Godaan Rong Zhan (1)
Godaan Rong Zhan (1)
Yah, itu sangat buruk. Bukankah itu sangat aneh?
"Kalau begitu, berarti Ayah adalah ayahnya orang bodoh!" ujarnya kemudian sambil mengerutkan kening.
Ayahnya orang bodoh!
Mendengar itu, sudut mata Rong Zhan berkedut samar, "..."
Gadis kecil ini memang memiliki reaksi yang sangat cepat.
Bahkan membuat Sang Xia yang sedari tadi hendak menelan airnya hampir memuntahkannya lagi.
Namun di sana, Rong Zhan terlihat tersenyum samar, "Ya, jika kamu adalah adik orang bodoh, maka aku adalah ayah dari orang bodoh dan ibumu adalah ibunya orang bodoh."
Sementara Xiao Ba Wanghua yang berdiri di dekat kaki ibu merasa sangat tetekan dan hanya mampu memutar tangannya di sudut-sudut pakaian. Sungguh, ini sangat keterlaluan.
Bisa-bisanya mereka memperlakukannya seperti ini.
Kemudian, tampak Xiao Meibao mengatupkan mulutnya sambil melingkarkan lengannya di leher Rong Zhan. Setelah berpikir sejenak, ia berkata perlahan, "Lupakan saja. Kakakku adalah yang paling pintar, paling pintar dan tak terkalahkan! Aku ingin menjadi adik dari kakak laki-lakiku yang pintar!"
Akhirnya, Xiao Ba Wanghua merasa lebih baik ketika mendengar ini. Namun, di saat ia melihat ayahnya menggendong adiknya ke arah yang berlawanan, ia memberanikan diri untuk mengatakan, "Aku sangat pintar dan tak terkalahkan! Tapi aku tidak menginginkan adik, karena adik selalu menggertakku!"
Seketika itu juga Xiao Meibao menatap Xiao Ba Wanghua dengan polos. Matanya yang besar berkedip beberapa kali, tampak seperti orang malang yang menyedihkan, seolah-olah ia telah ditinggalkan.
Penampilan itu sontak membuat nyali Xiao Ba Wanghua kembali menyusut.
Karena setiap kali adiknya menangis karena dirinya, maka Ayah akan memarahinya habis-habisan.
Bahkan meski biasanya adiknya sengaja bermain curang.
Dan benar saja.
"Rong Yun, kemarilah." Rong Zhan yang duduk di samping tempat tidur bersama dengan adiknya tampak melambaikan tangan.
Melihat itu, Xiao Ba Wanghua sengaja berlama-lama di belakang Ibu. Namun, Rong Zhan tampak tidak terburu-buru dan menunggunya dengan sabar.
"Ayah..."
Setelah Xiao Ba Wanghua akhirnya berjalan perlahan, Rong Zhan langsung menariknya, dan tubuh kecil itu kini duduk di atas kaki ayahnya dengan sedikit paksaan.
Entah kenapa, sempat terbesit rasa malu di hati Xiao Ba Wanghua saat itu.
Dan mau tak mau, ia duduk di sana dengan tenang.
Pikiran Xiao Ba Wanghua kini sudah dipenuhi dengan kemarahan ayahnya yang hendak meluap. Tapi tanpa diduga, Rong Zhan justru menatap langsung ke arah adiknya yang duduk di kaki yang lain dan berkata perlahan,
"Nak, kamu harus rukun dengan kakakmu ketika ayah tidak ada. Jangan bertengkar dan berkelahi. Kalian adalah dua orang terdekat di dunia kecuali ayah dan ibu. Kakakmu hanya lahir 17 detik lebih awal darimu. Jadi kamu tidak bisa menggertak kakakmu, atau bahkan mengatakan sesuatu yang menyakiti kakakmu hanya karena kamu seorang adik. Kamu mengerti?"
Rong Zhan memang sengaja mengatakannya perlahan sembari memastikan jika keduanya dapat memahami artinya.
Sebenarnya, Xiao Meibao mengerti.
Lebih dari itu, ia benar-benar memahaminya.
Hanya saja, ketika melihat ayahnya begitu serius, mau tak mau, Xiao Meibao mengatupkan bibirnya rapat dan mengangguk patuh, "Ayah, aku tahu. Aku hanya menggoda kakakku."
Sementara Xiao Ba Wanghua tidak menyangka jika ayahnya justru menasihati adiknya kali ini. Sungguh, ia tidak bisa memercayainya. Pada saat yang sama, baru kali ini ia merasa senang duduk di pangkuan Ayahnya.
Dan untuk menanggapi respon adiknya, ia sengaja hanya bergumam samar.
Namun, tepat di detik berikutnya, sebuah tamparan jatuh di dahinya. Kemudian terdengar kekehan Rong Zhan setelahnya, "Kamu juga! Lihat, betapa bahagianya wajahmu! Kamu benar-benar berpikir tidak ada yang salah denganmu?"
Setelah kalimat itu terlontar, Rong Zhan menurunkan putrinya, lalu membawa Xiao Ba Wanghua keluar dari kamar—-