Kak, Datanglah (1)
Kak, Datanglah (1)
Begitu Leng Xiaomo menyadari apa yang terjadi, ia hanya mampu menyumpah serapah dalam hati!
Rupanya pria itu benar-benar menaruh barang milikinya ke saku Leng Xiaomo saat itu. Tidak perlu diragukan lagi, ponsel ini pasti sangat penting— setidaknya, itulah yang diinginkan oleh mereka yang mengejarnya.
Mengejar? Kenapa harus menggunakan kata ini?
Karena pria itu sudah memiliki teman yang akan turut dikejar dan seseorang yang sudah ia bunuh di toilet, kan?!
Pria itu lumpuh dan mungkin ia tahu bahwa dirinya sudah pasti tidak bisa melarikan diri. Pasti ia tahu betul jika dirinya tidak bisa lepas dari genggaman mereka, itulah kenapa ia meletakkan barang ini pada Youyou ketika melarikan diri.
Namun.
Leng Xiaomo benar-benar tidak ingin berurusan dengan semua ini. Hingga, membuat wajahnya benar-benar sangat muram sekarang.
Ia pun tahu, jika mereka telah menangkap pria itu dan tidak menemukan apa yang mereka inginkan, mereka pasti akan menyelidiki secara menyeluruh ke mana barang itu menghilang. Apalagi, pintu toilet tempat ia bertemu pria itu bukanlah sudut mati dan dapat dilihat dengan kamera pemantauan. Karena itu, jika mereka melihat pria itu menabraknya saat melarikan diri, mereka mungkin tahu bahwa ada sesuatu yang mencurigakan pada dirinya.
Kini, Leng Xiaomo berada di ruang tunggu, memegang ponsel hitam di tangannya, dengan ekspresi wajah yang sangat rumit.
Apa yang sebenarnya ada di dalam ponsel ini?
Jika boleh jujur, Leng Xiaomo sebenarnya tidak tertarik sama sekali, ia juga tidak memiliki rasa ingin tahu sedikit pun, karena rasa ingin tahu itu telah mencelakakan orang dan ia tidak ingin terlibat.
Terlebih, ketika ponsel dihidupkan, maka semuanya akan dilacak sepanjang waktu. Leng Xiaomo yang saat ini melihat ponsel itu akhirnya membuka kunci sandinya dengan santai. Ya, tentu ia bisa memecahkannya, tetapi ia sudah lama terdiam dan tidak bergerak lagi.
Dalam hati ia terus menegaskan bahwa dirinya tidak mau ikut campur, tidak akan.
Sampai akhirnya, ponsel itu dimatikan dan Leng Xiaomo melemparkannya ke tepi kursi di ruang tunggu.
Dan saatnya naik ke pesawat.
Ia langsung bangun tanpa memedulikan ponsel itu lagi, bergegas pergi mengantre untuk boarding.
Namun, saat ia berdiri di sana, tiba-tiba seorang gadis kecil dengan rambut kepang dua berlari mengejar, "Kakak, Kakak..."
Terlihat seorang anak berusia sekitar tujuh atau delapan tahun berlari sambil berucap riang begitu Leng Xiaomo berbalik, "Kakak, ponselmu jatuh. Ini dia. Sama-sama."
Seketika itu juga Leng Xiaomo hanya diam terpaku, "..."
Sembari melihat ke arah seorang gadis berusia tujuh atau delapan tahun yang tersenyum itu, juga pemandangan orang-orang di sekitarnya, ia turut menarik bibirnya dengan kaku, "Terima kasih."
...
Alhasil, Leng Xiaomo naik ke dalam pesawat dengan ponsel itu tanpa sedikit pun ia ingin tahu apa yang ada di dalamnya.
Sebenarnya Leng Xiaomo tidak ingin mengatakan jika ini begitu menjengkelkan. Yang pasti, ia hanya membiarkan ponsel itu masih tergeletak dengan tenang di dalam tasnya.
Sampai, pesawat lepas landas tepat waktu dan terbang melintasi langit.
Pesawat tiba di bandara Kota G pada malam hari. Saat itu, sudah lebih dari jam 11 malam ketika ia tiba.
Dan memang inilah waktu yang sengaja dipilih Leng Xiaomo.
Ia pun tanpa ragu keluar dengan kopernya sembari menelepon seseorang saat berada di gerbang bandara.
"Halo, Xiaomo? Ini sudah sangat larut. Kamu belum mengantuk? Ada apa? Kenapa kamu mencariku?"
Panggilan telepon itu dijawab dengan sangat cepat, seolah sosok di ujung telepon telah memegang ponselnya sepanjang waktu, menantikan panggilan dari seseorang, namun yang ia dapat justru suara Leng Xiaomo.
"Apa aku tidak boleh mencarimu jika tidak ada sesuatu?"
Tepat di saat Leng Xiaomo berdiri di pinggir jalan Bandara Kota G sambil mengatakan kalimat ini dengan samar, ia menatap langit yang gelap di tengah malam. Tidak ada bintang yang berkedip, juga hembusan angin yang hangat, desirnya seolah menggulung debu. Samar-samar Leng Xiaomo pun melihat kilatan petir di langit yang gelap, yang menerangi separuh langit di sana.
Bagus sekali. Hujan akan segera turun.
Dan tampaknya bukan sekadar hujan gerimis.
Tetapi pria di seberang telepon tampaknya sedikit terburu-buru, "Jika tidak ada apa-apa, aku akan menutupnya dulu. Ada beberapa kasus transnasional yang penting di sini. Aku sedang menunggu telepon."