Halo Suamiku!

Rong Zhan Merasa Tak Berdaya (1)



Rong Zhan Merasa Tak Berdaya (1)

3Rong Zhan berjalan mendekat dan duduk tepat di sampingnya.     

Ketika tempat tidurnya mulai bergerak, Sang Xia tertegun, tetapi ia tidak mau repot-repot mendongak. Hanya suaranya yang keluar dengan santai, "Kamu masih akan pergi malam ini? Apa kamu sudah menyelesaikan pekerjaanmu?"     

"Tidak, aku sudah selesai. Aku ingin beristirahat."     

Kemudian ia berbaring di ranjang, meletakkan satu tangan di belakang kepalanya sembari menatap punggung Sang Xia yang ramping dari belakang.     

Hanya saja, setelah ia mengatakan ini, Sang Xia tidak menjawab lagi dan terus disibukkan dengan urusannya sendiri.     

Tapi tiba-tiba ia melihat sesuatu yang menyembul keluar dari saku milik Sang Xia.     

Perlahan, ia menariknya keluar.     

Alis Sang Xia sedikit membeku dan ia melihat ke belakang, "Ada apa?"     

Rong Zhan tidak berbicara, tetapi tiba-tiba lengannya yang kuat meraih tangan Sang Xia dan langsung menariknya ke bawah, berbaring miring.     

Sang Xia mengerang, "Jangan membuat masalah di siang bolong seperti ini. Aku belum menyelesaikan pekerjaanku."     

Rong Zhan berbalik dan langsung menekan. Satu tangan menekan lengannya, kemudian suaranya yang jahat dan serak terdengar, "Kalau begitu, jangan menyibukkan diri dan berbaringlah denganku."     

Begitu Sang Xia melihat tangannya, ia mulai membuka ikatan pakaiannya. "Kamu yakin hanya ingin aku berbaring denganmu?"     

Rong Zhan berhenti, menatapnya sebentar, lalu menekan tubuhnya. Kini, wajahnya terkubur di rambut Sang Xia yang harum dan begitu memabukkan.     

Seketika, seolah ada aroma ketenangan yang merangsek masuk ke dalam pikirannya.     

Setelah beberapa saat, ia mengangkat kepalanya dan menatap Sang Xia perlahan, "Apa kamu marah padaku? Sayang, apakah kamu pikir aku benar-benar salah? Katakan padaku?"     

Begitu Sang Xia mendengar nada bicaranya melambat dan sikapnya yang melunak, ia segera mendorongnya menjauh.     

Tentu saja hatinya ikut melunak.     

Karena ia bisa mengerti Rong Zhan, juga perasaan tertekan yang menyelimutinya.     

Satu hal yang paling menyakitkan adalah meskipun ia sangat ingin menghalangi hal buruk terjadi, tetapi ia tidak dapat menghentikannya jika mereka benar-benar ingin bersama di masa depan. Bagaimanapun, Sang Xia memahami cinta Rong Zhan sebagai seorang ayah, tetapi Rong Zhan tidak mengerti bahwa menjadi orang tua tidak dapat mengikat segalanya pada anak dengan mengatakan 'Seorang anak harus menuruti apapun'.     

Itu akan sangat menyedihkan baik bagi dirinya dan bagi anak-anak.     

"Rong Zhan, jangan pikirkan itu, oke? Masa depan masih panjang dan begitu lama. Jangan memikirkannya sejauh ini. Mari kita hidup sekarang, dan apa pun yang ada di masa depan pasti telah memiliki pengaturannya sendiri."     

Setelah mengatakannya, Sang Xia mencium matanya dengan lembut.     

Sedangkan Rong Zhan terdiam, menekannya, wajahnya terkubur di lehernya, dan bernapas panjang.     

Apakah ia berpikir terlalu jauh?     

Tapi ia merasa waktu terlalu cepat berlalu. Ketika putrinya keluar dari perut ibunya, ia sangat kecil hingga dirinya bisa memegangnya dengan satu tangan, seolah-olah pemandangan itu masih jelas kemarin.     

Tapi sekarang gadis kecil itu sudah tidak hanya bisa berlari, melompat, dan berbicara beberapa bahasa, tetapi juga menangis karena pasangan kecil kesayangannya pergi.     

Kemudian, Sang Xia mengaitkan lengannya di leher Rong Zhan, menempelkan dahinya padanya, dan berkata dengan lembut, "Jangan pikirkan itu. Ini akan baik-baik saja. Semuanya akan baik-baik saja."     

Ia tidak ingin menyudutkan Rong Zhan, karena pada pasalnya Rong Zhan memang lah benar.     

Semua orang benar.     

Hanya berbeda posisi dan pandangan.     

Lalu, bibir lembut itu dengan sayang mengecupnya. Awalnya, Rong Zhan berhenti, tetapi detik berikutnya, ia menyusul.     

Dengan lembut ia menciumnya dalam-dalam dan melumatnya dengan penuh kehangatan.     

Dibandingkan dengan hal-hal menjengkelkan itu, yang lebih mengganggu Rong Zhan sebenarnya adalah pertengkarannya dengan istrinya. Jika keduanya memiliki konflik, ia tidak bisa bertahan lama, setidaknya ia tidak bisa melewatkan satu malam tanpanya.     

Kalau tidak, ia akan bosan setengah mati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.