Halo Suamiku!

Mengganggunya (3)



Mengganggunya (3)

3"Cepat mandi sana, kamu bau," gagap An Xiaoyang sambil buru-buru mendorong Sang No. Ia pun bergegas mengemasi barang-barangnya untuk melarikan diri.     

Hanya An Xiaoyang dan Tuhan-lah yang tahu sebasah apa telapak tangannya karena berkeringat.     

Sang No, ia, ia, benar-benar kurang ajar!     

Bisa-bisanya pria itu memperlakukannya seperti ini!     

Tapi bagaimana mungkin Sang No melepaskannya begitu saja? Toh, ia juga tidak benar-benar menyakitinya dan hanya tidak ingin membiarkannya pergi.     

Siapa suruh An Xiaoyang menjadi pacarnya?     

Dan usai bermain basket sore itu, tentu jari-jari Sang No ternoda oleh debu. Tapi telapak tangan itu langsung digunakan untuk mengusap wajah kecil An Xiaoyang yang terus meronta.     

"Aahh…! Sang No, apa yang kamu lakukan!"     

"Sekarang kamu juga kotor. Ayo kita mandi bersama."     

Tanpa menunggu reaksi dari An Xiaoyang, Sang No langsung menggendongnya naik ke atas, tanpa memedulikan seberapa berat tubuh kecil itu. Sementara An Xiaoyang sendiri benar-benar dilanda rasa takut begitu tahu jika Sang No akan membawanya mandi bersama.     

Tidak bisa, mereka tidak boleh melakukannya.     

"Jangan bergerak. Kita sedang naik tangga."      

Satu kalimat itu seketika membungkam mulut An Xiaoyang. Tak hanya itu, tubuhnya juga langsung menyusut dengan diselimuti sorot kejengkelan untuk Sang No.      

Yang membuatnya merasa semakin sebal adalah bibir Sang No yang justru tersenyum tipis.     

Terlebih saat melihat kekasih kecilnya yang meringkuk tak berdaya.     

Jika saja dirinya benar-benar ingin melakukan sesuatu pada gadis kecil ini, ia pasti sudah melakukannya sejak dulu. Apalagi, lengan serta kaki kecil itu tentu tidak bisa melawan.     

Dan begitu tiba di lantai atas, Sang No membawanya masuk ke kamar mandi tanpa permisi.     

"Sang, Sang No, sudah kubilang, jangan main-main"     

Ujar An Xiaoyang dengan gugup. Meski kalimat ini bisa dikategorikan sebuah peringatan, tapi tidak sedikit pun terbesit nada bahaya di dalamnya. Sebaliknya, sosok kecilnya masih tampak lemah dan penakut, yang justru semakin merangsang hasrat Sang No untuk menggodanya.      

Entah kenapa, mulai muncul keraguan di hati Sang No.     

Bak mandi itu sangat luas dan dalam. Dan ketika Sang No baru menurunkan tubuh An Xiaoyang, kesempatan itu hendak digunakannya untuk melarikan diri. Tetapi sebelum pergerakannya dimulai, Sang No lebih dulu meraihnya dan menariknya kembali ke pelukan. "Aku tidak akan menggigitmu. Kenapa kamu begitu ingin kabur?"     

Setelah mengatakannya, ia menyalakan keran, memakai sabun dan mulai mencuci tangannya sendiri.     

Dengan tampilan dada serta punggungnya yang tak tertutupi dengan kain sehelai pun.     

Sementara An Xiaoyang hanya mengenakan gaun tipis yang sangat mudah ditanggalkan. Keduanya kini begitu dekat hingga cermin di depan dapat dengan jelas mencerminkan penampilan mereka.     

Kemudian, Sang No mengambil tangan kecil An Xiaoyang dan mencucinya bersama. Busa sabun itu seketika mengeluarkan aroma semerbak yang sangat enak, namun justru membuat An Xiaoyang malu setengah mati.     

Apa yang dilakukan Sang No?     

Selain turut membasuh tangan An Xiaoyang, tangan yang basah itu juga digunakan untuk mengusap pipi putih dan lembut yang ternoda karenanya. Sungguh, meski tanpa bedak sekali pun, wajah An Xiaoyang sudah sangat manis hingga menciptakan hasrat untuk menggigitnya.     

Tangannya yang terus meneteskan air itu kini mengusap lembut pipi An Xiaoyang, tapi An Xiaoyang berusaha keras untuk menolak.     

Bagaimana lagi? Tetesan itu jatuh satu demi satu ke dadanya, membuat sensasi yang berbeda semakin tak terhindarkan.     

Sebenarnya, akan lebih baik jika Sang No tidak melihatnya dengan jelas di cermin depan, tetapi kebetulan lelaki itu bisa melihatnya meski sosoknya berdiri di belakang An Xiaoyang.     

Benar saja. Begitu Sang No melihatnya, tampak sebuah senyum tipis tersungging.     

Hingga ia tidak lagi bisa menahan keinginan untuk mencium pipi merah kekasihnya.     

Tepat ketika Sang No memandang An Xiaoyang dari cermin, perlahan, sorot matanya berubah.     

Entah kenapa, fokus matanya tiba-tiba mengabur, namun ia tahu betul dengan kerumitan yang ia rasakan saat ini. Bahkan tenggorokannya pun serasa tersendat.     

Ya, suasana di antara kedua orang itu tiba-tiba berbeda.     

An Xiaoyang tampak mengelak, menundukkan kepala dan tidak berani menatapnya. Tangan kecilnya pun sedikit terangkat untuk menutupi dadanya.     

Tapi kali ini, ia tidak menyadari jika gerakan seperti itu justru membuat dada kecilnya yang montok terlihat lebih jelas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.