Halo Suamiku!

Xiaomo, Jangan Menghindar, Lihat Aku (4)



Xiaomo, Jangan Menghindar, Lihat Aku (4)

1Tepat setelah kata-kata ini dilontarkan, tubuh Leng Xiaomo langsung menegang.     

"... Seorang gadis?"     

Sungguh, ia tidak tahu seperti apa suara yang keluar dari mulutnya saat ini.     

Sementara Leng Yunchen tampak berkedip dan kemudian ia seolah baru bisa bereaksi. Tampak ia menunduk dan tersenyum simpul sambil menjilat bibir bawahnya dengan lembut, "Aku salah bicara, dia sekarang seorang wanita, bahkan sedang hamil dan sudah siap menjadi seorang ibu. "     

Seketika itu juga hati Leng Xiomo serasa diremas kuat. Alhasil, dengan mata berkedip ia memberikan tanggapan, "Maksudmu Kak Youyou?"     

"Ternyata ini bukan lagi sebuah rahasia," jawabnya dengan mata berbinar.     

Hingga membuat Leng Xiaomo benar-benar terdiam, "..."     

Meski ia tahu kakaknya menyukai Kak Youyou, tapi ketika kalimat ini keluar dari mulut Leng Yunchen secara langsung, tetap saja hatinya seolah disengat dengan kuat. Meski juga di sisi lain ia pun merasa lega akan fakta ini.     

Bahwa kakaknya benar-benar telah memberitahunya secara langsung jika dirinya menyukai seseorang.     

Jadi bagaimana mungkin ia bisa baik-baik saja?     

Namun kini, terlihat sudut bibirnya sedikit terangkat, "Kakak, jangan sedih, kamu masih punya aku... Pasti akan ada gadis yang lebih baik menunggumu di masa depan."     

Mendengar itu, Leng Yunchen hanya mampu mengangkat tangan untuk menggosok hidung kecil adiknya yang lembut, "Sangat beruntung kakak memilikimu."     

Leng Xiaomo sontak tersenyum.     

Dan di saat inilah.     

Ia akhirnya mengerti apa artinya memaksakan senyum.     

Sedangkan Leng Yunchen berencana untuk membawanya pulang terlebih dulu. Setidaknya keluarganya aman sekarang dan ia akan kembali tinggal di sini malam nanti.     

Hanya saja, tepat ketika Leng Xiaomo mengikuti kakaknya keluar, tiba-tiba seorang prajurit lain berlari ke arahnya, "Senior Leng! Senior Leng!"     

Langkah Leng Xiaomo maupun Leng Yunchen berhenti secara bersamaan. Bahkan tampak kernyitan cukup dalam di jening Leng Xiaomo kali ini. Sepertinya kakaknya memang benar-benar sibuk.     

Sementara prajurit yang baru saja datang itu mungkin tidak mengenal Leng Xiaomo, tetapi ia tahu jika gadis ini memiliki hubungan yang baik dengan Senior Leng. Senior Leng pun selalu tersenyum padanya dengan wajah hangat dan berulang kali melakukan sentuhan kepala. Entahlah, ia hanya berpikir hubungan keduanya semacam sepasang kekasih yang dimabuk cinta.     

Jadi ketika berhenti di depan mereka, ia dengan sopan memberi hormat kepada Leng Yunchen. Lalu, karena Leng Xiaomo juga ada di sini, tiba-tiba ia tertawa bodoh sambil berkata, "Halo, kakak ipar!"     

Halo, kakak ipar!     

Teriakan nyaring ini berhasil menggetarkan hati mereka, yang juga menarik perhatian tentara lain di sekitarnya.     

Sontak, semua yang ada di sana menggerakkan kepala ke arah Leng Yunchen dan Leng Xiaomo.     

Wajah Leng Xiaomo pun memerah dalam sekejap, tangan kecilnya sedikit mengepal, bakan kegugupannya membuatnya sangat berkeringat.     

Berbeda dengan Leng Yunchen yang langsung menendang kakai prajurit di depannya sambil memarahinya dengan wajah kaku, "Apa yang kamu teriakkan? Ini adikku. Kakak ipar apa maksudmu!"     

Tak pelak lagi, prajurit itu tercengang dengan wajah memerah. "Maaf, maaf, ah, kupikir kalian berdua begitu akrab seperti sepasang kekasih."     

Begitu kalimat aneh ini berdengung di telinga Leng Yunchen, ia kembali menatap dengan membelalak.     

Membuat prajurit itu semakin bingung dan tidak tahu harus berkata apa. Yang ia lakukan kini hanya memandang Leng Xiaomo dengan ragu-ragu, baru kemudian menjelaskan, "Maaf, Nona Leng, kami baru melihatmu di sini. Juga, kedekatanmu dengan Senior Leng kami membuat kami semua bertaruh bahwa kalian pasti..."     

"Apa kamu sudah selesai? Katakan padaku, ada apa?"     

Cukup! Leng Yunchen tidak tahan lagi. Alhasil, ia langsung berdiri tepat di hadapan tubuh tinggi itu, menyembunyikan tubuh kecil Leng Xiaomo di belakangnya, lalu berteriak keras.     

Sedang Leng Xiaomo di belakang hanya mampu menatap bahunya yang begitu tinggi dan lebar.     

Bibirnya melengkungkan sebuah senyum.     

Senyum yang menggambarkan kebahagiaan.     

Layaknya anak kecil yang baru mendapatkan permen terbaik.     

Dan prajurit itu benar-benar tampak bodoh di sana.     

Meski di lain sisi, kalimat itu justru membuat suasana hati Leng Xiaomo kembali membaik.     

Jauh lebih baik.     

Rupanya, ia dan Leng Yunchen tampak seperti sepasang kekasih di mata orang lain.     

Sungguh, ini benar-benar luar biasa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.