Xiaomo, Jangan Menghindar, Lihat Aku (6)
Xiaomo, Jangan Menghindar, Lihat Aku (6)
Kemudian Leng Yunchen berbalik pergi, meninggalkan prajurit kecil itu sendirian yang tertegun dan gemetar.
Ia pun baru bergumam pelan saat matanya terus mengawasi Leng Yunchen yang semakin menjauh, "Sial, tidak mungkin seperti itu, kan? Jika dia tidak terima, ya sudah. Kenapa dia harus membuat kebohongan di belakang gadis kecil itu kepada orang lain? Berniat untuk memfitnahnya? Kakak macam apa itu!"
Sejujurnya.
Leng Yunchen sendiri tidak tahu mengapa ia mengatakan seperti itu.
Mungkin, ia hanya berharap jika para prajuritnya tidak akan begitu saja dibutakan oleh penampilan pendiam dari adiknya..
Kembali teringat di benaknya saat ia dan sekelompok remaja di markas melarikan diri dari hutan tropis selama 11 hari. Bahkan meskipun semua orang merasa tertekan, hanya Leng Xiaomo-lah satu-satunya yang paling tenang.
Padahal menurutnya, seorang gadis kecil sepertinya tidak bisa dibandingkan dengan anak laki-laki.
Entah itu saat di hutan tropis atau zona paling sulit dalam pelatihan iblis sekali pun.
Tapi mungkin, alasan kenapa ia mengatakannya…
Selain alasan itu… karena apa lagi?
Kenapa ia merasa tidak ingin anak laki-laki lain memperhatikannya?
Setelah cukup lama ia berpikir, sebuah alasan yang cukup masuk akal seketika muncul.
Mungkin itu nalurinya sebagai seorang kakak untuk melindungi adiknya.
Ya, ia sangat ingin melindungi adiknya.
Selain membela negara, tak satu pun dari prajurit itu yang bisa diandalkan sebagai kekasih.
Sementara di lain sisi, Leng Xiaomo telah sampai di apartemen dengan lancar dan semuanya berjalan dengan aman.
Prajurit pasukan khusus bernama Xiaodong yang ditugaskan untuk mengantar Leng Xiaomo juga sangat berhati-hati. Setelah kembali naik ke mobil, ia bergegas berganti pakaian biasa, dan setelah berkendara sejauh dua blok, ia menyelinap masuk dari depan restoran cepat saji dan keluar dengan mobil lain.
Tak perlu dikatakan, Leng Xiaomo juga tahu bahwa ini pasti telah diatur oleh kakaknya.
Bagaimanapun, sekarang ia adalah 'salah satu incaran' dari musuh.
Dan malam itu, karena Leng Xiaomo berpikir jika kakaknya akan kembali, awalnya ia berencana memasak makanan untuknya, tetapi karena tidak ada bahan makanan apa pun di dalam lemari es, juga tidak aman untuk keluar di situasi sekarang, alhasil ia memesan beberapa makanan siap antar sembari memperhitungkan kapan kakaknya kembali malam nanti.
Tentu semua makanan yang ia pesan adalah kesukaan Leng Yunchen.
Satu sup dengan empat macam sayuran.
Jadi kini, ia sedang duduk di sofa sambil menunggu makan malam, sementara tangannya sibuk memegang tas untuk mengambil ponsel yang ada di dalam.
Leng Xiaomo terus memandangi ponsel hitam itu dengan hati membatu. Meskipun ia tahu bahwa ponsel itu sangat penting, tapi entah kenapa ia merasa sangat jijik. Ya, semua masalah yang ada sekarang disebabkan oleh ponsel sialan ini. Apa yang sebenarnya ada di dalamnya?
Tiba-tiba saja, rasa penasaran di hati Leng Xiaomo semakin tak bisa dibendung ponsel ini terkait dengan kasus yang ditangani oleh kakaknya.
Mata Leng Xiaomo pun semakin dalam saat jarinya menekan tombol start.
Bagaimanapun, ia memang berencana untuk memberikan ponsel ini pada kakaknya saat ia sudah kembali.
Pasti ada sesuatu yang Leng Yunchen inginkan di dalamnya dan Leng Xiomo harap ia bisa mengakhirinya dengan aman dan cepat.
Baru sedetik ia menyalakan ponsel, suara deringan seketika memenuhi ruangan seluas 200 meter persegi yang sunyi itu.
Sebuah nada dering yang diciptakan oleh ponsel milik Leng Xiaomo.
Tentu di malam yang begitu sunyi seperti ini, suara itu membuat dasar hati siapa pun yang mendengarnya sontak bergetar.
Saat itu juga Leng Xiaomo buru-buru mengambilnya, dan pada titik ini, ia mendapati sederet nomor asing dari Kota G.
Mungkin ini panggilan dari layanan pesan antar.
Alhasil, Leng Xiaomo pun buru-buru mengangkatnya.
Benar saja, setelah terhubung, suara seorang pria langsung terdengar melalui telepon, "Apakah ini benar dengan Nona Leng? Saya dari layanan pesan antar dan sudah berada di depan. Tolong buka pintunya."
Leng Xiaomo segera menjawab, lalu meletakkan ponselnya dan bangkit untuk membuka pintu.
Ia pun berjalan tanpa ragu, membuka kunci yang telah diatur dengan rahasia, dan kemudian menekan gagang pintu ke bawah!
Namun, baru setengah ia menekan, sebuah gambaran tiba-tiba muncul di benaknya saat itu!
Bahwa nama yang ia tulis di catatan alamatnya sama sekali bukan namanya!