Halo Suamiku!

Temani Aku, Tidurlah Bersamaku (1)



Temani Aku, Tidurlah Bersamaku (1)

3"... Tidak ada apa-apa, ada aku, ada aku di sini... Kakak akan melindungimu." Leng Yunchen membelai rambutnya dengan sorot mata penuh rasa sakit.     

Sementara Leng Xiaomo perlahan mengangkat kepalanya. Dengan rambut lurus sebahu, wajah yang seukuran telapak tangan, mata memerah, dengan beberapa air mata ketakutan, benar-benar mampu membuat Leng Yunchen merasakan sakit di lubuk hatinya ketika melihatnya.     

Kapan terakhir kali ia melihat adiknya menangis?     

Mungkin bertahun-tahun yang lalu, ketika sosok di depannya masih begitu kurus dan kecil. Saat itu, ia menemukannya berada di atap rumah pada malam hari, sedangkan ia hanya mengawasinya minum dalam gelap, dan akhirnya sosok itu jatuh ke dalam pelukannya dan menangis hingga hampir pingsan.     

Kemudian, sosok kecil itu selalu dingin dan tidak pernah tersenyum, bahkan wajahnya jarang sekali menunjukkan ekspresi.     

Sebenarnya Leng Yunchen tidak tahu apa yang ia rasakan ketika melihat mata merah adiknya saat itu, hanya saja, apa yang ditangkap oleh matanya benar-benar tidak nyaman.     

"Xiaomo, apa yang kamu impikan?"     

Bulu mata Leng Xiaomo sedikit bergetar saat mendengar pertanyaan itu, dan kemudian punggung tangannya digunakan untuk menggosok matanya dengan kasar. "Aku lupa." jawabnya dengan suara serak.     

"Apa? Lupa?"     

"Yah, begitu bangun, aku lupa, tapi aku benar-benar takut. Seperti ada orang jahat yang menggangguku."     

Suaranya masih begitu serak, khas orang bangun tidur.     

Sedangkan mata Leng Yunchen kini memancarkan warna yang berbeda, orang jahat?     

"Jangan khawatir, ada kakak di sini. Kamu aman. Tidak ada yang tahu bahwa aku tinggal di sini."     

Sebagai perwira senior, tentu ia harus melakukan pekerjaan dengan baik dengan aman.     

Dan setelah Leng Xiaomo mendengar kata-kata kakaknya, ia mengangguk meski samar-samar hatinya masih terasa ganjil.     

"Tidurlah lagi. Ini baru jam lima dan masih pagi. Aku juga baru akan tidur setelah kamu tiba di sini."     

Pinta Leng Yunchen sembari ia bangkit untuk menutupi tubuh adiknya dengan selimut tipis.     

Tapi Leng Xiaomo tiba-tiba meraih pergelangan tangannya.     

"Kenapa?" tanyanya sambil menatap ke bawah.     

Leng Xiaomo yang berbaring di tempat tidur itu kini menarik pergelangan tangannya ke samping, rambut lurus hitamnya menutupi pipi, membuatnya terlihat sedikit lebih pemalu, dan membuat siapa pun yang melihatnya merasa sedikit tertekan.     

"Kakak, bisakah kamu tidak pergi?" ucapnya pelan.     

"Hah?"     

Dengan lembut Leng Yunchen menarik sudut bibirnya, "Kamu tidak berani tidur sendirian?"     

Kali ini, Leng Xiaomo yang tidak tahu harus berkata apa, "..."     

Karena tidak mau mengakuinya, jadi ia hanya terdiam.     

Mimpi itu tidak hanya memberinya rasa sakit, tetapi juga bayangan yang tak terkatakan. Sungguh, ia benar-benar tidak ingin mengalaminya lagi.     

Dan Leng Yunchen yang awalnya ingin menenangkan adiknya sebelum pergi, apalagi ia masih harus menangani banyak urusan yang penting,     

Alhasil, hatinya seketika melembut. Terlebih setelah menyaksikan kelopak mata adiknya yang terkulai, seperti anak kucing liar yang terlantar.     

Sebenarnya, ia terlihat sangat kuat dan mencoba bertahan.     

Tapi mata merahnya seolah menyiratkan sesuatu yang membuatnya begitu takut.     

Jadi, setelah Leng Yunchen berpikir sejenak, ia menepuk tempat tidur sambil berkata, "Tunggu aku sebentar, aku akan segera kembali turun."     

Kemudian ia berbalik pergi.     

Dan entah kenapa, hati Leng Xiaomo serasa tersumbat ketika menatapnya pergi tanpa melihat ke belakang.     

Apa kakaknya akan kembali?     

Benar saja, sesaat kemudian, Leng Yunchen kembali turun, tapi dengan tampilan yang berbeda dari sebelumnya. Jika biasanya ia tidur tanpa mengenakan baju, kini ia langsung mencari pakaiannya yang baru saja dicuci kemarin. Pakaian ini memang digunakan untuk berkamuflase.     

Jadi sekarang, ia mengenakan celana pendek olahraga dan kaos kamuflase lengan pendek. Meski pakaian ini terlihat sangat sederhana, tetapi dengan tingginya yang mencapai 187 sentimeter, ia masih terlihat sangat menarik.     

Dan ketika Leng Xiaomo melihatnya turun,     

"Tidurlah, aku akan menemanimu."     

Leng Xiaomo benar-benar terpana dengan kalimat yang baru saja dilontarkan Leng Yunchen.     

Jelas, ia tidak menyangka akan benar-benar tinggal bersamanya. Apalagi kini, kakaknya juga berbaring… di sampingnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.