Halo Suamiku!

Ciuman Brutal (2)



Ciuman Brutal (2)

2Leng Yunchen yang dipukul balik seketika tidak bisa berkata-kata.     

Logikanya, penjelasan dari adiknya itu sejalan dengan hatinya, tapi ia tidak tahu apakah itu benar atau tidak.     

Tapi ia tidak tahu apa masalah ini benar-benar penting atau seharusnya tidak perlu untuk dipertanyakan!     

Intinya yang pasti, mereka tidak bisa melakukan apa-apa dan Leng Yunchen tidak akan pernah mengizinkannya!     

Tapi kemudian, Leng Yunchen memiliki pertanyaan lain untuk diajukan.     

Ia mengunci mata adiknya erat-erat sambil membungkuk, lalu bertanya dengan suara yang cukup berat, "Kalau begitu jelaskan kenapa kamu mengatakan bahwa kamu mencintaiku?"     

Kakak, aku mencintaimu.     

Aku mencintaimu… mencintaimu…     

Di saat itulah hati Leng Xiaomo bergetar lembut dan sedikit membeku, seolah-olah ia ingin melindungi hatinya yang rapuh dan sensitif.     

Jika Leng Yunchen mengetahuinya, ia pasti akan membenci dan memarahinya.     

Apalagi saat melihat kakaknya bereaksi seperti ini sebelum ia mengakuinya, tentu akan sangat sulit bagi Leng Xiaomo untuk membayangkan apa yang harus ia lakukan setelah kakaknya tahu segalanya.     

Bukankah ia sudah mengatakan jika dirinya tidak mampu menanggung konskuensinya?     

"Aku mencintaimu..." gumam Leng Xiaomo dengan lembut, seperti menertawakan dirinya sendiri. "... Aku mencintaimu, bukankah tidak ada masalah dengan itu? Kamu telah banyak membantuku, kamu selalu menjadi kakak yang baik dan aku selalu mencintaimu. Jadi apa yang salah dengan ini?"     

Benar.     

Ia adalah kakaknya.     

Kakak mencintai adik, begitu pun sebaliknya. Lalu, kenapa?     

Meski kini Leng Xiaomo tersenyum, tetapi matanya tampak memerah, tinjunya mengepal erat, dan jantungnya mengejang karena menahan rasa sakit.     

Ia pikir dirinya sudah sangat kuat.     

Tapi nyatanya, ia masih begitu rapuh.     

Dan begitu ia mengatakannya, Leng Yunchen mengatupkan bibirnya seketika.     

Tatapannya begitu lekat seolah sedang menilai kebenaran.     

Tapi setelah melihat mata Leng Xiaomo yang sedikit memerah, bibirnya tertutup rapat.     

Omong kosong macam apa ini!     

Cinta Leng Xiaomo untuknya sama sekali bukan cinta adik kepada kakaknya!     

Saat itulah Leng Yunchen berhenti menatapnya dan mengabaikannya. Sontak ia bangkit dan berjalan ke pintu, seolah ia akan bergegas keluar dari sana.     

Sementara Leng Xiaomo hanya duduk di tempat tidur, memegangi seprai dengan erat di tangan kecilnya, tampak memalingkan wajah dan air mata tiba-tiba mengalir tak terkendali.     

Langkah Leng Yunchen yang telah mencapai ambang pintu terhenti sejenak, meski tangannya sudah jatuh di pegangan pintu.     

Tetapi di detik berikutnya, ia sama sekali tidak menekannya.     

Ia hanya berdiri diam sembari sedikit menundukkan kepala.     

Tidak ada yang tahu ekspresi apa yang tergambar di wajahnya dan apa yang ia pikirkan saat itu.     

Hanya saja, ketika ia berpikir akan membuka pintu dan pergi, tiba-tiba sosoknya berbalik dan berjalan kembali menuju ke sisi tempat tidur.     

Sedangkan wajah cantik Leng Xiaomo kali ini masih dipenuhi air mata dengan mata memerah.     

Tapi tampaknya Leng Yunchen benar-benar mengabaikan itu.     

Ia hanya berjalan lurus ke sisinya, kemudian memalingkan wajah Leng Xiaomo, mengangkat dagunya dengan paksa, lalu membungkuk untuk menciumnya.     

Leng Xiaomo yang masih menangis seketika melebarkan mata.     

Tanpa diduga, Leng Yunchen meraih bibirnya dengan ganas, mengisapnya dalam-dalam, lalu menggigit lipatan bibirnya tanpa ampun dan menyerbu langsung dengan lidah yang panjang. Ia menjarahnya dengan brutal, seperti penyerbu yang melakukan semua hal dengan kasar dan tidak masuk akal.     

Otak Leng Xiaomo serasa kosong saat itu.     

Sungguh, ia tidak tahu apa-apa lagi.     

Bahkan tampaknya ia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang Leng Yunchen lakukan. Sangat sulit dipercaya, apalagi dibayangkan     

Kemudian tepat di telinganya, berhembus napas yang agak berat dan kekuatan tubuh Leng Yunchen seolah menelannya.     

Semua itu membuat Leng Xiaomo pusing dan tidak memiliki kekuatan untuk menangkis.     

Sampai akhirnya ketika serang berakhir, napas yang keluar dari diri Leng Yunchen terasa bercampur dengan kemarahan yang tak terkendali, "Aku kakakmu, jadi jangan pernah mencium bibir kakakmu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.