Membayar Rasa Tidak Terima Kasih dengan Kebaikan
Membayar Rasa Tidak Terima Kasih dengan Kebaikan
"Sangat melelahkan!"
Terlepas dari level pilnya, kesulitan pembuatan Pil Pembuka Awan Abadi ini tidak kurang beberapa pil dewa tingkat empat rendah. Namun saat ini, ada suara mengejek yang masuk ke telinga Song Qiyang.
"Lihat dirimu ketika membuat pil dewa tingkat tiga! Kenapa kau seperti orang yang sedang sembelit? Apa kau ini benar-benar Dewa Tabib Bintang empat? Mereka semua bilang kalau kau pernah menjadi tabib nomor satu ketika masih di tingkat Bintang tiga di Menara Pil. Aku rasa standarnya biasa saja!" ejekan Gu Han terdengar sangat tajam di telinga.
Terlihat jelas, kalau Gu Han sudah dari tadi menyelesaikan pilnya. Dia menyaksikan Song Qiyang membuat pil obat itu dengan ekspresi geli dari samping.
Song Qiyang begitu marah sampai wajahnya menjadi pucat.
"Hei Bocah, jangan terlalu sombong! Keluarkan dulu pil obatmu supaya dilihat oleh semua orang. Setelah itu kau bisa bersikap kurang ajar di depanku!"
Gu Han mengangkat bahunya dan berkata, "Baik akan aku tunjukkan! Tadi, setelah aku menyelesaikan pilku, aku mengamatimu membuat pil. Aku rasa aku masih percaya diri akan menang menghadapi tabib amatiran sepertimu."
Selesai berbicara, Gu Han langsung membuka tungkunya. Begitu semua orang melihat pil obat Gu Han, mereka menjadi putus asa.
"Kenapa? Kenapa bocah itu bisa membuat Pil Pembuka Awan Abadi dengan kualitas tinggi?!"
"Perbedaannya terlalu besar! Melihat kondisi Song Qiyang ketiak membuat pil, aku rasa kualitas pilnya ada di tingkatan menengah atau rendah."
"Hmm, mungkinkah tidak ada orang di Kota Kekaisaran Elang Surgawi ini yang bisa mengurus bocah ini?"
…
Setiap orang mendesah tanpa henti. Beberapa hari ini, Gu Han benar-benar berhasil memancing emosi mereka.
Hanya saja tak seorang pun yang memikirkan tentang Ye Yuan. Ini karena sekarang ini Ye Yuan tidak termasuk tabib junior. Ye Yuan adalah Tetua Menara Pill, dia memiliki status yang sangat tinggi. Bagaimana mungkin orang seperti dia terlihat dalam urusan persaingan macam ini?
Tetapi jika mereka tidak mempertimbangkan Ye Yuan, sebenarnya tidak ada seseorang pun yang mampu menahan kejeniusan Gu Han saat ini. Dia sudah membuat Kota Kekaisaran Elang Surgawi kehilangan muka.
Ekspresi wajah Song Qiyang menjadi sangat jelek. Dia sadar orang-orang ini tidak berharap tinggi darinya. Dia merasa kualitas pil obatnya kemungkinan besar hanya di tingkat rendah. Song Qiyang sebelumnya berjuang begitu keras untuk membuatnya.
Gu Han tampak mengejeknya.
"Kenapa? Kau tidak berani membukanya? Atau apa kau sudah tahu kalau kau ini kalah? Tidak masalah, menurut kesepakatan kita sebelumnya, pihak yang kalah harus membungkuk tiga kali kepada si pemenang, lalu mengatakan kalimat ini sebanyak tiga kali 'Aku adalah tabib pemula, yang sangat mengagumi Tuan Gu Han,' dan setelah itu masalah ini akan dianggap selesai."
Wajah Song Qiyang memerah. Dia berdiri di tempatnya, kebingungan.
Di sebuah gedung sudut, tatapan mata Tetua Utama Kota Kekaisaran Sungai Abadi terlihat seolah dia sedang menyesal. Dia berkata sambil tersenyum, "Saudara Ruo Xu, sepertinya Kota Kekaisaran Elang Surgawimu benar-benar tidak memiliki penerus! Aku dengar kalau dia adalah murid yang paling kau banggakan? kemampuannya hanya seperti ini?"
Wajah Ruo Xu sudah segelap wajan.
"Ling Zikun, kau ini beruntung saja mendapatkan murid yang baik. Untuk apa kau bersikap sombong seperti ini?"
Ling Zikun tersenyum dan menjawab, "Saudara Ruo Xu, jangan marah. Kenapa kau sangat marah melihat para murid bertarung kecil-kecilan seperti ini? Kau lihat kan saat murid perempuan Xuan Yu itu kalah? Dia jauh lebih tenang daripada dirimu!"
Ruo Xu berkata sambil mendengus dingin, "Ling Zikun, apa tujuanmu datang ke Kota Kekaisaran Elang Surgawi untuk bersenang-senang atau kau memang memiliki urusan penting di sini? Jika tidak ada, silahkan pulang!"
Ling Zikun tersenyum dan berkata, "Lihat apa yang kamu katakan! Tentu saja aku punya urusan penting di sini. Tapi masalah ini tidak terlalu mendesak, jadi aku berhenti lebih lama di sini. Sementara aku di sini...biarkan teman-teman kecil ini sedikit bertanding. Anggap saja sebagai perkenalan!"
