Menyadari Perasaannya (1)
Menyadari Perasaannya (1)
Suasana seketika berubah tegang, meski pintu belum terbuka sepenuhnya.
Untungnya, Leng Xiaomo sudah berjaga-jaga dengan kakinya yang menempel kuat di bagian bawah pintu. Tentu ia tidak membiarkan pintu terbuka semua, sedangkan pria di luar telah mengulurkan tangan, seolah sangat ingin menangkapnya di beberapa sisi.
Tampak ia berusaha keras untuk bisa masuk ke dalam.
Hingga membuat Leng Xiaomo harus bersandar di dinding samping sembari tangannya menekan di pintu atas, berusaha sekuat tenaga untuk menutup pintu, tetapi jelas, kekuatannya tidak sekuat kekuatan pria.
Dan ketika melihat orang itu sudah akan masuk, Leng Xiaomo tiba-tiba menggigit punggung tangannya dengan keras tanpa pikir panjang lagi.
Sontak, gigitan itu langsung membuat pria di luar berteriak, lalu tersedak karena sesak napas.
Sepertinya ia takut ketahuan oleh orang lain.
Tapi Leng Xiaomo tahu jika pria di luar tidak akan menyerah begitu saja. Ditambah lagi, setengah bahu Leng Xiaomo sendiri tengah terjepit. Tubuhnya sudah benar-benar menegang dan hampir tidak bisa bertahan.
Hanya sajam tepat di saat itu, Leng Xiaomo tiba-tiba memikirkan sebuah gambar di benaknya.
Matanya sedikit melebar seketika.
Kemudian tangan Leng Xiaomo sedikit mengendur di detik berikutnya, lalu satu tangan dengan cepat melintas dari belakang, dan cahaya perak yang tajam tiba-tiba melompat keluar!
"Aaaahh….!"
Sebuah goresan sontak mencederai pergelangan tangan pria itu dengan diiringi teriakan keras.
Darah pun langsung menyembur keluar.
Pria itu secara refleks menarik tangannya segera sembari tidak tahan untuk berteriak lagi. Di kesempatan itulah Leng Xiaomo dengan cepat membanting pintu.
Namun, apa yang terjadi kemudian tidak berakhir begitu saja. Sambil terengah-engah, matanya tertuju ke pintu untuk melihat situasi di luar dari kaca lubang intip.
Di luar pintu, ia bisa mendengar suara mobil di lantai bawah, sementara lift di sana sudah bergulir turun dan pria itu tidak berani tinggal lebih lama lagi. Sejauh ini, pria itu hanya bisa menyeret lengannya yang tergores sembari melarikan diri menggunakan tangga darurat dengan tergesa-gesa.
Darahnya pun masih terus mengalir deras meski ia telah berusaha menutupinya. Bahkan darah yang menetes darinya satu-persatu luruh ke seluruh lantai.
Dan setelah memastikan bahwa pria itu telah benar-benar pergi, Leng Xiaomo berbalik dengan perasaan sangat lega.
Tampak ia memejamkan mata, dahinya sedikit dipenuhi dengan keringat halus, sedangkan tangannya yang memegang belati masih sedikit gemetar.
Ia benar-benar tidak menyangka bahwa orang-orang yang memburunya telah datang ke pintu tempat ia tinggal dan berhasil menemukannya.
Sungguh, semua ini sangat tidak mungkin untuk dicegah.
Orang itu benar-benar begitu nekat datang sendirian untuk mendapatkan hal yang begitu penting hingga membuat Leng Xiaomo hanya mampu menunjukkan ekspresi konyol. Sekilas ia bisa tahu jika peran yang diemban oleh orang itu pasti sangatlah sulit. Jadi jika ia tidak bereaksi dengan tepat dan cepat di saat kritis seperti tadi, entah apa yang akan terjadi.
Meskipun juga kemampuannya sangat bagus, tapi ia masih sangat jauh jika dibandingkan dengan Su Li yang tersohor sebagai agen terbaik.
Jelas, ia bukan ditingkat yang sama.
Apa yang baru saja terjadi memang begitu tiba-tiba dan membuatnya seolah tertangkap basah.
Dan kini, tubuh Leng Xiaomo meluncur perlahan, menempel di pintu, dengan dadanya sedikit naik turun. Di saat ia akhirnya menundukkan kepala dan melihat jejak darah di sana, kilatan yang bersorot dari matanya tiba-tiba menjadi lebih dalam, agak memerah, seolah-olah ada faktor haus darah yang berangsur-angsur memuncak.
Hasrat kekerasan yang sudah lama hilang akhirnya kembali muncul..
Leng Yunchen pun kembali ke apartemen kurang dari lima menit setelah pria itu pergi. Bisa dibilang waktu berjalan sangat singkat.
Dan ia terlihat bergegas naik lift menuju ke lantai 23. Saat pintu lift terbuka.
Ia segera menyadari aroma darah yang menguar di udara, yang membuatnya dengan cepat menarik tangannya dari belakang pinggang, memegang pistol di tangan dan keluar dari lift dengan ekspresi wajah yang begitu mengerikan!