Xiaomo, Jangan Menghindar, Lihat Aku (2)
Xiaomo, Jangan Menghindar, Lihat Aku (2)
Dan setelah Leng Yunchen mengatakan ini, kemarahan dan ketidakbahagiaan di hati Leng Xiaomo akhirnya runtuh.
Ia hanya mampu menatap kakaknya dengan mata yang tampak dipenuhi kabut air. Tepat di detik berikutnya-lah ia tiba-tiba bergegas ke pelukan Leng Yunchen dan suaranya kali ini terdengar sangat rendah, "... Kakak..."
Leng Yunchen juga tampak menundukkan kepalanya untuk memeluk Leng Xiaomo, sembari salah satu tangannya digunakan untuk membelai rambutnya, "Sayang."
Sambil menghela napas, ia tahu jika permasalahannya tidak sesederhana itu.
Dan kali ini, Leng Xiaomo benar-benar membuka mulutnya.
"Kakak, sebenarnya, aku diserang saat keluar pagi ini."
Wajah Leng Yunchen seketika berubah, "Apa? Apa kamu terluka?! Seperti apa mereka? Apa mereka memiliki senjata?!"
"Aku baik-baik saja. Mereka memaksaku masuk ke toilet kedai kopi dan ketika akhirnya salah satu dari mereka ingin menendang pintu untuk menangkapku, Sang Xia menembakkan peluru dari jendela untuk membantu, dan ya, mereka memang memiliki senjata," dengan lembut Leng Xiaomo mengerucutkan bibirnya sambil menggelengkan kepala.
"Untungnya, untungnya, kamu baik-baik saja, tapi... kedai kopi?! Apa maksudmu kedai kopi yang ada di dekat Jalan **?!" Wajah Leng Yunchen tiba-tiba berubah sangat rumit.
Leng Xiaomo pun mengangguk. Bahkan ia tidak sedikit pun penasaran bagaimana kakaknya bisa tahu. Karena yang jelas, ia pasti sudah mendengar hal besar yang terjadi di sana hari ini.
"Kakak, apa kamu yakin wanita itu turun dari pesawat yang sama denganku? Sudahkah kamu mengonfirmasinya...?" tanya Leng Xiaomo sembari ia meliriknya dengan sorot yang cukup familiar.
Sangat wajar jika Leng Xiaomo berpikir demikian, karena dengan menemukan orang yang mengambil ponsel itu, sama dengan masalah besar bagi mereka.
Jika "korban" dikirim dan ia dapat memiliki akses yang lebih baik ke dalam pasukan khusus yang juga menyelidiki masalah ini, maka ia tidak hanya bisa mendapatkan penyelidikan mereka lebih dulu, tetapi juga dapat menjadi ancaman bagi pemegang ponsel jika ia menemukan keberadaannya.
"Maksudmu…"
Setelah sesaat berlalu, barulah Leng Yunchen mampu bereaksi.
Dan Leng Xiaomo yang melihat kewaspadaan kakaknya akhirnya merasa sedikit lega. Selama kakaknya tidak dibuat bingung oleh wanita itu atau ia berhasil mendapatkan informasi penting sebagai korban, maka semuanya masih aman terkendali.
Dengan cara ini juga membuat Leng Xiaomo berani memberitahu kakaknya bahwa ponsel yang sedang mereka cari ada di sini.
Hanya saja, tepat ketika ia hendak berbicara, ia melihat tentara pasukan khusus lainnya tiba-tiba berlari ke arah sini.
Sampai Leng Yunchen pun ikut menoleh.
"Kolonel Senior." Prajurit itu memberi hormat sebelum melanjutkan, "Kolonel Senior, Nona Lin, yang diserang sebelumnya, berteriak keras meminta pergi dari sini. Dia juga mengatakan bahwa seseorang di sini telah menyerangnya. Baru saja letnan datang, dan dia sedikit..."
Sampai pada kalimat ini, ia berhenti dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
Bahkan eskpresinya masih tetap sama.
Sementara Leng Yunchen yang mendengarnya sedikit mengangkat alis, baru kemudian mengangguk padanya, "Oke, aku mengerti. Aku akan segera ke sana. Tolong beritahu Nona Lin bahwa jika dia ingin pergi, dia bisa pergi. Tidak ada yang akan peduli tentang hidup atau matinya setelah ini."
Sudut mata prajurit itu samar-samar berkedut, "Baik!"
Dan begitu prajurit pasukan khusus pergi, Leng Yunchen menatap Leng Xiaomo lagi, tetapi yang terakhir, ia tampak sedikit memalingkan muka.
Suasana di sana juga tiba-tiba menjadi sedikit aneh saat ini.
Entah kenapa, Leng Xiaomo merasa bahwa napasnya tiba-tiba sedikit tersumbat.
"Xiaomo."
"Huh?" sahutnya samar sembari ia masih menghindari tatapan kakaknya.
"Jangan menghindar, lihat aku."