Halo Suamiku!

Bencana Melanda (2)



Bencana Melanda (2)

1Leng Xiaomo menggaruk rambutnya dengan kepala pusing, lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya, ponsel hitam yang ia matikan sejak tadi, kemudian kartu di dalamnya juga dikeluarkan untuk mencegah pelacakan.     

Lupakan.     

Tidak ada kebetulan seperti itu.     

Leng Xiaomo kemudian menutup laptopnya dengan sedikit keras, menurunkan kursinya, bangkit dan naik ke tempat tidur.     

Kini, ia menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut.     

Mungkin karena ada sesuatu yang mengganjal di hatinya-lah yang membuatnya sangat tidak nyaman untuk tidur.     

Sudah beberapa waktu berlalu, tapi ia hanya bisa setengah tertidur, bermimpi sepanjang waktu, dan gambar dalam mimpinya adalah pemandangan saat di bandara, di mana ketika pria cacat itu menabraknya. Kemudian, selama pemeriksaan keamanan, ia membawa ponsel itu.     

Dalam mimpinya pun, ia selalu khawatir bahwa adegan itu akan disadari oleh orang-orang yang melihat video pengawasan. Karena dengan begitu, ia akan berada dalam masalah.     

Tapi sekali lagi, ia bahkan tidak mengetahuinya. Lalu, bagaimana dengan orang lain?     

Mungkin ia hanya terlalu banyak berpikir. Semua yang terjadi hari itu pasti tidak seserius yang ia pikirkan.     

Tetapi di paruh kedua malam itu, ia menghabiskan sisa malam dengan kegelisahan. Bahkan dalam tidurnya, punggungnya diselimuti oleh keringat.     

Di saat yang sama, Leng Yunchen sedang beristirahat di lantai atas, meletakkan tangannya di bawah kepala sambil menutup matanya untuk tidur. Hanya saja entah kapan, tiba-tiba ia mendengar teriakan. Seketika Leng Yunchen membuka matanya, dan ketika menyadari dari mana suara itu berasal, ia segera turun dari tempat tidur, membuka pintu dan bergegas keluar.     

"Xiaomo, Xiaomo…?!"     

Leng Yunchen bergegas menuruni tangga dan membuka pintu kamar adiknya.     

Tentu ia mengira sesuatu telah terjadi pada Leng Xiaomo, tetapi begitu membuka pintu, ia hanya mendapati adiknya sedang duduk di tempat tidur dengan kepala tertunduk, tampak terengah-engah, dengan dada naik turun cukup keras.     

Ia seperti baru saja mengalami mimpi buruk yang mengerikan.     

Melihat ini, Leng Yunchen menghela napas cukup lega. Kemudian, ia berjalan dan meletakkan pistolnya di meja samping tempat tidur.     

Lalu ia membungkuk dengan wajah penuh kekhawatiran, "Xiaomo, Xiaomo, ada apa?"     

Namun, begitu ujung jari Leng Yunchen menyentuhnya, tubuh Xiaomo langsung menyusut, seperti tersengat listrik.     

Sontak Leng Yunchen mengerutkan kening dan merasakan sesuatu yang tidak beres. Ia segera duduk di samping tempat tidur adiknya, meraih tangannya, memeluk tubuhnya yang ramping, sambil membelai punggungnya pelan, "Xiaomo, kakak ada di sini, jangan takut. Tidak peduli apa yang kamu impikan itu palsu atau nyata sekali pun, jangan takut, kakak akan melindungimu."     

Kesadaran Leng Xiaomo perlahan kembali setelah mendapat sentuhan lembut itu.     

Hanya saja, semua itu terasa sangat mengerikan.     

Ia mengalami mimpi buruk yang mengerikan.     

Dalam mimpi itu, ia tampak terpanggang di kegelapan, tetapi terlihat proyeksi besar di dinding. Seseorang datang dan melakukan sesuatu yang mengerikan padanya, yang membuatnya sangat kesakitan hingga seluruh tubuhnya berkedut.     

Tapi bukan itu yang paling membuatnya takut. Yang paling membuatnya ketakutan adalah seseorang yang ada di balik tirai…     

Dan orang itu…     

Leng Xiaomo segera menggelengkan kepalanya, menjambak rambutnya, dan ingin melupakan apa yang terjadi di mimpi itu. Dan benar saja, ketika ia semakin terjaga, mimpi itu perlahan memudar dan ia berhasil melupakannya meski samar-samar.     

Pada akhirnya, Leng Xiaomo hanya ingat bahwa itu adalah mimpi yang mengerikan, yang membuatnya kesakitan setengah mati dan begitu menakutkan. Terlebih lagi, ketika melihat sosok orang yang terproyeksi di layar, ia merasa sesak di mana-mana.     

Bagaimana bisa, bagaimana ia bisa memiliki mimpi yang tidak bisa dijelaskan?     

Meski itu tidak benar-benar terjadi, tetapi semuanya tampak sangat nyata.     

"Kak…"     

"Xiaomo, apa kamu sudah lebih baik? Mimpi apa yang membuatmu takut seperti ini? Jangan takut, itu semua tidak nyata—"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.