Mencuri Ciuman (1)
Mencuri Ciuman (1)
Saat mengatakan ini, ia melihat ke bawah ke tubuhnya. Sudut bibirnya pun dengan lembut ditarik ke atas sembari ia menggelengkan kepala. Kemudian bibir kecil itu menyunggingkan sebuah senyum tak berdaya, "Tidak ada yang akan memerhatikan tubuhku yang kering kerontang ini."
"Omong kosong!"
Leng Xiaomo dan Leng Yunchen, "..."
Sampai akhirnya, hanya Leng Xiaomo-lah yang mampu berperang dengan batinnya sendiri. Jadi omong kosong itu ditunjukkan untuk sosok kecilnya yang kurus kering atau tidak ada yang akan memerhatikan tubuhnya?
Atau mungkin keduanya?
Mau tak mau, Leng Xiaomo hanya menatapnya dengan linglung, sebelum akhirnya mengarahkan pandangan pada Leng Yunchen dengan sorot tajam dan tegas. Setelah beberapa saat berlalu, barulah ia tampak berkompromi dan mengangguk perlahan, "Oke, oke."
Hingga Leng Xiaomo berbalik, meninggalkan Leng Yunchen yang hanya bisa menatap kepergiannya. Kemudian ia menarik kembali pandangannya dan beralih ke arah pintu. Sudah cukup. Ia harus mengunci pintu untuk melarang Leng Xiaomo keluar masuk sesuka hati.
Dan sebelum mandi, Leng Yunchen lebih dulu mencari letak kamera mini yang disembunyikan di bawah pembuangan aliran air tepat di sudut tertentu.
Seketika itulah ia mengutuk dengan lemah sambil mengeluarkan kamera kecil itu dan menghancurkannya tanpa ampun.
Benda ini akan dipakai sebagai bukti fisik besok.
Detik setelahnya, pancuran di kamar mandi terbuka dan suara air terus terdengar.
Sementara Leng Xiaomo yang berbaring di tempat tidur dengan punggung menghadap kamar mandi hanya bisa mengarahkan pandangannya ke luar jendela. Meski telinganya kini hanya dipenuhi dengan suara gemericik air di dalam.
Lalu tiba-tiba, adegan di mana ia membuka pintu saat kakaknya di luar muncul di benaknya.
Ya, ada yang tidak beres.
Ia sangat tahu setiap perubahan di tubuh kakaknya dan bahkan tidak ada yang bisa luput dari pandangannya. Bukan hanya karena ia terlalu memerhatikannya, tetapi juga karena ia adalah mahasiswa top di bidang psikologi.
Ekspresi wajah, sorot mata yang menghindar, dan bahkan beberapa tindakan halus pada tubuh seseorang dapat mengekspresikan pikiran.
Apalagi selama ini, kakaknya selalu bersikap alami dan santai. Terlebih lagi, sorot matanya selalu menunjukkan perasaan murni yang ditunjukkan untuk seorang adik.
Hanya saja, saat ia membuka pintu dan menatapnya, Leng Xiaomo seperti melihat orang lain.
Tatapan yang ditunjukkan Leng Yunchen tidak seperti sorot mata seorang kakak saat melihat adiknya.
Tatapan itu begitu rumit dan aneh.
Namun, alasan kenapa Leng Xiaomo tidak mengungkapkannya secara langsung bukan hanya karena ia tidak berani memikirkan hal-hal itu, tetapi juga karena hal semacam itu pasti tidak masuk akal dan sangat konyol di mata kakaknya.
Jadi meski terlihat serangkaian perubahan yang tidak pantas, Leng Xiaomo tetap tidak berani bertanggung jawab atas spekulasinya sendiri.
Sampai akhirnya, ketika ia membuka mata lagi, terbentang malam yang tenang di luar dan ia hanya mampu menghela napas pelan.
Apa yang sebenarnya terjadi…
Perubahan mendadak ini membuat hatinya merasa tidak nyaman.
Sementara di ruangan lain, rasa panas yang membakar tubuh Leng Yunchen akhirnya berangsur-angsur mereda. Tak bisa disangkal, ia memang seorang pria dewasa dan tampaknya sangat wajar jika tubuhnya mengalami perubahan abnormal. Meski begitu, Leng Yunchen cukup senang karena ia masih memiliki alasan untuk mengendalikannya.
Tampaknya hal ini juga berhasil mengurangi sebagian dari rasa bersalahnya.
Dan ketika ia keluar dari kamar mandi, sosok kecil di samping tempat tidur itu tampak terlelap dan sudah tidak lagi bergerak.
Jadi setelah mengeringkan tubuh dan mengenakan celananya, Leng Yunchen ikut berbaring di sisi kanan tempat tidur.
Tempat tidur ini memang tidak besar, apalagi ia memiliki postur tinggi dan besar. Saat ia berbaring di sana, ranjangnya seketika tampak tenggelam, bahkan ia sendiri menempati lebih dari setengah tempat itu.
Malam rasanya terasa sedikit sejuk di musim yang panas ini.
Jadi cukup sulit bagi siapa pun untuk tertidur, apalagi Leng Yunchen masih sangat waspada. Sebenarnya ia tidak berniat untuk tidur saat berada di luar karena ingin terus berjaga-jaga demi melindungi gadis kecil di sisinya kini.
Hanya saja sekarang, ia tidak bisa memikirkan apa yang akan terjadi malam ini.