Halo Suamiku!

Ia Menyadari Suasana Hati Adiknya (1)



Ia Menyadari Suasana Hati Adiknya (1)

2Dan ia tidak mengenakan pakaian apapun di bagian atas tubuhnya. Karena terlahir sebagai prajurit pasukan khusus, jadi tidak perlu lagi disebutkan seperti apa sosoknya.     

Bertahun-tahun ia melakukan latihan beban, sehingga tidak ada sedikit pun jejak kelebihan lemak yang hinggap di tubuhnya.     

Sosok yang ramping, memiliki delapan otot perut yang kuat, garis perutnya yang seksi, seperti magnet dan sangat menarik.     

Sebenarnya ototnya bukan otot binaraga yang berlebihan, tetapi otot kuat yang kencang dengan kulit tipis. Sedangkan di bagian bawahnya, seolah mengandung kekuatan tak terbatas, seperti binatang buas di hutan, yang kuat dan agresif.     

Apalagi ia tidak putih, termasuk memiliki jenis kulit gandum sehat yang telah terkena sinar matahari sepanjang tahun.     

Leng Xiaomo sebenarnya tahu jika seharusnya ia tidak perlu melihatnya secara langsung, tetapi begitu matanya menangkap tampilan itu, ia langsung tertarik dan sulit untuk berpaling.     

Sementara Leng Yunchen yang memperhatikan mata adiknya tiba-tiba terbatuk dingin. Kemudian handuk yang digunakan untuk mengeringkan rambut itu digantungkan di lehernya dan sebuah pertanyaan diajukan, "Mau makan apa?"     

"Kamu akan memasak untukku?" tanya Leng Xiaomo sambil menatapnya.     

"Menurutmu? Tapi kamu tidak harus memilih apa yang kamu inginkan." Ketika mengatakan ini, Leng Yunchen telah membuka kulkas untuk melihat beberapa bahan yang tersisa. Tampak kemudian ia menggelengkan kepalanya tanpa sadar.     

Selama ini, ia jarang sekali memasak karena membuang-buang waktu.     

Namun, Leng Yunchen juga masih menemukan satu-satunya bahan yang ada di sana. Alhasil, ia hanya bisa menyajikan semangkuk mie telur kukus dengan ketumbar yang mengambang di atasnya. Sungguh, tampilan itu sangat menggugah selera di malam yang dingin ini.     

Apalagi Leng Xiaomo sangat lapar. Hanya mencium aromanya saja sudah membuatnya merasa seolah bisa menelan seekor sapi hingga perutnya mulai terasa sakit.     

Dan kini, ketika ia melihat sosok tinggi kakaknya yang sibuk di sisi dapur terbuka, dengan sorot mata yang begitu serius, diselimuti dengan kabut air yang mengepul, seolah kabut itu membuat Leng Xiaomo merasa sedikit pusing selama sesaat.     

Tidak, tidak.     

Gambaran ini membuatnya merasa seolah Leng Yunchen adalah suaminya dan saat ini, ia sedang memasak semangkuk mie untuk istrinya.     

Tapi perasaan ini sama sekali tidak mengganggunya.     

Karena perasaan itu menyenangkan.     

Hanya saja, semuanya hanya berjalan selama sesaat, karena Leng Yunchen segera menoleh untuk memerintah, "Cepat cuci tangan dan makan ini untuk mengisi perutmu."     

Leng Xiaomo segera menarik kembali pandangannya sembari mencuci tangan dalam diam.     

Ketika ia kembali, sudah tersaji dua mangkuk mie di atas meja. Cekungan mangkuk itu cukup dalam dan besar dengan kepulan asap panas yang menggugah. Tampak setelahnya Leng Yunchen melemparkan handuk ke sofa, menarik satu kursi di samping meja, lalu duduk dengan tenang. Setelah mengambil sumpit, ia pun mengaduknya perlahan dan mulai makan. Nafsu makannya tampak sangat baik, seperti seseorang yang sudah lama kelaparan.     

Sementara Leng Xiaomo yang melihat betapa lahapnya Leng Yunchen makan, segera mengambil sumpit dan duduk di seberangnya.     

Sembari menikmati makanannya, ia seperti menilai setiap inci dari kakaknya. Jika Leng Yunchen sedang mengenakan pakaian tentara di luar, sosoknya terlihat sangat dingin, bermartabat, teliti, dan memiliki aura yang begitu jantan, tetapi saat di rumah, ia jauh lebih santai dan kasual.     

Saat tangannya mengaduk mie pun terlihat tidak begitu elegan, mulutnya yang mengunyah makanan juga tidak terlalu dijaga, tapi tetap ia menelan makanannya secara perlahan.     

Mungkin…     

Di depan keluarganya, ia tidak akan begitu khawatir tentang citranya?     

Tapi untungnya, Leng Xiaomo tidak hanya menyukai penampilannya, tetapi juga segala sesuatu tentang dirinya.     

"Xiaomo, apa kamu punya pacar sekarang?" Setelah Leng Yunchen mengambil beberapa gigitan dari mie di mangkuk, tiba-tiba ia mendongak untuk melontarkan pertanyaan itu.     

Leng Xiaomo tertegun, meliriknya, lalu menundukkan kepalanya dan lanjut menyantap mie-nya dengan tarikan samar di antara hidung dan napasnya, "Hmm."     

"Sudah punya? Siapa? Sama-sama masih siswa? Di mana rumahnya dan apa pekerjaan orang tuanya?" Secara otomatis, Leng Yunchen memulai mode kekhawatiran layaknya orang tua dan mulai menyelidikinya.     

Sementara Leng Xiaomo mengerutkan kening saat mendapati serentetan pertanyaan itu——     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.