Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Antara Hidup dan Mati (2)



Antara Hidup dan Mati (2)

0Ji Jinchuan duduk di samping tubuh Chen Youran dengan napas yang terengah-engah. Dia beristirahat sejenak, lalu dengan segenap kekuatan, dia berdiri dan mengetuk bel.     

Setelah beberapa saat, pintu kuil pun terbuka. Tampak seorang biksu muda yang mencondongkan kepalanya. Dia melihat dua orang di luar, kemudian berkata dengan suara lembut, "Tuan Muda, apa kamu sedang berteduh dari hujan?"     

"Iya," jawab Ji Jinchuan. Setelannya yang mahal dan sepatu kulit buatan tangan yang juga mahal, seluruhnya basah kuyup. Rambut hitamnya masih meneteskan air hujan. Dia tampak sangat berantakan.     

Biksu muda itu membuka pintu kuil dan berkata, "Kalian ikut aku masuk…"     

Ji Jinchuan menggendong Chen Youran dan masuk ke dalam kuil. Biksu muda itu berlari dengan sangat cepat. Saat dia berlari, dia meninggikan suaranya dan berkata, "Tuan, seseorang akan menginap… Cepat keluarlah…"     

Kuil ini bukan milik resor. Hanya saja, lokasi terhubung dengan area resor. Jadi, Ji Jinchuan tidak tahu bahwa ada kuil di Gunung Hou di belakang resor yang dibangunnya.     

Mendengar teriakan biksu muda, Kepala Kuil pun keluar dari dalam. Dia lalu bertanya, "Ini adalah tempat suci untuk umat Buddha. Aku sudah mengatakan berkali-kali kepadamu kalau kamu tidak boleh teriak-teriak. Kenapa kamu selalu mengabaikan peringatanku itu?"     

Biksu muda itu mengerutkan bibirnya sambil menunjuk ke arah belakangnya dan berkata, "Ini antara hidup dan mati seseorang."     

Kepala Kuil melihat ke belakang dan matanya tertuju pada sosok Chen Youran yang pingsan. Tanpa bertanya siapa mereka, dia langsung membawa mereka ke kamar tamu dan berkata, "Tuan Muda, mari ke sini…"     

Setelah memasuki kamar tamu, Ji Jinchuan meletakkan Chen Youran di tempat tidur. Kakinya melemah dan dia hampir berlutut di lantai. Untungnya, kepala kuil membantunya tepat waktu. Biksu muda kemudian memberikan handuk kepadanya. Ji Jinchuan pun melangkah maju untuk mengeringkan noda air di wajah Chen Youran sebelum menyeka tubuhnya sendiri.     

Kepala Kuil membuka kelopak mata Chen Youran dan memeriksanya. Lalu, dia berkata, "Dia baru saja pingsan. Selama dia tidak demam, dia akan baik-baik saja."     

Ji Jinchuan menatap wanita yang terbaring pucat di atas tempat tidur itu. Tak lupa, dia mengucapkan terima kasih kepada Kepala Kuil.      

"Kamu lebih membutuhkan istirahat dibandingkan dia. Bolehkah aku memeriksa lukamu?" ujar Kepala Kuil sambil menatap Ji Jinchuan. Dilihat dari kondisinya, dia menduga bahwa mereka telah melewati aliran puing-puing akibat longsor di gunung. Untungnya, mereka bernasib baik.     

Ji Jinchuan menggerakkan bibir pucatnya dan berkata, "Tidak perlu…"     

Kepala Kuil pun tidak berkata apa-apa lagi. Dia meninggalkan ruangan bersama biksu muda tersebut. Setelah beberapa saat, terdengar ketukan di luar pintu. Ji Jinchuan yang sangat lelah tidak ingin bergerak sama sekali. Saat itu, pintu kamar didorong terbuka dan biksu muda masuk dengan ditemani oleh biksu yang lebih tua. Mereka memegang dua set pakaian. Biksu muda dan biksu yang lebih tua serta agak gemuk membawa baskom berisi air panas.     

"Tuan Muda, Anda bisa mandi dulu…"     

Ji Jinchuan menarik bibirnya dan tersenyum ke arah mereka lalu berkata, "Terima kasih."     

Biksu yang lebih tua dan agak gemuk memandang Chen Youran yang terbaring di tempat tidur dan berkata, "Aku pernah melihat Nona Muda ini tadi siang."     

Ji Jinchuan sedikit mengerutkan kening, lalu bertanya, "Di mana Anda pernah melihatnya?"     

"Di kuil…"     

Jadi, ketika dia dan Qiu Shaoze menghilang, mereka datang ke kuil? Batin Ji Jinchuan.     

Biksu gemuk itu melihat bahwa Ji Jinchuan tidak percaya padanya. Jadi, dia melanjutkan perkataannya, "Dia datang dengan seorang pria muda. Mereka tidak hanya menyumbangkan uang dupa, tetapi juga membuat harapan dan menggantungnya di pohon harapan di luar."     

Petugas yang memegang kotak sumbangan uang dupa adalah dirinya. Hanya ada sedikit orang yang datang ke kuil hari ini, jadi dia sangat mengingat Chen Youran.     

Saat ini, kepala kuil datang dengan membawa selimut di tangannya dan berkata, "Tuan Muda, tidak ada biarawati di kuil ini. Jadi, Nona Muda itu akan dirawat sendiri olehmu."     

Ji Jinchuan ingin bertanya pada biksu gemuk tentang membuat harapan, tetapi dua biksu tadi itu sudah dibawa pergi oleh Kepala Kuil. Setelah itu, dia melepas pakaian basah Chen Youran dan menyeka tubuhnya dengan air panas. Dia kemudian, menanggalkan pakaian yang berwarna abu-abu di tubuhnya dan menggantinya dengan pakaian biarawati. Lalu, dia menarik selimut dari tempat tidurnya yang basah dan menggunakan yang baru saja dibawa oleh Kepala Kuil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.