Halo Suamiku!

Panik (3)



Panik (3)

0Kini, An Xiaoyang berbaring di atas batu-batu kecil yang keras dengan kondisi lemah. Sekujur tubuhnya tampak telah kehilangan seluruh kekuatannya. Ya, kekuatan fisiknya telah mencapai titik batas.     

Meski kondisinya saat ini tidak bisa dikatakan baik-baik saja, tapi ia sangat bersyukur.     

Karena berarti ia masih tetap hidup.     

Sungguh, ia sangat ingin terus hidup.     

Dan Tuhan masih memberikan kesempatan.      

Hanya saja saat ini, kepalanya terasa kosong dan telinganya terus berdengung. Bahkan ketika ia sedikit membuka mata dan samar-samar melihat mulut kecil anak-anak itu yang terus bergerak, ia tidak dapat mendengar satu pun yang mereka katakan.     

Ia sangat lelah.     

Entah, An Xiaoyang hanya merasa ada air yang menyesaki dadanya dan tenggorokannya yang terasa begitu kering. Yang cukup mengejutkan, ia tiba-tiba duduk dan terbatuk keras di tanah.     

Salah seorang anak kecil di sana berinisiatif menepuk punggungnya sambil bertanya bagaimana yang ia rasakan.     

Dan ketika An Xiaoyang hanya mampu menggelengkan kepala, tiba-tiba ia menyadari sosok anak laki-laki yang sebelumnya hilang ada di hadapannya.     

Sontak ia mendongak dengan tergesa, lalu mendapati sosok bocah laki-laki yang berjongkok di hadapannya mengarahkan pandangan kepadanya, "Kakak, terima kasih telah mencoba menyelamatkanku, tapi aku baik-baik saja. Tadinya, aku turun ke bawah untuk mengambil salah satu sandal adikku yang tertinggal."     

Tentu An Xiaoyang tersentak ketika mendengar pernyataan itu. Bibirnya bergerak gelisah dengan mata yang memanas. Ingin sekali ia mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada satu kata pun yang mampu terucap. Hal terakhir yang bisa ia lakukan hanyalah membungkam semua kalimatnya dan akhirnya menganggukkan kepala, "... Syukurlah jika kamu baik-baik saja."     

Sungguh… ia sangat bersyukur karena semuanya baik-baik saja.     

Meski apa yang terjadi berbeda dari apa yang ia pikirkan hingga membuat dirinya terombang-ambing di laut dengan sia-sia.     

Tapi itu tidak masalah. Selama tidak ada yang mati, ia benar-benar bersyukur.     

Dan sangat berterima kasih kepada Tuhan.     

Setelah itu, baru ia berjuang untuk bangun perlahan, "Laut itu sangat berbahaya. Apalagi kalian semua masih kecil. Jangan terlalu dekat dengan laut… Kalian tidak tahu ... aku baru saja..."     

Entah kenapa, kalimat An Xiaoyang tiba-tiba tersendat, padahal sebelumnya, ia begitu bersemangat memberikan wejangan.     

Hingga kemudian, ia hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah.     

Mungkin ia tidak perlu mengatakannya.     

Bisa jadi hal itu justru akan membuat mereka merasa bersalah nantinya.     

"Kalian harus segera pulang. Aku akan pergi dulu."     

Tampak An Xiaoyang terhuyung-huyung berdiri, sementara bocah lelaki malang itu dengan sigap memegangnya dengan kuat untuk mencegahnya jatuh.     

Setelah mengucapkan terima kasih dengan suara lemah, ia lalu mengambil sandalnya dan mulai berjalan ke depan tanpa melihat ke belakang.     

Kini, ia sudah memikirkan semuanya dan akhirnya mengerti.     

Yang harus ia lakukan sekarang adalah mencari Sang No.     

Ya, ia harus menemuinya untuk mengakui segalanya.     

Di saat An Xiaoyang telah melangkah pergi memunggungi anak-anak itu, mereka pun dengan patuh berjalan pulang.     

Tapi, salah satu gadis kecil tiba-tiba meraih sudut pakaian anak laki-laki berusia 11 tahun itu, mengangkat wajah kecilnya, kemudian bertanya kebingungan, "Kakak, kenapa kakak perempuan itu tidak memedulikan kakak laki-laki yang terjun ke laut tadi? Apa mereka tidak saling mengenal?"     

Tepat ketika bocah lelaki itu mendengar pertanyaan ini, ia juga sedikit mengernyit.     

Tidak mungkin.     

Atau, mungkinkah kakak perempuan itu tidak mendengar apa yang mereka katakan ketika ia pertama kali muncul?     

Jika mendengarnya, mengapa ia tidak menanyakan sesuatu kepada mereka?     

Semakin bocah itu berpikir, semakin besar kemungkinannya.     

Seketika, gadis kecil yang sebelumnya berhenti itu berteriak keras memanggil An Xiaoyang.     

Tapi sayangnya, kakak perempuan itu sudah pergi jauh hanya dalam waktu singkat. Tampaknya ia sangat ingin segera pergi dari sini. Padahal jelas-jelas kondisinya sangat lemah.     

Namun, tepat di saat itu     

Entah apa yang gadis kecil itu lihat, ia kembali meraih pakaian kakaknya sambil mengguncangnya ceukup keras. "Kakak! Kakak! Lihat kakak laki-laki itu keluar!"     

Anak laki-laki kecil dan beberapa dari mereka langsung melihat ke belakang dan mendapati sesosok tubuh melayang keluar dari air yang tampak membelakangi mereka.     

"Xiaoyang!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.