Xiaomo, Jangan Menghindar, Lihat Aku (5)
Xiaomo, Jangan Menghindar, Lihat Aku (5)
Tapi kalimat itu berhasil menyentuh sanubarinya dan membuatnya bahagia. Terlebih kata-kata itu diucapkan oleh orang lain.
Ya, inilah cinta rahasia.
Dan memang begitu adanya.
Hingga akhirnya, Leng Xiaomo sedikit mendongak ke arah Leng Yunchen yang hanya mengenakan kaos kamuflase hijau militer di bawah terik matahari, dengan matanya yang tampak bersinar.
Entah apa yang dikatakan prajurit padanya, tapi yang jelas, mata Leng Yunchen yang dingin berkilat serius, lalu ia mengangguk.
Barulah Leng Yunchen beralih kepada Leng Xiaomo ketika ia menoleh ke belakang, "Xiaomo, aku akan meminta seseorang mengantarmu pulang sekarang. Ketika sudah sampai di rumah, kirimi aku pesan. Aku akan memberitahumu saat pulang nanti malam."
Setelah mengatakannya, Leng Yunchen langsung memanggil seseorang untuk memintanya mengantar Leng Xiaomo pulang.
Hanya saja, Leng Yunchen tiba-tiba menariknya ke samping. Sebelum Leng Xiaomo tahu apa yang sedang terjadi, terlintas benda keras yang terasa lebih dingin di telapak tangannya.
Sontak ia menunduk.
Itu adalah belati.
Dan ia pun menatap Leng Yunchen seketika.
Mata Leng Yunchenkini benar-benar sangat dalam. "Ambillah. Meskipun kamu memiliki keterampilan bela diri yang baik, tapi kamu tetap harus waspada. Bawalah ini agar aku lebih tenang."
"Ini milikmu?"
"Uh huh, ini barang pribadiku," bisik Leng Yunchen.
"Aku mengerti," jawab Leng Xiaomo pada akhirnya, dengan diiringi sebuah senyum samar.
Sambil mengatakannya pun, ia memegang belati itu dengan erat, sebelum akhirnya memasukkannya ke dalam saku.
Hingga keduanya terpisah, Leng Xiaomo sebenarnya masih enggan menyerah. Entah mengapa, sebuah harapan di lubuk hatinya kembali mencuat setelah mendengar kakaknya mengatakan bahwa ia akan kembali malam nanti.
"Pergilah, aku tidak akan mengantarmu sampai depan," ucap Leng Yunchen sambil menyentuh kepalanya, lalu beralih kepada seorang prajurit pasukan khusus, "Xiaodong, kamu harus mengantarnya sampai ke atas."
"Jangan khawatir, Kapten! Kupastikan aku akan menyelesaikan tugas sebaik mungkin!"
Setelah Leng Xiaomo mengikuti pasukan khusus itu pergi, beberapa kali ia masih menoleh ke belakang.
Dan mendapati Leng Yunchen yang masih memperhatikan dirinya.
Untuk beberapa alasan, Leng Yunchen benar-benar menyaksikan dengan lekat sosok mungilnya yang perlahan menjauh, rambut hitamnya yang lembut bergoyang sedikit di belakang, jugs penampilannya yang berbalik selangkah demi selangkah. Membuatnya kembali memahami sesuatu yang tidak dapat dijelaskan.
Sesuatu yang sangat dalam dan tenang.
Apakah itu hanya ilusinya? Mengapa ia merasakan sesuatu yang berbeda atas kedatangan Leng Xiaomo kali ini? Tapi apa perubahan itu?
Sebenarnya, pemikirannya selama ini salah.
Adiknya bukan lagi gadis nakal yang biasa mabuk-mabukan dan berkelahi. Kini, ia sudah dewasa dan menjadi gadis yang cantik.
Namun perubahan yang ia maksud sepertinya bukan perubahan penampilan.
Diam-diam para prajurit yang ada di sana tiba-tiba berkumpul di sekitar Leng Yunchen, "Kapten Leng, itu benar-benar adikmu? Dia sangat cantik, lembut dan pendiam, tapi dia sangat imut."
Ujar salah satu prajurit sembari mengarahkan pandangannya pada sosok Leng Xiaomo yang semakin tak terlihat.
Hanya saja, ia baru menyadari tidak mendapat respon apapun setelah mengatakannya.
Mau tak mau, ia segera menarik pandangannya dan seketika menggigil saat menemukan tatapan dingin dari Kapten Leng.
Sial, sial, sial!
Tatapan dingin itu benar-benar menakutkan.
Ya, tatapan itu tak hanya dingin, tapi juga sangat tajam. Hingga akhirnya, Leng Yunchen meraih kerah prajurit itu sembari menegaskan, "Berbahagialah karena kamu tahu dia adikku. Ingat, kamu tidak bisa memikirkan apa pun tentang dia."
"Tidak, tidak, tidak, kami tidak bermaksud begitu."
Tanpa diduga, Leng Yunchen mengambil langkah lebih dekat dan mencibir, "Benarkah? Dulu dia merokok, minum, dan memiliki kecenderungan kekerasan hingga memukul teman-teman sekelasnya, tetapi kalian tidak akan pernah melihatnya mengadu pada orang tuanya!"
Sampai di titik ini, Leng Yunchen tiba-tiba melepaskannya dengan samar——