Halo Suamiku!

Xiaomo, Jangan Menghindar, Lihat Aku (3)



Xiaomo, Jangan Menghindar, Lihat Aku (3)

0Begitu kalimat ini terlontar, Leng Xiaomo justru semakin takut melihatnya. Entah karena perasaan bersalah atau apa, yang jelas ia tidak mampu menghadapi sosok yang ada di hadapannya saat ini.     

Bahkan detak jantungnya pun mulai berdegup tak terkendali.      

Bagaimana rasanya mencintai seseorang secara diam-diam?     

Jelas, tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan itu lebih baik darinya. Jika boleh jujur, sebenarnya ia ingin Leng Yunchen tahu apa yang ada di hatinya, tapi ia tidak bisa melakukannya.     

Karena ia tahu betul seperti apa konsekuensinya..     

"Xiaomo, kamu..." Leng Yunchen mengulurkan tangan untuk menyentuh bahunya, tapi sebelum tangan itu berhasil menjangkau, Leng Xiaomo lebih dulu menghindar.     

Kemudian ia menundukkan kepala sambil berkata, "Kakak, alasan kenapa aku menamparnya karena kupikir tujuannya tidaklah murni dan kamu sendiri pasti tahu alasannya, jadi aku menolaknya jika dia berniat mendekatimu dalam bentuk apa pun. Karena aku tahu, itu yang terbaik untukmu."     

"Tidak peduli apa yang dia inginkan darimu atau siapa yang ingin mendapatkanmu," lanjutnya sesaat setelah diam sejenak, lalu menatap kakaknya dengan sorot penuh ketulusan.     

Meskipun wanita itu memang benar-benar korban biasa, tapi ia sama sekali tidak menyangkal bahwa dirinya memiliki tujuan yang lain untuk Leng Yunchen.     

Dulunya, Leng Xiaomo berpikir bahwa langkahnya sudah tepat untuk menyukai kakaknya secara diam-diam. Apalagi menurutnya, ini adalah cara terbaik untuk melindungi cinta yang tak terlihat ini.     

Tapi setelah datang ke sini, ia baru menyadari bahwa sepertinya itu tidak mungkin.     

Semakin dekat dengan Leng Yunchen, semakin ia mencintainya.     

Semakin dekat dengan Leng Yunchen, semakin memudar keinginannya untuk menjadi adiknya.     

Semakin dekat dengan Leng Yunchen, semakin ia tidak ingin melihat wanita lain ada di sisinya.     

Sama sekali tidak bisa.     

Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri.     

Dan ia benar-benar tidak bisa menerimanya.     

Kakaknya adalah orang yang paling penting baginya.     

Meski ia sangat tahu betapa tidak etis untuk menyukai kakaknya sendiri.     

Namun, ia benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana..     

Juga, sampai kapan ia akan terus seperti ini hingga mungkin hubungan mereka akan memburuk.     

Bagaimanapun, apa yang mengalir di tubuhnya berbeda dari darah kakaknya.     

Sementara Leng Yunchen yang mendengar penuturan Leng Xiaomo itu langsung menatapnya lekat-lekat. Setelah sesaat berlalu, barulah ia menghela napas pelan sebelum membuka suara, "Kamu juga terlalu meremehkanku."     

Deg!     

Leng Xiaomo berhasil tersentak di tempat.     

Terlalu meremehkannya? Apa maksudnya?     

Mungkinkah Leng Yunchen…     

Tampak Leng Xiaomo sedikit menahan napas.     

Sedangkan Leng Yunchen justru kembali menjelaskan dengan senyum tersungging, "Aku sudah berkecimpung di industri ini cukup lama, jadi apa yang tidak aku ketahui dan wawasan apa yang tidak bisa kujangkau? Bahkan jika wanita itu memiliki pikiran seperti itu, aku tidak akan tertarik. Apalagi jika dia berniat menggoda di sini, ah, itu hanya akan menjadi sebuah kesia-siaan."     

Penghinaan yang tersirat dari kata-katanya tentu berhasil membuat Leng Xiaomo merasa lega.     

Tapi setelah itu, entah bagaimana, hatinya justru serasa diremas kuat tanpa bisa dijelaskan.     

Sudut bibirnya pun hanya mampu ditarik lembut dengan makna yang tak terdefinisikan.     

Baru kemudian ia menatapnya.     

Leng Yunchen yang melihat senyum di satu sisi bibir adiknya tampak mengangkat alis.     

Kakak, kamu bilang kamu bisa melihat semuanya.     

Tapi bisakah kamu melihat.     

Jika aku menyukaimu.     

Aku mencintaimu?     

Dan saat ini, keduanya hanya saling memandang.     

Sampai, bibir Leng Yunchen yang masih menyimpulkan senyum yang tersisa dari beberapa menit lalu akhirnya berangsur-angsur memudar perlahan ketika mendapati tatapan adiknya.     

"Xiaomo, ada apa denganmu?"     

Terpaksa Leng Yunchen mengangkat dagunya, membelai lembut rambutnya sambil mengajukan pertanyaan.     

Tapi ia hanya mendapat lengkungan senyum dan gelengan kepala dari Leng Xiaomo.      

Kemudian, Leng Yunchen melihat ke tempat lain seraya telapak tangannya yang besar mengusap rambut adiknya dengan lembut. "Gadis kecil, aku sudah menjadi pria dewasa, jadi kamu tidak perlu khawatir karena jika kakakmu sudah menyukai seseorang, kakak tidak akan seenaknya tergoda oleh wanita lain," ucapnya dengan suara rendah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.