Temani Aku, Tidurlah Bersamaku (2)
Temani Aku, Tidurlah Bersamaku (2)
Semakin kakaknya bersikap seperti ini, semakin ia tahu bahwa perasaan sayang antara laki-laki dan perempuan itu tidak ada di hati kakaknya, sama sekali tidak.
Karena kakaknya sangat sopan dan serius.
Terlebih lagi, Leng Yunchen telah menganggapnya sebagai adik perempuannya sendiri sejak kecil, meski sebenarnya…
Tidak ada hubungan darah di antara mereka, sama sekali.
Alhasil, Leng Xiaomo bergeser ke samping sembari menatap kakaknya yang berbaring di sisinya.
Dengan satu tangan di belakang kepala, Leng Yuncheng berbaring dengan santai, memejamkan mata, dan terlihat damai.
Sementara Leng Xiaomo dengan lembut mengerutkan bibirnya sambil menatap dari samping. Tak lupa, ia menarik selimut tipis untuk sedikit menutupi tubuh kakaknya.
Tapi tepat di detik setelahnya, Leng Yunchen tiba-tiba membuka mata seraya menggenggam pergelangan tangan Leng Xiaomo.
"Aku tidak membutuhkannya. Apalagi, aku tidak bisa menggunakan selimut di musim panas ini. Gunakan saja untukmu sendiri." Setelah mengatakannya, ia mengambil alih selimut dari tangan Leng Xiaomo, kemudian berbalik untuk menutupi tubuh adiknya dengan hati-hati.
Leng Xiaomo hanya diam, kelopak matanya sedikit terkulai, dan ia hanya patuh seperti anak kucing.
Entah kenapa, Leng Yunchen yang melihatnya seperti ini tiba-tiba merasa sedikit tertarik. Sungguh, jarang sekali ia melihatnya seperti ini.
"Tidurlah, aku di sini," ujarnya sembari membelai lembut kepala Leng Xiaomo.
Hingga akhirnya, hati Leng Xiaomo benar-benar tenang.
Dengan melihat kakaknya berbaring di sampingnya, melindunginya, ia merasa ini semua seperti mimpi.
Jika boleh jujur.
Ia menganggap mereka berdua kini seperti sepasang suami istri, sepasang kekasih. Bahkan meski ini hanyalah ilusi belaka, tapi ia tetap merasa puas, jauh melampaui harapannya yang luar biasa.
Dan kali ini, setelah Leng Xiaomo tertidur lagi, ia tidak memimpikan apa pun. Ia benar-benar tertidur nyenyak, bahkan tidurnya terasa sangat manis.
Hingga ketika ia membuka matanya lagi, ia meregangkan tubuhnya yang sedikit pegal.
Tapi di sisinya… hanya ada udara kosong.
Kakaknya telah pergi. Ia tidak tahu kapan Leng Yunchen pergi. Sama sekali tidak tahu.
Leng Xiaomo tentu masih sedikit kecewa. Meski ia tahu kakaknya tidak akan tidur nyenyak pada waktu itu, tapi ia sendiri begitu bahagia merasakan sosok yang sangat didambakannya berbaring di sisinya selama sesaat.
Saat itu, ia baru menyadari bahwa waktu sudah menunjukkan sudah lebih dari jam 9.
Ya, ia tidur sangat lama kali ini.
Dan setelah membersihkan diri, ia keluar sambil memanggil kakaknya dua kali, tetapi semuanya tampak sunyi, tidak ada yang menjawab.
Di saat itulah Leng Xiaomo juga menemukan sesuatu di atas meja. Tanpa ragu, ia berjalan mendekat dan melihat roti panggang, sekotak susu murni dan catatan kecil di sana.
Perlahan Leng Xiaomo mengambilnya untuk melihat sebaris kata tertulis di atasnya: [Aku sudah membelikan sarapan untukmu. Kakak harus pergi dulu. Jika ada sesuatu, hubungi aku.]
Melihat barisan kata-kata seperti itu, Leng Xiaomo dengan lembut menghela napas, meraih catatan di tangannya, duduk, dan mulai membuka kantong plastik yang berisi makanan di dalam.
Meskipun kakaknya sudah pergi, tapi ia pasti akan kembali malam nanti, kan? Apalagi urusannya ada di Kota G sekarang.
Sampai akhirnya, setelah selesai makan, Leng Xiaomo keluar dan pergi dari sini.
Karena tidak memiliki kunci rumah, mungkin ia bisa langsung menemui kakaknya malam nanti.
Yang jelas, ia perlu keluar dari apartemen dan berjalan sendirian di jalanan Kota G.
Hujan deras tadi malam membuat udara di luar hari ini jauh lebih bersih. Terlebih, sebagai empat pusat ekonomi dan keuangan utama dunia, Kota G tentu saja menjadi kota yang makmur. Tak perlu dikatakan, ada banyak gedung tinggi, cerah dan terang di mana-mana.
Setelah kini melihat pemandangan di luar dan berbagai jenis orang, Leng Xiaomo merasa lebih baik.
Meski juga ia sering mempelajari dan menginterogasi para pembunuh abnormal dan para penjahat dengan profesor psikologi, tapi hatinya perlu diistirahatkan dari hal-hal gelap di masyarakat.
Dan saat itu, tiba-tiba deringan sebuah telepon terdengar——