Dasar Bodoh! (1)
Dasar Bodoh! (1)
Sangat berbeda dengan Xiao Meibao yang justru menjadi semakin dingin.
Selain ayah, ibu dan kakak laki-lakinya, ia tidak suka bermain dengan anak-anak lain.
Seolah ia sudah kehilangan minat.
Seperti sebelumnya, ia pernah bermain dengan anak laki-laki baru. Anak kecil itu ingin bermain dengan pesawat kecilnya. Saat anak itu mengatakan ingin bertukar mainan, Xiao Meibao justru memukulnya hingga membuat anak itu langsung menangis.
Dan ketika anak itu menangis, ia justru semakin marah.
Saat itu, Sang Xia bergegas mendekat sembari menenangkan, "Kamu tidak boleh bersikap kasar pada adik laki-laki ini."
Alhasil, Xiao Meibao membuang pesawat kecil itu seraya berteriak keras, "Dia bukan adikku!"
Kemudian ia berlari meninggalkan ibunya.
Menurutnya, tidak ada yang boleh dipanggil "adik laki-laki" selain seseorang yang selalu ia rindukan.
Tentu saja Sang Xia terperanjat melihatnya dan ia hanya mampu menatap sosok kecil itu menghilang di kejauhan sambil menghela napas tak berdaya.
Mungkin Xiao Meibao menyalahkan ibunya karena tidak membiarkan dirinya bertemu dengan monster kecil.
Padahal ayahnya-lah yang tidak menginginkan mereka bertemu seumur hidupnya.
Sementara Sang Xia terjebak di tengah. Sungguh, ia tidak tahu bagaimana harus bersikap.
Padahal mereka juga sudah lama berpisah, tapi Sang Xia tidak menyangka jika ingatan putrinya akan begitu baik atau mungkin saja kesan Xiao Xiaobai telah merangsek masuk ke dalam setiap sel tubuh putrinya, yang membuat ia tidak akan pernah melupakannya.
Bahkan sampai membuatnya seringkali kehilangan kesabaran.
Misalnya, tidak jarang ia menggertak anak kecil lain sampai menangis.
Kemudian, ketika Sang Xia membicarakan masalah ini pada Rong Zhan, pria itu sangat yakin jika sikap putrinya pasti tidak akan bertahan lama. Anak itu masih sangat kecil dan ketika besar nanti, ia pasti tidak akan mengingat apa-apa. Suatu hari, putrinya pasti akan benar-benar melupakan Xiao Xiaobai.
Kini, sudah lebih dari setengah tahun sejak Sang Xia membawa kedua anaknya yang masih kecil ke Kota G terakhir kali.
Dan saat ini, ia sedang menjaga kedua anaknya di hotel, sementara Rong Zhan pergi keluar.
Semakin lama, waktu semakin banyak terbuang dan mereka tumbuh semakin besar, yang membuat hati Sang Xia menjadi semakin kosong dan mengomel dari hari ke hari.
Karena dalam waktu dekat, mereka akan masuk ke markas untuk mendapatkan pelatihan dan pembelajaran, serta pendidikan yang sistematis.
Ini juga berarti bahwa ia akan menghabiskan lebih sedikit waktu dengan kedua anaknya.
Seperti kebanyakan ibu pada umumnya, tentu ia khawatir apakah anak-anaknya dapat beradaptasi dan apakah mereka dapat belajar dengan baik atau tidak.
Dan di Kota G saat ini.
Setelah selesai makan sore itu, Sang Xia beristirahat bersama mereka setelah bekerja.
Tampak Xiao Meibao sudah tertidur di atas ranjang. Suhu di dalam ruangan itu sedikit panas dan terlihat ia sedikit berkeringat. Jadi, ketika Sang Xia ke kamar mandi dan kembali, dengan hati-hati dan lembut ia menyeka dahi dan wajahnya yang kecil.
Sedangkan Xiao Ba Wanghua sedang menghabiskan waktunya bermain-main dengan mobilnya di ruang tamu hotel. Ya, bocah kecil itu selalu sibuk hari demi hari.
Terlebih saat melihat mobil-mobil robot miliknya. Semuanya dibongkar, lalu dipasang kembali setelah beberapa saat, tetapi banyak bagian-bagian kecil yang terlepas akhirnya tidak tahu menghilang entah ke mana.
Dan setiap kali ayah melihat apa yang telah ia lakukan, ia akan dimarahi.
Sama seperti hari itu, di saat ia masih sibuk dengan entah apa yang ia lakukan, tiba-tiba terdengar ketukan pintu di luar. Ia segera menajamkan telinganya sambil melebarkan mata. Kemudian setelah melihat bagian-bagian kacau di lantai yang sudah ia buat, dengan cepat bocah itu menarik karpet untuk menutupi bagian yang tidak rata, seolah-olah tidak ada yang akan menemukannya.
Barulah ia bangkit dan berlari ke kamar untuk mencari ibunya.
"Ibu, Ibu! Sepertinya ayah sudah pulang!"
Teriak Xiao Ba Wanghua sambil bergegas.
Ia yang sudah berusia tiga tahun itu tidak lagi sama seperti sebelumnya, ia telah—-