Tidak Ingin Menjadi Adik (2)
Tidak Ingin Menjadi Adik (2)
Sang Xia yang mendengar pernyataan itu merasa sangat lega dan kemudian menyahut, "Kalau begitu, apa video ini masih perlu dihapus?"
Karena sudah terlambat. Ia saja bisa melihatnya, mereka juga pasti telah melihatnya, apalagi jika orang-orang itu memiliki programmer senior.
Terbukti juga dengan mereka yang telah menemukan Leng Xiaomo.
"Lupakan, jangan gunakan dulu." Bibir Leng Xiaomo tampak menyesap dengan lembut.
Mungkin ketika ia telah naik ke pesawat, mereka telah menyelidikinya lebih dulu, dan saat itu, ia tidak lagi bisa menyelamatkan diri.
"Jangan khawatir, Xiaomo, kami tidak akan membiarkanmu mengalami kecelakaan. Apalagi biasanya, orang-orang dalam kelompok kita tidak dapat terlibat dalam kasus yang menyangkut kakakmu. Inilah aturannya, tetapi kamu berbeda. Kamu adalah 'orang-orang kami'. Jika membutuhkan bantuan, katakan saja, keselamatanmu adalah yang utama."
Ucap Sang Xia sambil menatapnya dengan serius.
Mendengar itu pun, Leng Xiaomo dengan lembut menarik bibirnya, "Terima kasih. Kamu benar-benar tidak perlu ikut campur dalam masalah ini. Cukup kakakku saja yang menanganinya."
Sejak masalah itu terungkap, Leng Xiaomo memang telah memutuskan untuk memberitahu kakaknya saat ia kembali nanti.
Tapi sekarang, Leng Xiaomo akan menuju ke tempat Sang Xia tinggal hari ini. Tidak ada seorang pun di hotel. Sang Xia mengatakan bahwa kedua anaknya berada di tempat temannya, dan ia akan keluar untuk menjemput mereka sekarang.
Karena itulah ia meminta Leng Xiaomo untuk beristirahat di sini sendirian.
"Di mana Hugh? Bukankah dia juga di sini?" Setelah Leng Xiaomo masuk, ia melirik sekeliling sambil bertanya.
"Dia mungkin akan kembali untuk memasak siang nanti," jawab Sang Xia dengan senyum tersungging.
Setelahnya, Sang Xia kembali keluar untuk menjemput anak-anak.
Meninggalkan Leng Xiaomo yang tampak keheranan. Apa ia tidak salah dengar? Rong Zhan khusus kembali siang nanti untuk... memasak???
Kini, ia sendirian di hotel, duduk di sofa untuk beristirahat, tetapi pikirannya masih dihantui oleh apa yang terjadi di kedai kopi sebelumnya.
Kali ini, petunjuk yang dimiliki orang-orang itu harus benar-benar dipatahkan.
Karena jika ia keluar lagi, ia akan mengubah informasi identitas lainnya, entah itu KTP, paspor, atau kartu kredit.
Dan setelah Leng Xiaomo tinggal sebentar, tiba-tiba terdengar suara gesekan kartu kamar di luar pintu. Sontak, kewaspadaannya meningkat dan ia menatap lurus ke teras.
Tepat di detik berikutnya, muncul sosok yang tampak ramping.
Leng Xiaomo seketika menghela napas lega setelah ia melihatnya.
Rong Zhan-lah yang kembali.
"Xiaomo, kamu sudah tiba." Rong Zhan yang melihat gadis kecil itu sekilas, bertanya dengan tenang.
Ya, istrinya telah memberitahunya.
"Bukankah kamu sudah melihatnya?" ujar Leng Xiaomo dengan lemah.
"Yo! Gadis kecil ini belum dewasa, tapi memiliki temperamen yang cukup baik," cibir Rong Zhan sembari ia melemparkan kunci ke meja teh, lalu berbalik dan berjalan ke arah lemari es.
Awalnya, Leng Xiaomo pikir Rong Zhan akan memasak, tapi tanpa disangka, pria itu justru mengeluarkan dua kotak es krim dari sana.
Es krim…? Matanya tampak sedikit melebar.
Rong Zhan adalah bos senjata yang berbahaya, licik, dan kejam... tapi ia memakan makanan ini?
Tiba-tiba saja Leng Xiaomo merasa ada konflik batin yang tidak bisa dijelaskan.
Setelah Rong Zhan mengeluarkan semua es krim, ia melemparkannya langsung padanya. Kemudian dengan tatapan yang rumit, ia berkata, "Kamu baru tiba ke sini. Cepat makanlah dan habiskan secepat mungkin."
"Kenapa memangnya?" Meskipun Leng Xiaomo terkejut, tapi ia tetap mengambilnya.
Sementara Rong Zhan yang sudah memegang es krimnya bersandar di punggung sofa, dan kemudian menghela napas tanpa bisa dijelaskan——