Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Seharusnya Ji Jinchuan Tidak Keberatan



Seharusnya Ji Jinchuan Tidak Keberatan

1Rumah Sakit…     

Pada pagi hari, Asisten Zhang membawa beberapa dokumen penting yang perlu ditandatangani oleh Gu Jinchen. Dia datang untuk menemuinya ketika bosnya itu memiliki waktu. Dia juga melaporkan penyelidikan kecelakaan kepada Gu Jinchen.      

"Kamera pemantauan di tempat parkir rusak. Kami tidak dapat menemukan siapa yang telah merusak mobil Anda. Namun, petugas kebersihan bertemu dengan Wakil Presiden Gu di lift pada hari itu. Dia tampak sedikit bingung. Petugas kebersihan itu tidak yakin apakah dia yang melakukannya atau tidak. Dan lagi, petugas kebersihan itu tidak melihatnya keluar dari tempat parkir dengan matanya sendiri."     

Gu Jinchen menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur. Dia mengerutkan kening dan merenung. Dan dia tidak berbicara untuk waktu yang lama. Asisten Zhang lalu melanjutkan penjelasannya, "Tapi anehnya, kamera pemantauan tempat parkir sudah rusak sejak dua hari sebelum Anda mengalami kecelakaan mobil. Ini sangat mencurigakan."     

"Tidak ada gunanya menebak-nebak. Yang dibutuhkan oleh pihak polisi adalah bukti nyata." Alis Gu Jinchen yang awalnya mengkerut berangsur-angsur kembali seperti biasa.     

Asisten Zhang memasukkan dokumen yang sudah ditandatangani ke dalam tasnya. Kemudian, dia berkata, "Nyonya Gu telah dijatuhi hukuman dan Wakil Presiden Gu pergi menemuinya kemarin."     

"Awasi Gu Shikang, mungkin saja dia…"     

Kata-kata Gu Jinchen tiba-tiba berhenti karena mendengar suara pintu didorong. Dia dan Asisten Zhang pun seketika melihat ke arah pintu secara bersamaan.      

Tangan kanan Chen Shuna masih ada di gagang pintu, sementara tangan lainnya memegang seikat bunga. Melihat wajah serius kedua orang yang ada di dalam, dia mengira bahwa mereka sedang membicarakan hal terkait dengan pekerjaan. Menyadari kesalahannya karena telah membuka pintu tanpa mengetuk, dia tampak malu dan meminta maaf.     

"Maaf telah mengganggu kalian…"     

"Anda datang tepat waktu. Presiden Gu ada di rumah sakit sepanjang hari dan tidak ada yang mengajaknya untuk berbicara. Saya datang hanya untuk membawa dokumen dan akan segera pergi. Anda bisa mengajaknya berbicara untuk menghilangkan kebosanannya…" tutur Asisten Zhang sambil tersenyum.     

Asisten Zhang lalu kembali melaporkan pada Gu Jinchen tentang situasi perusahaan dalam dua hari terakhir. Sedangkan Chen Shuna perlahan-lahan berjalan memasuki ruang pasien. Dia meletakkan bunga di atas meja, duduk di sofa, dan mencoba menurunkan rasa canggungnya tanpa mengganggu mereka.     

Setelah Asisten Zhang menyelesaikan laporannya, tidak lama kemudian dia pamit untuk meninggalkan rumah sakit. Gu Jinchen yang sudah cukup lama duduk dalam satu posisi, sedikit merasa tidak nyaman dan menggerakkan tubuhnya. Chen Shuna segera melangkah maju untuk membantunya bergerak perlahan. Kemudian, dia memberinya bantalan untuk mengganjal tubuhnya.      

"Aku sedang dalam perjalanan bisnis akhir-akhir ini. Aku baru kembali hari ini dan mendengar sesuatu terjadi padamu. Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Chen Shuna.     

"Sudah jauh lebih baik," jawab Gu Jinchen. Karena mengalami gegar otak, dia merasa pusing dan muntah terus-menerus sejak dua hari yang lalu. Tetapi, dia tidak merasakan gejala itu hari ini. Ketika dokter datang untuk memeriksa keadaannya, dokter berkata bahwa dirinya pulih dengan sangat baik.     

"Apa Youran tahu akan hal ini?" tanya Chen Shuna sambil menuangkan air untuk Gu Jinchen.     

Gu Jinchen mengambil alih segelas air tersebut dan hanya diam. Chen Shuna mengira bahwa Chen Youran tidak tahu Gu Jinchen sedang dirawat di rumah sakit, jadi dia berkata, "Aku akan menghubunginya. Bahkan kalau aku tidak bisa…"      

Chen Shuna berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Dengan melihatmu sebagai teman, seharusnya Ji Jinchuan tidak keberatan."     

"Tidak perlu…" Melihat Chen Shuna mengeluarkan ponsel dan bersiap menelepon, Gu Jinchen mengerutkan bibirnya. Suaranya terdengar serak. Terdapat kesedihan di wajah pucatnya yang membuatnya tampak semakin menyedihkan. "Dia tahu… Bahkan dia juga datang ke rumah sakit."     

Kecuali hari ketika dia sadar dari komanya, Chen Youran sudah beberapa hari tidak berkunjung ke rumah sakit. Gu Jinchen sangat ingin melihatnya. Tetapi dia tidak memiliki alasan yang kuat karena wanita itu adalah istri orang lain sekarang ini.     

Chen Shuna diam-diam melihat reaksi di mata Gu Jinchen. Dia pun segera mengalihkan topik pembicaraan dengan berkata, "Besok aku akan mengajak Yiyi untuk menjengukmu. Dia pasti sangat senang sekali melihatmu."     

"Sebaiknya tidak perlu. Aku takut rumah sakit tidak baik untuk anak-anak." Suara Gu Jinchen agak kering dan serak. Sementara itu, pandangan matanya seolah tertuju ke mana-mana. Ada kesedihan mendalam yang terdengar samar pada suaranya.     

Chen Shuna tidak berkata apa-apa lagi. Apa dia takut rumah sakit tidak baik untuk Yiyi atau karena takut ada media yang memotret kami, lalu akan menjadi ledakan berita yang gila dan Youran akan melihatnya, batinnya.      

Chen Shuna merasa pikirannya yang terakhir adalah alasan yang memiliki kemungkinan sangat besar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.