Ponsel Maut (2)
Ponsel Maut (2)
Leng Xiaomo berbalik seketika dan ia hanya melihat punggung sosok itu yang berjalan pergi tanpa menoleh ke belakang.
Sementara Leng Xiaomo, yang mengenakan kacamata hitam dan tanpa ekspresi itu juga langsung berjalan, melewati orang-orang yang mengejar pria sebelumnya. Mereka semua bergegas mengejar pria itu tanpa memerhatikannya sedikit pun.
Hingga akhirnya, Leng Xiaomo berjalan sampai ke bagian keamanan dan mulai berbaris untuk pemeriksaan.
Namun, meski ia berdiri dalam antrean, pikirannya secara tak terkendali teringat akan pemandangan yang baru saja ia lihat. Dengan lembut ia mengerucutkan bibir bawahnya sambil menegaskan kembali bahwa ia tidak akan ikut campur dalam hal-hal yang tidak berhubungan dengan dirinya.
Hanya saja, saat menunggu di garis pemeriksaan selama sepuluh menit, jeritan menusuk terdengar dari suatu tempat di bandara, "Aaahhh! Ada orang mati! Ada orang mati! Ada orang mati di toilet!"
Jeritan itu terdengar begitu memilukan.
Dan dalam sekejap, orang-orang di bandara sontak melebarkan mata mereka, diiringi dengan kepanikan yang muncul satu per satu. Aparat keamanan pun bergegas berkerumun untuk menjaga kedisiplinan. Polisi khusus bersenjata yang ditugaskan di dekat bandara juga bergegas masuk menuju ke satu arah.
Sedang Leng Xiaomo hanya mendongak ke atas dari tempatnya, ke arah di mana ia datang sebelumnya.
Segera setelah itu, siaran di aula bandara mulai terdengar, "Perhatian, para penumpang, tolong dengarkan petugas keamanan yang akan mengatur evakuasi penumpang untuk menuju ke area yang aman. Sebelum itu, tolong tetap berdiri diam dan jangan berlari. Kami telah menemukan mayat laki-laki di toilet di bandara. Polisi bersenjata dan ambulans telah tiba. Jadi mohon kerjasama penuh dari Anda semua."
Kata-kata yang bergema di aula itu seketika mengejutkan semua orang, dan banyak di antara mereka langsung membicarakannya. Bahkan beberapa orang tampak terburu-buru berlari mencari sumber keriuhan, yang dengan cepat dikepung oleh petugas keamanan.
Sedang Leng Xiaomo hanya melirik sekilas lingkungan yang bising di sekitarnya, sembari diam-diam menurunkan topi baseballnya.
Ia tidak ingin peduli tentang hal lain, dan hanya berharap untuk tidak menunda keberangkatannya ke Kota G.
Namun, tepat ketika Leng Xiaomo baru saja bersiap untuk pemeriksaan keamanan.
Setelah ia mengeluarkan laptop, ponsel, dan topi dari tasnya dan melemparkannya ke dalam kotak khusus, kemudian tiba saatnya tubuhnya diperiksa, matanya tiba-tiba menangkap sesuatu yang aneh dari inspektur keamanan. Telinganya pun juga mendengar sensor yang berbunyi.
Seketika itu, wajah Leng Xiaomo berubah. Apa yang terjadi?
Petugas keamanan juga sontak melihatnya, bertanya sambil menggeledahnya, "Apa kamu membawa barang elektronik?"
"Tidak, aku sudah memasukkan semuanya ke dalam—"
Sebelum kata-kata itu selesai diucapkan, petugas keamanan menemukan benda hitam dari tubuhnya— sebuah ponsel.
Sebuah ponsel.
Sorot mata Leng Xiaomo yang dingin membelalak lebar.
"Kamu meninggalkan satu dan memasukkannya secara terpisah saat pemeriksaan," kata petugas keamanan.
Mendapati itu, Leng Xiaomo segera mengambilnya, meraih ponsel itu, lalu berbalik untuk meletakkannya. Namun ketika ia memegang ponsel hitam itu, tanpa terasa tangannya terkepal kuat.
Ponsel ini bukan miliknya.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Ponsel milik siapa ini?
Dan ketika Leng Xiaomo memasukkan ponselnya ke dalam kotak untuk diperiksa security scanner, benaknya tiba-tiba memutar sebuah gambaran.
Pria yang menabraknya di toilet sebelumnya menabraknya lagi ketika ia bangun dan melarikan diri.
Jadi saat itu…??
Meski Leng Xiaomo berhasil melewati pemeriksaan keamanan kali ini, tetapi saat ia mengangkat ponsel itu lagi, wajahnya tampak tertekuk.
Sialan!