Mencuri Ciuman (6)
Mencuri Ciuman (6)
Setelah perlahan mengurai kegelisahan di hatinya, Leng Yunchen pun akhirnya merasa lega.
Dan entah berapa lama waktu berlalu, lama kelamaan napasnya mulai teratur dan rasa kantuk mulai menyerang.
Namun tepat di saat itu, tiba-tiba suara panggilan "Kak" yang lembut terdengar di telinganya.
Tapi Leng Yunchen berhasil memilah semua yang ada di hatinya. Terlebih karena ia sudah lelah, jadi ketika mendengar panggilan dadakan itu, entah kenapa ia tidak mau menanggapi. Ia merasa malam ini begitu kacau dan masih ada banyak hal yang harus diselesaikan saat siang menyapa.
Hanya saja, ia tidak menyangka akan menghadapi sesuatu diambang kesadarannya!
Entahlah, ia hanya merasakan tubuh kecil Leng Xiaomo perlahan mendekatinya.
Napasnya pun terasa semakin dekat.
Meski Leng Yunchen sangat ingin membuka mata, tetapi ia juga ingin tahu apa yang ingin adiknya lakukan?
Ya, ia sama sekali tidak tertidur. Jadi pergerakan sekecil apa pun akan tetap ia sadari dan apa yang dilakukan Leng Xiaomo kali ini membuatnya merasakan sesuatu yang berbeda.
Tapi ternyata, Leng Xiaomo hanya mendekatinya perlahan, lalu memegang tangannya dengan hati-hati.
Sampai akhirnya.
Ia menjatuhkan ciuman di bibirnya dengan lembut.
Seperti bulu yang begitu halus.
"... Kakak, aku mencintaimu…"
Suara itu terdengar samar, seolah benar-benar keluar dari kedalaman jiwa, dan bahkan jika tidak benar-benar tersadar, mungkin Leng Yunchen menganggap ini hanyalah ilusi.
Tapi suara itu jelas-jelas keluar dari lipatan bibir.
Kemudian, Leng Xiaomo kembali berbaring dengan memunggungi kakaknya. Bukan karena ia tidak berani menghadapinya, tetapi dengan seperti inilah ia merasa diberikan rasa aman.
Sementara Leng Xiaomo berbaring, berbalik dan tertidur, pria di belakangnya perlahan mengangkat pergelangan tangannya ke mata, lalu dengan lembut menoleh untuk menatapnya.
Ya, sorot matanya penuh dengan keterkejutan.
Leng Yunchen menatapnya dengan takjub, bahkan darahnya serasa membeku.
Ternyata suara yang memanggilnya "Kakak" beberapa saat lalu bukanlah ilusi belaka?
Dan ternyata adiknya menciumnya?
Dan tunggu, gadis kecil itu juga mengatakan bahwa ia… mencintainya?
Tinju Leng Yunchen terkepal erat dan raut wajahnya tiba-tiba berubah menjadi rumit.
Sialan!
Apa yang sedang terjadi?
Juga, apa yang bisa ia pikirkan sekarang?
Ciuman ini membuat gelombang hatinya yang sudah tenang kembali terpicu.
Mau tak mau, ia menarik kembali pandangannya sembar dengan hati-hati mengingat adegan yang baru saja ia dapatkan…
Jika bukan karena jejak yang Leng Xiaomo tinggalkan dan aroma samar yang tertinggal di napasnya, Leng Yunchen pasti akan berpikir jika itu benar-benar ilusi.
Lalu ia menatap adiknya lagi.
Hingga sepanjang malam, Leng Yunchen masih dibuat bingung dengan ciuman itu dan pikirannya benar-benar carut-marut..
Keesokan harinya.
Ketika Leng Xiaomo membuka mata, ia melihat arlojinya dengan samar. Saat itu waktu menunjukkan pukul lima pagi.
Tapi ia sudah tidak lagi bisa memejamkan mata.
Karena terlihat seorang pria berdiri di dekat jendela.
Itu kakaknya.
Tampak sosok itu menghadap jendela, tidak jauh darinya, di ujung tempat tidurnya.
Ia terlihat begitu ramping, sementara tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Saat ini, ia mengenakan celana hijau militer, juga sepatu bot militernya, dan kemeja putih, seperti pohon cemara yang menjulang. Sosoknya berdiri tegak, tapi tampak sedikit santai.
Kemejanya yang sedikit digulung memperlihatkan lengan yang ramping dan kuat.
Dan ketika Leng Xiaomo melihatnya berdiri di sana, ia menggosok matanya, menguap, kemudian perlahan berkata, "Kakak, kamu bangun pagi-pagi sekali."
Pukul lima pagi ia sudah rapi dan bersih, sedangkan Leng Xiaomo sendiri tidak pernah bangun di pagi buta seperti ini.
Tapi bukan itu yang terpenting.
Karena setelah mendengar suara adiknya saat itu, Leng Yunchen terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya membuka suara, "Kenapa kamu menciumku tadi malam?"