Halo Suamiku!

Mengganggunya (1)



Mengganggunya (1)

3Sedikit pun An Xiaoyang tidak sepakat dengan pemikiran itu.     

Ia, ia masih kecil.     

Bagaimanapun, ia masih belum dewasa.     

Jadi sepanjang hari itu, An Xiaoyang dengan sengaja mengabaikan Sang No begitu ia melihatnya. Bahkan raut wajahnya tetap memerah dengan tatapan mata yang terus menghindar.     

Ya, ujian kurang dari seminggu lagi.     

Alhasil, pembelajaran mereka kali ini tidak semengerikan dulu. Bisa dibilang jika di saat-saat paling kritis seperti ini, sekolah justru mencoba membuat semuanya merasa santai agar tetap memiliki stamina yang baik untuk mengikuti ujian. Terlebih lagi ini baru tahap yang pertama.     

Tak hanya itu, tiga hari sebelum ujian, sekolah juga memberikan hari libur sehingga siswa dapat melakukan persiapan yang memadai di rumah.     

Jadi begitu liburan tiba, Sang No telah membuat jadwal. Ia akan belajar saat pagi dan bermain basket dengan Shi Yu, si gendut kecil, sore hatinya, menyisakan An Xiaoyang sendirian di apartemen.     

Karena AC di kamarnya rusak dan udara begitu panas, mau tak mau, An Xiaoyang memutuskan hanya mengenakan gaun putih panjang sembari memegang buku tebal, lalu menuliskan catatan dari apa yang ia butuhkan. Dan karena ia hanya sendirian, dengan santai ia menyalakan AC di lantai pertama dan berbaring tengkurap di meja.     

Membuat tubuhnya kala itu terekspos sepenuhnya dari waktu ke waktu.     

Dulunya, ia memang kurus seperti kayaknya tanaman tauge, tetapi setelah tinggal di sini selama lebih dari setengah tahun dan mendapatkan istirahat juga nutrisi yang baik, jadi perubahan tubuhnya tentu terlihat.     

Tubuhnya kini terlihat lebih simetris dari sebelumnya, bahkan bisa dibilang cukup berisi. Terlebih dengan usianya yang segar, membuat bodinya semakin tampak menggoda.     

Rambut kusutnya yang dulunya agak kuning, sekarang terlihat lembut dan hitam cerah, tergerai bebas di sepanjang bahunya.     

Satu-satunya hal yang tidak berubah hanyalah kulitnya yang sangat putih.     

Bedanya, dulu tidak ada rona semu kemerahan yang menghiasi. Kini, rona kemerahan itulah yang justru membuatnya semakin menarik.     

Dua kaki kurusnya kali ini juga tampak menjuntai di bawah gaun suspender yang ia kenakan, semakin menambah keseksiannya yang hanya ditutupi kain tipis.     

Selain ia sendiri, tentu belum ada yang pernah melihat tubuh eloknya ini.     

Lagipula, tingginya hanya 160 sentimeter. Jadi bagi Sang No, ia masih seperti gadis kecil yang bisa dikendalikan sesuka hati.      

Waktu berlalu, di saat Sang No sedang bermain basket sepanjang sore itu, An Xiaoyang sibuk bersantai sambil mengulas pelajaran untuk mempersiapkan ujian. Dan karena memakai earphone, alhasil, ia tidak menyadari kapan Sang No telah kembali.     

Sang No sendiri masuk ke rumah begitu saja setelah mengganti sepatunya. Ia berkeringat dan sedikit terengah-engah. Tepat ketika matanya melirik ke lantai pertama apartemen, ia mendapati sosok ramping kecil di meja dekat jendela tinggi di sana. Terlihat sosoknya tengkurap seperti sedang sibuk mengerjakan sesuatu.     

Seketika itu juga, mata Sang No tidak sekali pun ia alihkan dan terfokus lurus ke arahnya.     

Dua tali tipis dari kain yang menutupi tubuh itu jatuh di bahunya yang bulat dan kecil. Tampaknya tali itu akan begitu mudah tergelincir segera setelah mendapat gerakan lembut.     

Lehernya yang putih, lembut, dan sosoknya yang menundukkan kepala seolah semakin memancarkan aura gadisnya. Sontak, perasaan gelisah mengerubungi diri Sang No saat ini. Bahkan otaknya pun terus mendengungkan seperti apa rasanya jika ia mencium aroma tubuhnya.     

Tak berhenti sampai di situ, kakinya yang panjang dan halus juga tampak berayun kesana kemari, seolah melambai minta disentuh.     

Gairah panas yang sudah bergejolak di diri Sang No semakin tak terkendali. Bahkan rasa panas yang ia rasakan setelah bermain basket pun tidak ada apa-apanya.     

Dengan tatapan samar, ia memutar jari-jemarinya sembari menahan napas dalam-dalam. Meski ia tidak bermaksud untuk melakukan sesuatu, tetapi apa yang ada di kepalanya telah sedikit di luar kendali.     

Terlebih lagi, ia memang sedikit lebih tua dari An Xiaoyang. Jadi darah mudanya yang membara sedang berada di puncak, yang membuatnya sedikit impulsif. Ia pun sangat menyukai An Xiaoyang dan ingin selalu dekat dengannya. Itu adalah naluri alami.     

Alhasil, Sang No langsung meletakkan bola basketnya, melepas jaket yang ia kenakan secara sembarangan, dan melepas kausnya yang penuh keringat begitu saja…!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.