Godaan Rong Zhan (3)
Godaan Rong Zhan (3)
Bahkan ia sampai tidak sanggup mengatakan sepatah kata pun karena lehernya yang sakit terlalu nyaman merasakan pijatan tangan Rong Zhan saat ini.
Sungguh, ia sama sekali tidak menyangka jika Rong Zhan mengamatinya dengan begitu detail, bahkan di saat ia sendiri sedang disibukkan dengan pekerjaannya.
Hanya dengan gerakan kecil saja ia langsung paham bahwa leher Sang Xia sedang sakit.
Otot-otot yang kencang dan sakit itu perlahan-lahan kembali rileks begitu mendapat gerakan lembut yang menenangkan.
Meski awalnya Sang Xia masih kesakitan, tetapi setelah beberapa saat, sambil menikmati pijatan perhatian dari Rong Zhan, ia bertanya dengan sedikit terbata, "Rong, Rong Zhan... Um... kamu... hari ini... um..."
Semua pertanyaan yang bergumul di benak Sang Xia seketika menguap. Ia hanya terkesiap dengan pijatan Rong Zhan yang tidak terduga. Hingga akhirnya, Sang Xia hanya mampu mengerang sembari menggigit lipatan bibir bawahnya.
Kurang ajar!
Rong Zhan pasti sengaja melakukannya!
Benar saja, di saat tangan Rong Zhan memijat leher dan bahu Sang Xia dari belakang, bibirnya yang tipis menempel di telinga Sang Xia untuk berbisik pelan, "Hmm? Kenapa kamu tidak mengatakannya? Sayang, suaramu sangat indah."
Begitu Sang Xia mendengar ini, ia hampir mencubitnya tanpa memikirkannya. Namun, posisinya sangat sulit untuk melakukan gerakan itu.
Kemudian terdengar desisan samar dari mulut Rong Zhan.
Dan diiringi dengan senyumnya, Rong Zhan langsung membalikkan tubuh Sang Xia, sementara kedua tangan Sang Xia dengan cepat di angkat di sisi sofa tanpa bisa melawan.
Bahkan ketika menundukkan kepala, ia langsung dihadapkan dengan penampilan licik Rong Zhan.
"Sayang, aku belum puas mendengarnya. Panggil namaku sekali lagi."
Sembari mengatakannya, ia semakin mengeratkan pelukannya dan melekatkan tubuhnya ke Sang Xia.
Sontak raut wajah Sang Xia langsung tersipu.
Meski mereka telah bersama begitu lama, hingga sudah memiliki anak-anak yang berusia hampir tiga tahun, tapi Sang Xia masih saja akan tersipu malu tiap kali Rong Zhan melontarkan kata-kata manis.
Ya, tak bisa disangkal, Rong Zhan memang memiliki pesona seperti itu.
Yang mampu membuat orang tak bisa mengelak.
Ia seperti anggur yang diawetkan. Semakin lama waktunya, semakin ia memiliki rasa dan pesonanya sendiri.
Hanya saja, Sang Xia tidak tahu apakah ia akan tetap sama ketika nanti ia telah berusia tiga puluh atau empat puluhan.
Ia hanya takut jika pesonanya yang semakin matang justru akan semakin sulit untuk ditangkis.
Yang pasti sekarang.
Sang Xia duduk di atas tubuhnya, tangannya disandarkan di sofa di kedua sisi bahunya, menatap lekat ke dalam matanya yang halus, dan tiba-tiba ia merasa seolah dirinya luar kendali, dan memiliki reaksi tertentu.
Saat itulah Rong Zhan tersenyum penuh arti. Tanpa aba-aba, ia langsung menariknya ke bawah, sementara Sang Xia mau tidak mau membenamkan kepalanya di leher Rong Zhan sembari melingkarkan tangannya di sana.
Rong Zhan mulai dari satu sisi, mencium dagu, lalu beralih ke rambut
Sedang Sang Xia yang dicium olehnya, perlahan-lahan berusaha menemukan topik pembicaraan yang masuk akal, "Apa yang telah kamu lakukan hari ini? Bagaimana bisa kamu memberi mereka pengertian sebuah pemahaman yang besar?"
Mereka yang dimaksud tentu mengacu pada anak-anak.
Kemudian, Rong Zhan semakin membabi buta mencium wajah, mata, bibir, dagu, leher, sementara tangannya yang besar membelai ke sekujur tubuh, bermain nakal di atas kulit mulus Sang Xia sambil berbisik perlahan, "Bagaimana lagi? Aku memang harus memberitahu mereka cepat atau lambat. Bagaimanapun, mereka akan masuk ke markas untuk studi formal dalam enam bulan lagi."
Sketika, Sang Xia tampak tercengang ketika mendengar ini.
Meskipun ia sudah lama memikirkannya, tapi rasanya waktu berjalan sangat cepat.
Bibirnya bergerak gelisah seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi Rong Zhan tiba-tiba menutup bibirnya sembari bergumam, "Jangan pikirkan itu. Sebaiknya kamu memikirkan situasimu saat ini."