Memanfaatkan Waktu Sebaik Mungkin (1)
Memanfaatkan Waktu Sebaik Mungkin (1)
Ia benar-benar tidak bisa menghadapinya, sekali pun tidak.
Dan kini, An Xiaoyang telah menempel pada tubuhnya yang basah dan dipeluk erat olehnya, sedang wajahnya terkubur di dadanya dengan air mata mengalir.
Ketika An Xiaoyang benar-benar didekap erat, ia bisa mendengar detak jantung Sang No yang berdebar hebat tanpa ia dapat membuka suara.
Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanyalah perlahan mengangkat tangan untuk balik memeluknya.
Memberikan sentuhan yang nyata.
Untuk menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.
Sungguh, Sang No benar-benar ketakutan. Bahkan sampai saat ini pun ia masih tidak percaya jika An Xiaoyang benar-benar muncul hingga memberikan sentuhan hangat di tubuhnya. Ya, kekasihnya belum mati.
Tidak ada yang tahu betapa tidak berdaya dan ketakutannya ia ketika menyelam ke dalam dan terus mencarinya, tapi hasilnya nihil.
Ia takut, takut kalau-kalau An Xiaoyang benar-benar hilang.
Jika itu terjadi, tentu ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.
Setelah cukup lama berselang, Sang No perlahan membuka jarak di antara keduanya, menatap An Xiaoyang lekat-lekat, kemudian dengan lembut membelai wajah kecilnya dengan jari-jarinya. Sementara bulu mata An Xiaoyang yang basah dan wajah kecilnya yang pucat sudah pasti tidak bisa menyembunyikan kerumitan di matanya.
Alhasil, Sang No dengan lembut mengusap wajahnya dengan ujung jari, dan sorot matanya yang menyiratkan kekhawatiran menatap semakin dalam. Sampai akhirnya, ia menundukkan kepalanya sedikit untuk mencium bibir An Xiaoyang dengan penuh kasih sayang.
Sebenarnya yang ia lakukan saat ini adalah untuk lebih nyata meyakinkan dirinya sendiri, juga berusaha memberi ketenangan untuk hatinya.
Bibir kecil itu terasa dingin sekaligus lembut.
Dan dengan sisa kekhawatiran di hatinya, ia mengecup, mengulum, lalu melumat bibir An Xiaoyang cukup lama, seolah tidak cukup hanya dengan berciuman.
Sampai, ia menggigit samar bibirnya dan menyerangnya ketika gadis itu membuka mulut karena rasa sakit yang dirasa.
Angin yang berhembus di tepi pantai tampaknya sedikit berkurang. Di tempat mereka berdiri sekarang, laut baru saja menenggelamkan kaki mereka, sementara ombak dengan lembut melambai dan menabrak kaki keduanya.
Angin laut di sana langsung mengacak-acak rambut An Xiaoyang, sedang Sang No tidak sedikitpun melepaskan dekapan erat di pinggangnya, terus menundukkan kepala, menciumnya dalam-dalam, bahkan memeluknya semakin erat, seolah-olah ia ingin menyatukan An Xiaoyang menjadi tulang rusuknya.
Kali ini, semua kata dan perasaan yang tak terhitung jumlahnya tampaknya hanya mampu dicurahkan melalui ciuman itu.
Ketika akhirnya mereka sama-sama memberi jarak, Sang No sedikit tersentak dan menatap An Xiaoyang perlahan, "Xiaoyang, kamu tahu betapa khawatirnya aku...? Tahu betapa takutnya aku? Aku mati-matian mencarimu di bawah. Aku sangat takut tidak akan pernah melihatmu lagi."
"Kenapa kamu ingin melompat ke sini? Kenapa? Apa karena tidak ada lagi rasa pedulimu untukku?" Bisiknya dengan mata tertutup kabut tipis.
Saat mengatakannya pun, mata Sang No menyorotkan rasa sakit yang tak tertahankan.
Tentu saja An Xiaoyang tahu bahwa Sang No pasti mengira ia melompat ke laut untuk bunuh diri, tetapi bagaimana bisa, bagaimana mungkin ia bisa menyerahkan hidupnya dengan begitu mudah, bagaimana?
Di detik itu juga, bibirnya telah bergerak hendak memberikan penjelasan, tapi Sang No lebih dulu menyela.
"Berjanjilah padaku, sungguh, berjanjilah padaku, jangan lakukan hal bodoh seperti itu lagi. Aku akan selalu mendengarkanmu dan mengakui jika semuanya adalah salahku. Selama kamu tidak meninggalkanku dan tidak melakukan hal-hal bodoh lagi, kamu bisa meminta aku melakukan apa pun sesuai dengan apa yang kamu inginkan," tegasnya sembari ia menggenggam erat tangan An Xiaoyang.
Kini, pemuda itu tampak merendahkan diri dengan mata merah memohon padanya.
Yang membuat An Xiaoyang seketika berpikir.
Bahwa Sang No adalah malaikat yang dikirim oleh Tuhan untuk menyelamatkan dirinya. Hanya saja, satu hal yang tidak ia tahu bahwa sebenarnya Tuhan meminta mereka untuk saling melindungi satu sama lain.