"Huh!" Ruo Xu mendengus sinis dan berhenti berbicara.
Di kerumunan, di sebuah sudut yang tidak mencolok, Ye Yuan bertanya pada Ning Tianping di sampingnya dengan suara rendah, "Apa yang lainnya juga seperti ini?"
Ning Tianping mengangguk dan menjawab,"Bocah ini terlalu sombong, tapi tidak ada yang bisa melakukan apapun padanya. Itu sebabnya sampai sekarang dia congkak seperti itu."
Ning Siyu juga tunduk pada Gu Han.
Ye Yuan tidak memiliki emosi marah yang berlebihan. Bagi Ye Yuan, percekcokan kecil semacam ini sudah seperti perdebatan anak-anak kecil. Cakrawala dan pikiran Ye Yuan sudah jauh di atas yang bisa dipahami oleh seorang Gu Han.
Hanya saja Ning Siyu bisa dianggap juga masih muridnya. Dia masih malu mendapati Ning Siyu kalah dari bocah kecil ini. "Kenapa? Kakak Song merupakan murid yang paling dibanggakan oleh Tetua Ruo Xu. Kakak tidak mungkin akan menolak membayar hutang kan?" kata Gu Han sambil tersenyum mencibir.
Wajah Song Qiyang sudah berubah menjadi semerah hati babi. Dia yang seorang Dewa Tabib Bintang empat harus tunduk dan memanggil tuan seorang Dewa Tabib Bintang tiga? Rasanya jauh lebih tidak nyaman dibandingkan dengan makan lalat.
Tetapi dia ada di depan banyak orang sekarang. Kalau dia sampai menarik kembali kata-katanya, maka apa pihak yang terhina bukan hanya dirinya akan tetapi juga seluruh orang-orang dari Kota Kekaisaran Elang Surgawi.
"Sialan, dunia macam apa ini? Mengapa ada begitu banyak makhluk aneh di sini? "
Song Qiyang memaki di dalam hatinya. Dia menguatkan hatinya dan baru saja akan membungkuk. Akan tetapi, seseorang menarik kerah bajunya dari belakang. Song Qiyang menoleh untuk melihat. Dia langsung ternganga dibuatnya.
Ketika para penonton melihat pemuda yang tiba-tiba muncul ini, mereka menjadi sangat bersemangat, dan bahkan hampir berteriak.
Ye Yuan memberi isyarat dengan tangannya supaya orang-orang ini diam. Orang-orang ini pun mengerti dan langsung diam.
Namun, raut wajah antisipasi mereka tidak bisa disembunyikan. Gu Han melihat reaksi semua orang, dia sepertinya agak curiga.
Siapa ini? Mengapa setiap orang menunjukkan ekspresi wajah seperti ini? Sepertinya, begitu pemuda ini datang, Gu Han bisa mengatasi gelombang pasang yang mengamuk dalam dirinya.
Pemuda ini memiliki kekuatan energi di tingkat Maha Dewa Asli sempurna. Dibandingkan dirinya, tingkatan orang ini lebih rendah.
Apa petarung pemula seperti ingin mengalahkannya?
Mimpi saja!
Apa pemuda ini tidak lihat kalau Dewa Tabib Bintang empat saja kalah di depannya?
"Kau…"
Song Qiyang baru saja akan berbicara tetapi dipotong oleh Ye Yuan. Suara Ye Yuan terdengar dingin.
"Baiklah, sini serahkan padaku di sini. Kau bisa pergi ke samping untuk menonton. "
Melihat Ye Yuan berkata begitu, Song Qiyang merasa terlepas dari hukuman. Dia bisa bernapas lega. Dia tidak pernah bermimpi kalau Ye Yuan benar-benar akan maju saat ini. Satu hal yang pasti, masa lalunya dengan Ye Yuan agak tidak menyenangkan!
Dia mungkin juga ingin melihat Ye Yuan kehilangan muka di atas panggung, lalu naik dan mengemasi bocah ini. setelah berpikir seperti ini, Song Qiyang agak tersentuh. Dia menemukan bahwa dibandingkan dengan Ye Yuan, dia ini hanyalah orang yang tercela!
Ye Yuan membalas rasa tidak berterima kasih Song Qiyang dengan kebaikan. Ye Yuan membiarkan Song Qiyang pergi dengan santai saat ini. Bisa dikatakan kalau Ye Yuan sudah menyelamatkan wajahnya. Untuk kali pertama, Song Qiyang agak menyesal telah menentang Ye Yuan.
"Berhenti! Kakak Song, apa kau akan menarik kata-katamu? Jika kau melakukannya, mau ditaruh di mana wajah Tetua UTama Ruo Xu?" Gu Han sama sekali tidak menanggapi Ye Yuan dan berkata kepada Song Qiyang dengan nada serius. Song Qiyang membeku, dan benar saja, dia berhenti bergerak.
Ye Yuan mengibaskan tangannya pada Song. Dia memberi isyarat suyapa Song turun. Kemudian, Ye Yuan berkata dengan nada dingin ke Gu Han, "Dia tidak menarik kalimatnya. Aku akan mengambil alih taruhannya denganmu."
Gu Han sekilas mengamati Ye Yuan dari atas ke bawah. Dia terkekeh.
"Kau? Dewa Tabib Bintang Tiga, apa yang kau punya sampai kau mau membantu Dewa Tabib Bintang Empat? Wajahmu belum terlalu dewasa!"