menyedihkan.
Sementara dari tempatnya, Leng Yunchen menatapnya selama beberapa detik, baru kemudian berbalik pergi.
Tapi saat ia hendak melangkah keluar dari pintu, Leng Xiaomo, yang dari awal mengatupkan bibirnya, sepertinya tidak bisa menahannya lagi. Ia berteriak histeris dengan mata memerah, "Tapi kamu menciumku!"
Ini adalah fakta yang tak terhapuskan!
Bisa dibilang jika perlakuan seperti itu tidak hanya disebabkan oleh dorongan hati, melainkan juga adanya faktor yang lebih dalam, dan jelas, Leng Yunchen juga berbohong! Kalau begitu, kenapa ia tidak mengakuinya!
Dan setelah mendengar pernyataan itu, Leng Yunchen berdiri tegak di pintu, lalu terdengar ia membuka suara dengan nada dingin tanpa menoleh ke belakang, "Kalau kamu tidak memperlakukanku sebagai kakakmu lagi, untuk apa aku harus memperlakukanmu sebagai adikku?"
Kemudian, ia melenggang pergi tanpa melihat ke belakang sekali pun.
Meninggalkan Leng Xiaomo yang terduduk lemah di tempat tidur, dengan satu tangan melingkari lututnya, sementara tangan lainnya menutupi wajah dan ia mulai tersedu.
Bahu tipisnya pun tampak gemetar lembut.
Untuk sesaat.
Ia seperti berada di dalam gudang es.
Meski saat itu musim panas, tapi sekujur tubuhnya terasa dingin.
Dan dengan kepergian Leng Yunchen, hatinya seketika terasa kosong.
Tampaknya sesuatu yang penting seolah ditarik paksa darinya, yang membuatnya kesakitan hingga berdarah-darah.
Pada akhirnya pun, sebuah rahasia terpendam tidak dapat lagi disimpan untuk waktu yang lama. Cepat atau lambat, semua rahasia itu akan terbongkar ke seluruh penjuru dunia.
Ya, rahasia terbesar dari jatuh cinta dengan seseorang secara diam-diam.
Seperti apa sebenarnya situasi saat ini?
Dulu, ia pernah merasa bimbang. Di satu sisi, ia ingin kakaknya tahu, tapi di sisi lain ia juga tidak menginginkannya.
Hingga ia memutuskan hanya ingin mencintainya tanpa harus rahasia itu terbongkar. Ia sangat tahu jika Leng Yunchen nantinya mengetahui hal ini, karena ia tidak bisa membayangkan akan sebenci apa kakaknya setelah itu.
Dan ternyata, keduanya terjadi secara bersamaan.
Apa yang ia takutkan akhirnya terjadi.